6. Resah

4.4K 647 116
                                    

Setelah kejadian memalukan itu, Jefri jadi serba canggung di sekitar Johan. Johan sih santai santai aja meskipun dalem hati dia pengen masuk lubang semut karna ketauan ngintipin Jefri ganti baju.

"Um...Mas Johan, aku berangkat dulu ya?"

Pamit Jefri dengan malu malu, telinganya merah dan itu lucu, Johan ga tahan tapi yang namanya gengsi dia cuman dehem pura pura kalem sambil baca koran pagi. Sampai tidak sadar kalau koran yang dipegangnya terbalik.

"Um mas."

"Iya jef?"

"Aku boleh pinjam uang dulu, buat bayar ojol soalnya gajiku belum turun."

Mendengar suara lirih yang untungnya sampai di telinga Johan, pria yang sudah berpakaian rapih itu melipat korannya. Bangkit dari duduknya lalu mengantongi ponselnya. Jefri menatapnya dengan mengerjap ngerjap bingung sebelum ia sedikit terbelalak saat Johan mengamit lengannya. Setengah menyeret Jefri untuk berjalan keluar apartemennya.

"Loh loh Mas??" Tanya Jefri bingung karena setelah memastikan pintu tertutup, Johan kembali menggiringnya masuk ke dalam lift. Setelah pintu lift tertutup, Johan melepaskan genggamannya pada lengan Jefri untuk tersenyum miring.

"Katanya mau berangkat kan? Kamu gausah pesen ojol, mulai sekarang saya anterin, lalu uang saku dari saya buat jajan aja nanti ya."

Jelasnya dengan lembut, tanpa sadar tangannya terangkat. Mengusap gemas surai hitam Jefri yang sedikit berantakan, menyisirnya pelan merasakan betapa lembutnya helaian rambut itu di jarinya. Tanpa menyadari rona merah yang memenuhi pipi bulat si empunya.

"Tapi mas....kantornya mas kan jauh....lagipula mas bilang ada meeting jam sembilan kan? Ini udah jam delapan lebih loh mas nanti kalau anterin aku dulu mas bisa te-

Tanpa ia duga duga, Jefri yang sibuk mengoceh tak melihat bagaimana Johan memangkas jarak di antara mereka berdua. Merangkum wajahnya dalam genggaman tangannya yang besar dan hangat kemudian segera mendekatkan wajahnya. Ciuman itu lembut, kata kata Jefri tertelan di tenggorokannya begitu bibirnya dikunci oleh bibir Johan yang basah. Kedua matanya membulat lebar dan ia hanya bisa terdiam kaku, membeku di tempatnya. Tangannya gemetar dengan hebat di bahu Johan, tapi pria itu bahkan tidak segera melepaskan ciumannya. Ibu jarinya membelai lembut pipi kenyal Jefri yang mau tak mau membuat yang lebih muda memejamkan matanya.

"Ung mas...."

Protes yang hendak meluncur dari bibirnya kembali terhenti di udara tatkala Johan mulai menggerakkan bibirnya. Melumat gemas bibir bawah Jefri yang tebal sebelum akhirnya ia tersadar dan segera menjauh. Membuat Jefri yang terlepas dari pegangannya merosot ke bawah dengan mengerjap kebingungan. Merah semua telinga dan pipinya sebelum ia bangkit berdiri, menepuk nepuk celananya tanpa menoleh ke arah Johan. Dadanya berdegup kencang, tapi bukan perasan bahagia melainkan adalah perasaan asing yang membuat matanya memanas. Dengan gemetar ia mengusap bibirnya dengan lengan hoodie yang dipakainya. Berusaha menghilangkan rasa basah dan hangat bibir Johan yang menempel disana.

"Jef...maafkan saya...saya ga tahan."

"Kenapa mas?"

Kenapa cium aku kalau mas ngelarang aku jatuh hati sama mas? Dan mengambil ciuman pertamaku. Apa mas cuman menuruti nafsu saja?

Batin Jefri gamang, ciuman pertamanya diambil oleh Johan. Di tengah hubungan mereka yang seharusnya tidak ada ikatan, Johan bilang tidak tahan? Jefri jadi takut, takut kalau kalau memang Johan hanya melihatnya sebagai orang yang bisa diambil kesempatan karena mereka terikat perjanjian. Takut jika Johan menggunakan alibi balas budi akan bantuan yang ia berikan pada Jefri untuk menjadikan Jefri pemuas nafsunya.

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang