"Bang kok lu bisa kenal Mas Jefri? Kan lu anak sekolah dia mahasiswa."
Baru juga dua jam kenal, Lukes sama Dika udah kayak temen akrab. Setelah dianter ke kosan Jefri, Dika dan Lukes yang gatau alamat barunya Jefri memutuskan buat makan siang dulu. Kebetulan di jalan depan gang kosan ada banyak warung makan. Karena Dika juga bawa uang saku pas pasan, jadinya mereka milih nongki di tenda lalapan sambil ngobrol ngalor ngidul.
"Dulu gue iseng ikut temen STM gue ikutan demo. Gue kira dikasih air bos, taunya kaga. Pas gue lontang lantung di jalan kehausan dan hampir menjadi kerupuk rengginang, Bang Jefri dateng seperti bidadari surga. Jongkok di sebelah gue yang bentukannya kayak cakue terus ngasih gue teh botol sambil bilang-"
Dengan semangat Dika berdehem dan mulai memperagakan.
"Adek kenapa kok rebahan disini kan ga ada kasurnya, ini buat kamu, ayo bangun habis itu pulang, besok kan ulangan matematika."
"Gitu bro. Gue langsung 'eh anjir bener juga gue besok ulangan matematik kok gue ikutan beginian yah', habis itu gue tengok siapasi ni yang ngasih gue teh murah amat . Eh buju buneng ternyata cakep banget. Kalau diibaratin hari itu gue kedatengn malaikat-
"Dek dek bisa kasihin sambelnya ga?"
Seseorang menoel noel bahu Dika membuat dongeng dari abege berseragam sekolah itu terhenti seketika. Dengan ogah ogahan, Dika mengambilkan tempat sambal di depannya lalu menyodorkannya pada pria yang duduk di belakangnya.
"Lah? Bang Yudha?"
Yang dipanggil mengerjap bingung sebelum menepuk kencang bahu Dika yang segera terjungkal karena sakit dan kaget.
"Buset! Lu udah gede aja Dik! Kemaren masih seketek gue lu."
Dika hanya mesem kecut sambil usap usap pantatnya yang barusan berciuman dengan tanah akibat tingkah bar bar Yudha. Sang tersangka bukannya minta maaf malah asyik tertawa bersama Lukes.
"Bang Yudha nih yang kemana aja? Biasanya ngintilin Bang Johan kemana mana udah kayak anak bebek." Gerutunya kembali duduk di kursi plastik khas orang kondangan yang kebetulan di pakai warung lalapan yang mereka singgahi dengan sedikit sebal. Yudha mengaduk ngaduk es tehnya dengan memasang muka antara mau muntah atau sedang buang kentut.
"Dih ngapain gue ngikutin pantat si tiang bendera. Gue ngintilin dia kalau habis ngutang nasi bungkus doang."
Sahutnya santai sebelum menyeruput es tehnya dengan suara yang sedikit berlebihan. Dika mengerutkan hidungnya tidak kuasa melihat kelakuan teman sepupunya yang tiada duanya itu.
"Eh iya." Ucapnya mengingat sesuatu sebelum menghadap Lukes yang sejak tadi diem aja dan ternyata lagi makan lalapan dengan khidmat. "Luk, gue kemaren ada ketemu Bang Jefri sama Bang Johan terus katanya mereka pacaran."
Ucapan Dika membuat Lukes melotot, timun yang hendak ia gigit jatuh dengan dramatis ke piringnya. Dia menatap Dika yang balas menatapnya kebingungan.
"Opo? Mas Jefri punya pacar???"
Kaget.
Tentu dia kaget, seumur umur dia kenal Jefri dari jaman masih kecil dan suka main masak masakan di belakang ruman Jefri. Pria manis itu tidak pernah yang namanya tertarik dengan orang lain. Pernah suatu kali anak desa sebelah terang terangan nembak Jefri yang sudah duduk di bangku kelas dua SMP tapi ditolaknya dengan alasan-
"Maaf ya, aku ga paham sama cinta cintaan. Soalnya gabisa dimakan, gabisa kenyang"
Sebenarnya alasan yang ngelantur banget tapi itulah Jefri. Lukes pernah menyukainya dulu namun ia urungkan karena Jefri bilang ia melihat Lukes sebagai juragan sapi. Karena Bapaknya Lukes ternak sapi banyak sekali dan Jaehyun suka main dengan Lukes karena dia bisa elus kepala sapi Bapaknya Lukes. Dulu Lukes kecil ga paham jadi iya iya doang, setelah besar dia patah hati karena menyadari Jefri lebih suka sapi sapinya daripada Lukes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Larung Asmara 🌟
أدب الهواة"Kamu butuh uang dan saya butuh teman, kita bisa menguntungkan satu sama lain kan." Dimana Jefri tidak pernah menyangka bahwa hidupnya sebagai mahasiswa biasa dengan keluarga sederhana akhirnya terikat cinta yang datang tidak sengaja dari pria berna...
