mommy

2.2K 182 2
                                    

Zurra berlari lari kecil mengitari setiap sudut ruangan yang ada di istana demon.
Matanya menggeledah setiap ruangan yang ia lalui , ia mengikuti naluri mencari sebuah ruangan yang ia yakin menyimpan semua hal yang ia ingin ketahui.

Zurra terlalu lelah berpura-pura bersikap biasa didepan penghuni istana , tak bisa ia pungkuri bahwa dirinya mencintai edward namun rasa penasaran akan hubungan edward dan kematian orang tuanya membuat zurra mengesampingkan perasaannya.

Zurra tiba tepat berada di pintu besar berwarna keemasan dengan ukiran indah di sayap kiri istana yang tidak jauh dari ruang edward biasa bekerja.
Zurra kembali mengingat-ingat mimpi yang selalu datang setelah ia melalui perubahan besar pada dirinya.

Ia sering bermimpi sesosok kakek tua berjenggot putih selalu menuntunnya dan menghilang dibalik pintu besar di dalam istana ini.
Zurra enggan menceritakan mimpi itu kepada siapapun , karena merasa tidak satupun yang akan berpihak padanya.

Dengan keyakinan kuat , setelah menimbang berbagai presepsi  zurra membuka pintu tersebut secara perlahan.
Bunyi derit dari pintu terdengar pertanda pintu tersebut telah lama tidak digunakan.

Dengan langkah hati-hati zurra melangkah kedalam ruangan dingin dipenuhi debu dan sarang laba-laba disetiap sudut.

'Blam' pintu tersebut tertutup rapat membuat zurra terlonjak kaget.

"Tenang zurra , keep calm" ucap zurra berusaha menenangkan dirinya.

Ruangan yang pengap dan gelap perlahan mulai terang oleh lilin yang zurra sendiri tidak tahu siapa yang menyalakan mereka.
Matanya menatap awas , dengan tangan meremas kedua sisi gaun kesayangannya.

Peluh zurra makin bercucuran ketika matanya tidak sengaja menatap sebuah lukisan besar tepat didepannya.
Disana terdapat lukisan seorang gadis kecil bermata sebiru lautan dengan senyum indah berada dipangkuan wanita cantik bersurai perak seperti rambutnya.

Ia yakin dan sangat yakin gadis kecil tersebut adalah dirinya , gadis tersebut sama persis seperti foto yang selalu ia bawa saat masih bekerja di gereja dahulu , hanya saja di foto miliknya memiliki mata zamrud dan rambut coklat.

Perlahan air mata jatuh dari pipi mulusnya , sosok ibu yang selama ini ia dampakan bahkan tidak pernah ia bayangkan terpampang jelas dalam lukisan tersebut.
Dengan langkah berat zurra mendekati lukisan tersebut. ,menyentuh dan membelai wajah yang berada dilukisan tersebut.

"Mommy ? Benarkah itu dirimu ? Kau mommy ku ? Hiks hiks"

Zurra menangis memegang dadanya yang terasa perih , ia senang sekaligus sakit.
Sosok ibu yang pertama kali dalam hidupnya ia lihat namun tak bisa ia peluk bahkan di ajak bicara.

Selama hidupnya zurra hanya tahu bahwa ia dibesarkan olrh orang tua angkat tanpa tahu siapa dan bagaimana rupa sang ibu kandung.

Air mata nya kembali jatuh dengan senyum miris terpatri di bibir nya.
"Mommy , banyak hal yang ingin zurra ceritakan dan ingin zurra tanyakan. Tapi zurra melihat mommy dalam lukisan ini aja zurra udah bahagia . Ternyata mommy nya zurra cantik .. Mirip zurra hehehe . Hiks hiks hiks"

Zurra tak mampu lagi berkata- kata , hanya isakan tangis yang terdengar dari ruangan tersebut.
Suara hati yang selama ini ia tahan , semua pertahanan diri ia lepaskan.

Aku pergi.

'Prang'

Zurra terkesiap ketika sebuah pedang panjang jatuh tak jauh dari dirinya.
Ia mengusap mata kasar dan mendekati pedang tersebut , alangkah terkejutnya zurra saat melihat ukiran nama 'jonathan' terukir di gagang pedang tersebut.

Zurra ingat saat ia bertemu dengan ferguso ia sempat menyebut nama jonathan yang tak lain adalah ayah kandungnya.
Matanya kembali menangkap lukisan seorang yang tidak asing dimatanya , dilukisan yang terdapat sosok edward memegang gelas yang ia yakin berisi darah segar tersebut bergeser dan membuka ruangan lain dari balik dinding.

Zurra melangkah masuk menyusuri lorong-lorong yang ia yakin terhubung ke ruang kerja edward yang tak pernah ia masuki.
Disetiap lorong terdapat lukisan lukisan lama yang berjejer rapi disetiap dindingnya.

Zurra berhenti di ujung lorong memperhatikan lukisan sepasang suami istri dengan putra mereka yang gagah dengan kepakan sayapnya.
Kakinya terasa melemas saat ia menyadari sosok didalam potret itu adalah edward remaja bersama ibu dan ferguso.

Zurra memijat kepala nya yang terasa sangat sakit mencoba berfikir positif jika orang yang berada di lukisan itu bukan lah ayah edward.
Pupi bergetar mencoba mengatur nafas agar dirinya bisa tenang dan berpikir secara jernih.

"Huft , zurra tenang . Ini pasti salah. Ya ini pasti tidak benar"

"Ekhem"

Degup jantungnya tidak karuan saat ia menyadari ia tidak sendirian diruangan tersebut.

"Sudah kau temui apa yang kau cari ?" Tanya seseorang dingin tepat dibelakangnya.

Zurra memutar tubuhnya pelan dan berhadapan dengan pria yang berdiri tidak jauh darinya.

"Ed .. Edward?"  Suara zurra teecekat saat tahu orang tersebut adalah edward sang demon.

"Aku sudah menduga kau pasti menyembunyikan sesuatu . Tidak bisakah kau meminta izin sebelum kau ingin masuk keruangan seseorang ?" Tanya edward dingin.

"Apa hubungan mu dengan ayah dan ibu ku ? Dan mengapa dia ada disini ? Apa itu ayah dan ibu mu ?" Tunjuk zurra pada lukisan tersebut menuntut jawaban edward.

Edward diam seribu bahasa menatap zurra dan lukisan tersebut bergantian.

"Aku mohon jawab aku edward , mengapa ferguso ada dilukisan ini bersama mu ?" Tuntut zurra meminta jawaban.

Dengan diam edward menarik zurra keluar dari ruangan tersebut .

"Lepas ed , LEPAS .."

Dengan terkejut edward melepas tangan zurra . Seakan sadar dari perbuatannya edward mendekat berniat menghapus airmata yang entah sejak kapan jatuh dari mata biru tersebut.

Zurra menepis kasar tangan edward , dengan tatapan nyalang penuh permusuhan zurra mengambil langkah mundur menjauh dari edward.

"Cukup , aku tidak tahu apa hubunganmu dengan orangtua ku dan juga ferguso . Aku akan mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi . Tapi terimakasih sudah menampungku selama ini. Aku pergi"  ucap zurra dingin berlari meninggalkan edward yang terdiam ditempat.

Edward meremas rambut gusar dan mengejar zurra yang berlari dengan penuh amarah.
Bukan hanya zurra yang terluka , tapi hatinya juga ijut sakit dan perih melihat semua kilatan permusuhan yang dipancarkan zurra padanya.

zurra the AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang