pilihan

1.8K 160 4
                                    

Saat zurra membuka matanya, ia tahu bahwa ia tidak berada ditempatnya.
Taman bunga yang begitu cantik dihiasi dengan berbagai macam kupu kupu.

"Aku sudah mati kah?" Tanya nya dalam hati.

Tangannya menyentuh bunga bunga tersebut dengan lembut.
Memperhatikan tempat sekitar yang tidak asing baginya.
Ditempat ini lah ia bertemu sang moongoddes dan jati dirinya.

Matanya tertuju pada kursi taman yang menghadap ke arah air terjun di ujung danau.
Sepasang suami istri tengah bercengkrama dengan seorang bayi kecil yang tertawa bersama mereka.

Zurra mendekat dan betapa terkejutnya ia saat kedua orang tersebut menatapnya dengan senyum yang sangat tulis.
Perlahan air matanya jatuh , memukul kepalanya memastikan ia tidak bermimpi.

"Ibu ? Aa...ayah?" Tanya zurra dengan suara tercekat.

Betapa campur aduknya perasaan zurra saat kedua orang tersebut mengangguk dengan senyum yang tidak lepas dari bibir keduanya.
Zurra langsung bersimpuh dikaki sang ibu,memeluk kedua kakinya sambil menangis tersedu.

Jonathan mengangkat zurra untuk duduk disebelahnya, memeluk gadis tersebut yang tiada henti menangis.

"Zurra , zurra gak lagi mimpikan ? Kalian nyatakan ?"tanya nya terbata.

Ia enggan bangun jika ternyata ini hanya mimpi. Namun suara sang ayah membuat nya kembali terkejut.

"Tidak putriku , kau tidak bermimpi. Kami memang datang mengunjungimu ."

"Ini nyata ?"

"Ini dunia antara ambang kematian dan kehidupan sayang" ucap sang ibu menimpali.

"Apa aku sudah mati ibu ?"

"Belum , tapi tubuhmu diluar sana enggan untuk bangun. Kau membuat orang diluar sana khawatir sayang"

"Zurra tidak ingin kembali , zurra ingin bersama kalian"

"Ibu tahu , semua pilihan ada pada dirimu . Tapi mereka yang disana tidak bisa hidup tanpa kehadiran putri cantik ibu"

"Apa aku tidak boleh bersama kalian ? Apa karena ibu sudah punya dedek baru?" Tanya zurra menatap bayi dalam gendongan sang ibu.

"Tidak sayang"

"Bayi itu adalah adikmu , dia mati tanpa sempat melihat ke indahan dunia dan kakaknya. Ibu mu tidak tahu kalau ia tengah hamil muda saat ia melawan ferguso"sambung sang ayah menjelaskan.

"Apa aku tidak bisa ikut seperti adikku ?"

"Adikmu telah lama mati , berbeda denganmu yang belum mati sayang"ucap sang ibu.

"Kalau begitu zurra mati saja"ucap gadis tersebut bersikeras.

"Sang demon membutuhkan mu sayang. Kau adalah kekuatannya. Kalian terikat bahkan sebelum kalian bertemu seperti sekarang"jelas sang ayah meyakinkan putrinya.

"Tapi aku melihat edward dikalahkan ferguso ayah"lirih zurra mengingat kejadian dimana edward terkena serangan besar ferguso.

"Petter berhasil menyelamatkannya sayang. Dan sekarang yang ibu tahu , edward sudah sadar dan menangisi tubuhmu yang terbaring diluar sana bersama vampir dan pimpinan serigala yang tampak begitu terpukul"jelas sang ibu membuat perhatian zurra tertuju padanya.

"Mereka semua selamat ? Syukurlah"

Gelengan jonathan dan anneth membuat alis zurra bertekuk.

"Apa maksud dari gelengan tersebut ayah ? Ibu ?"

"Petter memakai seluruh tenaganya untuk menenangkan kemarahanmu , dan disisa tenaga nya terakhir dia menyelamatkan hidup edward dengan menukarkan kehidupannya"

Nafas Zurra tercekat mendengar ucapan sang ayah. Airmatanya kembali jatuh bersama dengan dadanya yang begitu sakit.

"Apakah petter ?" Tanya zurra tanpa berani melanjutkan.

Anggukan anneth membuat dada zurra terasa ditikam ribuan belati. Ia menangis dan terduduk di atas tanah menggenggam erat tangan sang ayah.

"Tidak mungkin , ini tidak mungkin. Petter tidak mungkin mati" raungnya perih.

Jonathan memeluk tubuh gadis tersebut erat . Tubuh zurra melemah bersama tangis yang enggan untuk berhenti.
Ia tidak percaya bahwa karena dirinya lah petter harus pergi untuk selamanya.

zurra the AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang