1. Ha? Sugar Daddy?

8.4K 898 122
                                    

"Win, kayaknya aku ga bisa ikut hang out besok."

Yang dipanggil Win atau bernama lengkap Winanda, segera mendongak dari buku yang sedaritadi di hayatinya. Menatap sahabat karibnya yang  duduk di sebrangnya dengan satu alis terangkat. Yang ditatap hanya meringis dengan sungkan. Jemarinya memainkan pulpen dengan gugup.

"Lu ada shift malam besok? Biasanya sabtu libur kan?"

Pertanyaan yang sederhana dengan nada penuh kekhawatiran membuat bahu yang semula menegang seketika lemas. Bibir sewarna buah persik maju sedemikian rupa dengan merajuk mengundang sudut bibir sahabatnya berkedut menahan senyuman gemas.

"Huum." Jawabnya dengan enggan. Segera meletakkan kepalanya di atas meja dengan helaan nafas frustasi sebelum jemarinya yang panjang dan cantik menyisir surai kehitamannya semakin berantakan. "Aku gabisa keluarin duit banyak banyak buat beli sembarangan, Win. Karna ayah udah ga ada dan Ibu cuman jualan kue, sementara Nanda udah mau masuk SMA. Aku juga kerja part timean di cafe ga seberapa gajinya. Belum buat biaya sekolah Nanda, kebutuhan sehari hari buat Ibu dan bayar kuliah juga kosan. Aku pusing banget. Tapi gaboleh sambat lama lama, rejekinya nanti ga lancar." Lanjut pria bernama lengkap Jefri Adiwijaya dengan suara serak.

Memang tidak memungkiri tanggung jawab sebagai anak sulung dan laki laki satu satunya di keluarga, ia juga tidak tega pada Ibu yang harus bangun subuh membuat kue untuk dijual keliling dan ke pasar dari pagi hingga magrib. Beruntung pemilik cafe tempat ia bekerja sangat baik hingga tanpa basa basi mau menaikkan gajinya. Yah...ada sedikit memohon dari Jefri sih.

Winanda sebenarnya tidak tega, melihat sahabatnya yang manis itu terlihat kacau, apalagi setelah Ayahnya meninggal Jefri tidak seceria dulu. Dia lebih tertutup dan pemalu. Hanya akan berbicara padanya dan Wira, teman sekelas mereka. Ia berniat membantu Jefri karena kebetulan Babanya orang berada, bukan bermaksud sombong tapi Jefri menolak dengan alasan dia tidak mau di cap matre apalagi harus bergantung terus padanya. Cukup lama mereka berdiam diri, Jefri dengan pikirannya dan Winanda yang melamun mencoba memikirkan solusi sebelum ia segera menggebrak meja dengan tiba tiba, hampir membuat Jefri yang sedaritadi bertumpu dengan lemas di meja terjungkal.

"Win! Kalau mau ngagetin bilang bilang to kan aku hampir jatoh."

"Gue ada ide, Jep!" Sahut pria keturunan China itu dengan cengiran super lebar dan jempol yang diacungkan pada sahabatnya. Dengan buru buru ia mengeluarkan ponsel dari saku jaketnya. Mengetik dengan kesetanan entah pada siapa mengundang tatapan heran Jefri.

"Kamu chattingan sama siapa sih, Win? Kok kayak dikejar hantu aja?"

"Om Yudha."

"Ha? Om Yudha? Saudara kamu bukannya Om Ken ya?"

Winanda meliriknya sebelum kembali berkutat dengan ponselnya. Jefri yang diabaikan memajukan bibirnya sedikit, dia tidak sedang merajuk hanya sedang kesal. Ia sebenarnya sangat merasa tidak enak karena lagi lagi Winanda harus repot repot karenanya. Ia akan berjanji bila ada rejeki lebih akan mentraktir sahabatnya itu.

Sementara Winanda sudah selesai dengan siapapun yang ia bombardir dengan pesan. Melipat tangannya di atas meja, ia memperhatikan kawannya dengan senyuman kecil.

"Jef, lu pasti bakalan ngamuk kalau tau apa yang gue lakukan. Tapi gue janji kok, dia ga bakal macem macem. Om Yudha juga bilang kalau dia bukan tipe yang begitu."

Winanda yang melantur tidak jelas itu memang terdengar oleh Jefri membuat pria bersurai kehitaman itu mengerjap lucu dengan melongo yang justru terlihat menggemaskan.

"Ha? Dia siapa to, Win? Kamu ngomong apa?"

Winanda tampak ragu hendak menjawab, berkali kali ia menghela nafas seperti beban hidupnya sangat berat padahal dia hanya harus jujur pada sahabatnya. Bukannya gimana, soalnya Jefri itu-

"Gue bantuin lu nyari sugar daddy."

"Ha? Sugar Daddy? Bapak gula? Bapak bapak yang jualan gula?"

-ga bakal mengerti apa yang ia maksud. Sobatnya yang manis dan pintar itu tidak pernah mengikuti tren. Karena yang ditonton setiap hari di televisi kosan kalau tidak kartun ya acara masak masak. Punya akun media sosial pun cuman buat pajangan, karena Jefri kadang kurang paham cara pakenya alias ribet banget katanya. Dengan tatapan datar, Winanda menepuk kepala Jefri dengan gulungan kertas.

"Bukan elah." Sahutnya kemudian setengah geli. Tersenyum gemas melihat Jefri mengusap ngusap kepalanya yang sebenarnya tidak sakit.

"Besok ikut gue lah ketemu Om Yudha sama temennya, biar sekalian dijelasin. Jangan browsing, yang keluar aneh aneh. Ga selalu kok lu jadi sugar baby harus dengan proses berkembang biak." Lanjutnya mengabaikan sepenuhnya Jefri yang masih melongo dengan bloonnya. Sepenuhnya ga paham dengan apa yang diomongin Winanda.

Proses berkembang biak katanya? Sebenernya sugar baby nih kerja apa sih? Di peternakan sapi?

Otak Jefri memikirkan berbagai pertanyaan karena sangat kebingungan dan Winanda sama sekali tidak berniat menjelaskan sedetailnya. Bahkan ia terlihat sangat menikmati wajah begonya Jefri.

"Awas yo. Kalau misal besok yang kamu lakuin ini ilegal, aku gamau ngomong sama kamu ya Win." Ancamnya dengan kedua tangan di lipat di dada, matanya memincing galak yang hanya ditanggapi dengan gelengan serta tawa geli yang mati matian ditahan Winanda sedaritadi.

"Tenang aja. Ga aneh aneh kok, palingan nemenin maen PS sama main catur doang." Jawabnya begitu enteng, membereskan buku buku dan berkas yang berserakan di meja.

"Emang kamu punya?"

"Punya. Ya Om Yudha itu."

"Kok kamu ga bilang bilang sih, Winarto. Aku merasa terhianati sebagai temenmu."

Winanda menatap Jefri dengan menjulurkan lidahnya sebelum bangkit berdiri ketika melihat seseorang dengan rambut putih mentereng. Baju rapih namun rambut yang tertata ke atas sedikit acak acakan. Jefri mengerjap ngerjap begitu melihat Winanda bersalaman.

"Yo mamen. Ntar kita nonton dulu ya Win." Ajak orang tersebut, merangkul Winanda sebelum matanya jatuh pada Jefri yang masih duduk manis di kursinya. Senyumnya mengembang sangat lebar dan mengerling pada Jefri yang tampak terkejut.

"Hai, manis, besok dandan yang ganteng ya, mau ketemu Om Johan." Ucapnya dengan nada menggoda sebelum meringis begitu Winanda menginjak kakinya cukup kencang.

"Dah, balik duluan ya Jef. Besok kita ketemun di cafe tempat lu kerja."

Jefri hanya mengangguk dan tersenyum dengan dua lesung pipitnya timbul malu malu di kedua pipi putihnya. Tangannya melambai riang pada sosok Winanda dan yang sepertinya Om Yudha yang menjauh sebelum ia terdiam. Melamun menatap ke luar kantin tepatnya ke taman kampus.

Sebenernya dia agak takut buat besok apalagi dia juga ga paham sama sekali dengan dirinya yang butuh uang dengan sugar daddy yang dia sendiri saja ga tau artinya.  Lagian Winanda aneh aneh aja. Kok perasaannya rada ga enak yah? Apa besok Winanda bener bener bawa juragan gula buat dijodohin sama dia?

+++++++++++++++++++++++++++++++++

Tenang aja, Jef, juragan gulanya ganteng kok kamu pasti suka 🤔

Tenang aja, Jef, juragan gulanya ganteng kok kamu pasti suka 🤔

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini anak bayi gemes kali 😥

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang