30. Keluarga

2.9K 337 22
                                    


"Le, jangan klugat kluget toh. Udah ganteng, rapi itu loh, ga kasian sama Mba Wendi yang sudah dandanin dari pagi."

"Ya habis Jefri gugup, Buk."

Wendi yang menyaksikkan perbicangan lucu antara ibu dan anak di depannya hanya tersenyum maklum. Menyisir pelan rambut Jefri yang ditata sedemikian rupa. Helaian yang biasanya menjuntai menutupi keningnya disisir ke atas. Beberapa helai yang tidak terkena hairspray jatuh ke keningnya. Rambut yang semula berwarna merah muda berganti hitam pekat, Wendi memintanya menggunakan lensa kontak, bukan apa apa sih, tapi Jefri jadi seperti Edward Cullen. Tulang pipinya tampak lebih tegas ketika rambutnya tertata ke atas, namun tetap bulat dan sepasang lesung pipit muncul tenggelam seiring dengan bibir yang kemerahan mirip dengan buah cherry segar berbicara. Setelan yang dibuatkan khusus oleh istri Tommy melekat pas di tubuhnya yang tinggi dan bahunya yang lebar. Jemarinya yang panjang dan lebih cantik dari miliknya, Wendi sedikit cemburu sih tapi dia suka sekali melihatnya, saling memilin dengan getaran samar yang berasal dari tubuh Jefri.

"Halah. Gapapa, tinggal jawab 'saya bersedia', tukeran cincin habis itu kecup kecup."

Jefri menatap Wendi dengan sedikit sangsi namun kedua pipi pucatnya merona dengan manis.

"Iya tapi Mbak, aku malu."

"Loh malu kenapa kan kamu ganteng banget ini!"

Tak habis fikir memang, disini Jefri terlihat seperti baru saja melangkah keluar dari sebuah majalah fashion, sangat tampan dan mempesona. Kalau pun Wendi belok, dia juga salting ditatap sedemikian rupa, apalagi dengan bibir bawahnya yang maju dengan merajuk. Jatuhnya malah gemas, hilang sudah gambaran pangeran idaman para wanita. Yang ada hanya Jefrinya Johan. Memang beruntung sekali om om macam Johan mendapatkan pria yang bisa multi talen seperti Jefri. Ganteng iya, manis iya, cantik iya, belum juga jago masak, bersih bersih, kurangnya hanya lola dan kadang ga peka aja.

"Biasanya di kampung nikahan cuman orkesan pakai sound sistem gede sama jajanan kayak kacang sama pisang goreng. Aku belum pernah kondangan ke gedung mana rame banget banyak bulenya, kirain Mas Johan kuper habis ga pernah nongki sama temennya. Aku malu Mbak, ga bisa bahasa inggris ntar kalau ditanyain aku cuman bisa jawab nggih sama mboten."

Wendi melongo, sementara Bu Dewi tertawa, menepuk nepuk bahu Jefri yang tampak serius mengatakannya. Alisnya bertaut dengan bibir yang makin maju.

"Itu mah temen bisnisnya Johan, Jepri. Udaaah jangan malu. Yuk udah ditungguin sama Johan."

Merapikan sekali lagi setelah Jefri dan memberikan cubitan gemas di pipinya, Wendi menggiring sang pengantin dan Ibunya keluar dari ruangan ganti dan menuju ke gedung utama. Jefri gugup luar biasa, dia tidak pernah menyangka bahwa hari ini tiba. Setelah membuat Johan menunggu selama satu tahun lebih karena ia belum yakin. Tangan Jefri otomatis menuju ke perutnya, rata dan tidak lagi merasakan kehadiran bayi mungil di dalam perutnya. Senyumnya turun sedikit dan tanpa sadar menggenggam erat kemeja di bagian perutnya. Wendi yang melihat perubahan raut wajah Jefri menggenggam tangannya, menjauhkannya dari perut sebelum memberikan tepukan pelan di lengan Jefri.

"Gapapa."

Ucapnya pelan dan lembut, Jefri tersenyum meskipun matanya mulai mengabur oleh airmata yang mulai menerobos keluar. Mengambil nafas dalam dalam, ia mengerjap sebentar sebelum meluruskan wajahnya.

Hari bahagia tidak boleh ada airmata kesedihan.

.

.

.

Setahun lalu hingga saat ini berdiri berdampingan di altar dengan Johan yang masih mengucapkan janjinya terasa sangat buru buru untuk Jefri. Dari menjadi mahasiswa rantau biasa yang hanya berkawan dengan Winanda dan Arjuna, makan di warung dengan santai ataupun membantu Ibu kos belanja setiap paginya. Lalu bertemu dengan siswa SMA ganteng yang ia berikan teh pucuk karena kasian, selonjoran di jalan seperti anak ilang. Hingga hari harinya yang selalu terhibur dengan Dika yang tidak berhenti cari perhatian padanya. Dia bukannnya ga peka, Jefri tahu kalau Dika suka dengan dirinya.

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang