20. Curiga

2.8K 428 152
                                    

"Pake ini yang."

Jefri mengerjap menatap benda pipih kecil dan panjang yang Johan letakkan di tangannya. Mengerjap bingung dengan benda asing di genggamannya, Jefri beralih menatap Johan yang tampak gelisah. Johan bersikap aneh semenjak tadi ia menyeret Jefri yang tengah berbincang dengan Johana pulang dengan tergesa gesa. Menyetir dengan buru buru seperti adu balap, beruntung tidak di tilang polisi, Johan juga seperti sudah terbiasa menyetir dengan ngebut begitu jangan jangan pacarnya dulu ikut geng motor. Mereka bahkan belum berganti pakaian. Masih dengan setelan, Jefri masih rapi dan Johan acak acakan. Rambutnya yang tertata sudah tidak berbentuk.

"Dipake yang, kamu pipisin ujungnya."

Jefri menatap Johan dengan hidung berkerut.

"Kok dipipisin sih Mas kan jorok."

"Kan emang gitu cara kerjanya yang."

"Emang ini apa Mas?"

"Testpack. Buat tes kehamilan."

Jefri yang semula bingung sekarang bertambah bingung. Menatap Johan seperti pria tersebut tumbuh kepala dengan melotot.

"Loh? Maksudnya?"

Jefri benar benar tidak mengerti maksud dari kekasihnya itu memberikannya alat tes kehamilan padanya. Memangnya siapa yang hamil kan Jefri cowo.

"Kamu bilang Teteh kamu istimewa, gimana kalau kamu udah isi yang. Kan kita lumayan rutin tidur barengnya."

Sontak kedua telinga Jefri memerah dengan lucu sebelum ia melotot setelah menyadari kata kata Johan dan menatap pria tinggi di depannya dengan bibir dimajukan.

"Mas Johan nguping ya?!"

Padahal ia sudah yakin tidak ada siapa siapa dan hanya Johana, kakak Johan, yang mendengarkan rahasianya. Rahasia yang ia jaga rapat rapat dan tidak ada yang tau. Tapi anehnya Johan tidak melihat adanya kesedihan atau penghianatan dalam sorot iris coklat bening milik si manis. Jefri justru terlihat merajuk, tentu dengan bibir bawahnya yang terjulur dengan lucu.

"Istimewa maksud ku itu aku pernah jadi dukun bayi dadakan waktu masih SMP Mas. Makanya aku mau ngasih tau Mba Johana kalau misal Mba mau lahiran biasa aja ga pake dokter kan bisa pakai jasaku. Ih Mas Johan jadi tau deh pasti habis ini ngeledekin aku ya?"

Mendengar penjelasan Jefri yang lumayan absurd dan ngelantur itu membuat Johan melongo. Mengerjap pada Jefri yang menggerutu soal rahasianya sudah terbongkar dengan bibir mengerucut sebelum mengusap kasar wajahnya. Jantungnya yang sempat seperti sedang maraton seketika kembali seperti semula. Rasa takut akan sebuah tanggung jawab yang akan ia tanggung begitu mengira kata 'istimewa' dari Jefri adalah kebenaram bahwa kekasihnya dapat mengandung hilang lenyap digantikan oleh sedikit rasa lega. Meskipun ia sudah sangat siap bertanggung jawab bila memang benar adanya sang kekasih orang istimewa. Tapi tetap saja orang akan jantungan bila diberitahu oleh pacarnya yang juga lelaki bahwa ia bisa mengandung. Apalagi Johan dan nafsunya benar benar hampir susah ditahan di sekitar Jefri.

"Aduh yang, Mas kira pentolnya ada isinya ini."

Johan segera merengkuh hangat Jefri, mengecup puncak kepalanya lalu membelai surai yang sudah kembali berwarna kehitaman itu sayang. Mengacaukan tatanan rambut rapi Jefri. Satu tangannya yang lain mengusap perut rata Jefri sembari tertawa. Jefri mencubit pinggangnya setengah hati sebelum membalas rengkuhannya. Menghirup aroma maskulin milik sang kekasih sebelum memejamkan matanya dan memasukkan benda di genggamannya ke dalam saku celana tanpa Johan tahu.

Buat jaga jaga aja...

.

.

.

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang