14. Dika

3.4K 494 86
                                    

Jefri masih heran.

Padahal Dika tahu kalau Johan itu pacarnya, ya ngakunya di depan remaja itu sih, tapi ternyata itu tidak menyurutkan niat dan tekadnya mengejar cinta Jefri. Bahkan pagi pagi sekali di hari Senin dimana seharusnya ada upacara bendera di sekolah, Dika malah memilih duduk berdampingan dengan Jefri di taman kampus. Asyik menyantap kue lapis yang Jefri belikan di teman sekelasnya yang kebetulan menawarkan.

Mereka hanya diam, duduk berdua di bawah pohon mangga, sesekali Dika memekik karena semut yang menggigit kulitnya sambil masih asyik mengunyah kuenya. Jefri sendiri sibuk membaca buku. Sama sekali tak terganggu dengan kunyahan Dika yang terlampau berisik.

"Bang Jefri engga mau makan?"

Sebuah tangan terulur tepat di depan bukunya, lengkap dengan sebuah kue lapis berwarna warni, Jefri mengangkat kepalanya lalu menoleh menatap Dika.

Seperti di drama drama Jepang, tatapan keduanya beradu seiring dengan waktu yang tiba tiba melambat. Dika dengan pandangan memuja dan Jefri yang mengerjap sepenuhnya tidak paham, bedanya bila drama Jepang yang berjatuhan di sekeliling mereka, disini hanya daun mangga yang berjatuhan. Satu jatuh dan nyangkut di rambut Dika, karena Jefri adalah pribadi yang menyayangi sesama, ia mengambilkan daun tersebut dari rambutnya. Spontan membuat Dika membeku, megap megap seperti ikan koi milik kakeknya menatap Jefri yang tampak santai santai saja melemparkan daun yang ia ambil.

"Bang.....gue jadi makin suka sama Bang Jefri...."

Gumaman menerawang Dika yang sedang larut dalam kolam cinta di dalam hatinya, irisnya terfokus pada Jefri yang tersenyum malu malu. Rona merah di pipinya, bulu matanya yang menyentuh halus kulit pipinya, sepasang lesung pipit yang muncul dan oh- bisakah ia lebih jatuh cinta.

"Dik? Dika? Dika jangan ngelamun nanti kamu kesambet setan penunggu pohon mangga!"

Guncangan halus di bahunya menyadarkan Dika, ia segera menggeleng geleng seperti orang yang mulai kerasukan membuat Jefri menatapnya takut takut sambil mengangkat bukunya. Siap menampol Dika bila ia benar benar kemasukan makhluk halus.

"Hehehehehe maaf bang, Bang Jefri tadi ngomong apa?"

Jadi malu, pujaan hati ada di depannya namun ia malah memikirkan yang iya iya dengan tak tahu malunya. Menggaruk tengkuknya dengan kikuk, Dika merapikan kerah kemeja seragamnya.

"Kamu ga ke sekolah gitu? Ini upacaranya udah selesai loh."

Dika melotot.

Eh iya anjir sampe lupa.

Dengan tergesa gesa, Dika segera menyambar tasnya yang tergeletak mengenaskan di bawah bangku. Mencomot satu lagi kue lapis sebelum mengusak surai halus Jefri yang menatapnya dengan terbelalak. Dengan kue lapis digigit, rambut pendek acak acakan, seragam mencuat dari balik gesper, Dika mengerling sebelum melesat pergi meninggalkan Jefri melongo di tempat.

Dika kenapasih....

.

.

.

Dika terus tersenyum sepanjang hari setelah menghabiskan waktunya melewatkan upacara dengan pria manis mahasiswa kampus sebrang. Bahkan ketika sedang dihukum guru karena terlambat dengan push up, ia masih saja tersenyum membuat banyak mengira dia memang kerasukan.

"Lu kenapa sih, Dik? Nyengir mulu. Sakit gigi lo."

"Engga Ren, gue jatuh cinta....."

Yang dipanggil Ren mengernyit dengan ekspresi hendak muntah. Diaduknya popmie yang baru saja ia pesan sebelum menyeruput kuahnya dengan sedotan.

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang