23. Manja

3.2K 386 52
                                    

"Mas Johan."

Johan yang sedang melipat pakaian untuk ditata ke dalam koper menghentikkan kegiatannya. Menoleh ke arah ranjang untuk menemukan pacarnya duduk manis dengan sangat menggemaskan. Memakai jaket kesayangan Johan yang kebesaran di tubuhnya, memeluk sebuah boneka paus yang ia ambil dari tumpukan boneka Johan di almari. Bibir bawahnya maju dengan demikian rupa.

"Mas Johan aku mau ikut..."

Rengekan suara serak dan bergetar Jefri membuatnya menghela nafas panjang. Mendorong kopernya yang belum beres sebelum berjongkok di depan Jefri. Melingkarkan lengannya di sekitar pinggang ramping kekasihnya sebelum menggigit gemas ujung hidung Jefri.

"Aduh! Mas Johan suka banget gigit gigit sih."

Protesan si manis tidak ia dengarkan, bibirnya sudah sibuk memberikan kecupan kecupan kecil di pipi kenyal Jefri. Mengeratkan pelukan lengannya pada pinggang Jefri, Johan membawa satu tangannya untuk menangkup lembut dan hati hati pipi kemerahan yang mirip dengan buah persik itu. Menarik sedikit dagu Jefri agar bibirnya yang merah dan basah karena sering dikulum terbuka. Nafas hangatnya menerpa permukaan wajah Johan sebelum pria tinggi itu memasukkan lidahnya ke dalam bibir Jefri yang terbuka. Menelan setiap lenguhan dan rengekan yang meluncur dari tenggorokan Jefri. Menelisik rasa manis dalam rongga hangat yang begitu familiar. Berbagi saliva di antara lidah mereka yang saling beradu, tangan besar Johan terasa sangat panas pada tubuhnya, menembus jaket dan kaus yang ia kenakan. Kakinya secara otomatis melingkar di pinggang Johan, meremas rambut belakang Johan sedikit kencang begitu tubuhnya terlonjak dan lenguhan tertahan berdengung di tenggorokan Jefri saat lidahnya dihisap kuat oleh Johan. Pusing, Jefri merasa seperti melayang di awan. Seluruh tubuhnya lemas, Johan mampu membuatnya melebur dengan hanya ciuman dan sentuhannya.

"Yang..."

Melepaskan ciuman basah mereka, Johan menjilat lelehan saliva entah milik siapa yang mengalir dari sudut bibir merah Jefri yang terbuka meraup udara sebanyak yang ia bisa. Dadanya naik turun dengan kepayahan, tubuhnya yang lemas segera jatuh ke ranjang. Mengerjap menatap langit langit kamar Johan dengan mengatur nafas, Jefri mengatupkan kedua kakinya dengan malu malu. Bisa bisanya sebuah ciuman membuatnya jadi merasakan panas di daerah yang tak seharusnya. Matanya terpejam dengan rintihan terbata meluncur dari bibirnya begitu tangan jahil Johan meremas dan memijat bongkahan pantatnya yang tidak begitu berisi namun pas di tangan besar Johan. Memejamkan matanya yang mulai berair, Jefri bisa merasakan panasnya tatapan Johan tertuju padanya. Nafasnya tertahan begitu celana piyamanya mulai ditarik turun dengan perlahan. Perlahan, tubuhnya bergidik kecil begitu merasakan nafas panas Johan menerpa kulitnya yang terekspos. Turun, turun, hingga-

"Johan boleh pinjem-ASTAGA!"

Jefri memekik dengan kaget sebelum beringsut menjauh dari Johan. Menaikkan celananya yang turun memperlihatkan pantatnya yang putih dan kenyal dengan panik sebelum menggulung dirinya dengan selimut karena malu. Sementara Johan masih setia dengan posisinya berjongkok, menatap santai Johana yang berdiri di ambang pintu dengan melongo.

"Apasih Teh. Ketok ketok dulu kek, lagi asyik juga."

Johan menyisir rambutnya ke belakang dengan menghela nafas kasar. Gila, celananya terasa sangat sesak sekarang. Ia ingin menangis, bisa bisanya momen yang luar biasa menggairahkan diganggu. Ia yakin Jefri pun nanti tidak akan mau diajak asyik asyik karena sudah terlanjur malu.

"Gue kira lu lagi packing Han, taunya unboxing yang lain."

Seringaian di suara Johana membuat Jefri semakin menggulung dirinya. Hanya surai hitamnya yang mengintip dari balik gulungan selimut. Johan bangkit dari posisinya untuk menyisir rambut Jefri lalu mencium puncak kepalanya sebelum menggiring Johana keluar kamarnya.

Larung Asmara 🌟Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang