Bahagiamu Bahagiaku

2.1K 184 18
                                    

Selamat membaca


Hari ini matahari bersinar lebih terik dari biasanya bahkan sampai sore menjelang. Meski begitu angin tetap berhembus cukup kencang sehingga dapat mengurangi hawa panas yang begitu terasa. Seseorang tampak menikmati hembusan angin yang menerpa nya hingga membuat rambutnya bergerak oleh lambaian angin. Di balkon kamar Arjuna berdiri dibalik pagar besi pembatas ia tampak memandang jauh ke depan, raganya mungkin ada disini tapi pikiran nya sudah pergi jauh entah kemana. Suasana saat ini cukup menenangkan dengan hanya terdengar hembusan angin tapi ketenangan yang tengah dirasakan Arjuna buyar seketika dari dering handphonenya tanda panggilan masuk mengganggu nya. Dengan segera dijawabnya panggilan tersebut.

"Halo.. "

"Abang ada didepan kamar mu buka pintunya"

"Sebentar"

Arjuna beranjak dari balkon menuju pintu kamar untuk membukakan nya buat sang kakak. Saat dibuka nampak Yudistira masih dengan pakaian kantor yaitu kemeja warna biru dengan lengan yang digulung sebatas siku serta dua kancing teratas tak di kaitkan dan celana bahan hitam dipadu dengan sepatu pantofel yang membuatnya tampak gagah. Begitu membuka pintu Arjuna langsung berbalik kembali ke balkon dan membiarkan kakaknya masuk mengikutinya.

Yudistira duduk di kursi yang tersedia sambil menenggak air dingin yang dibawanya dari dapur. Sambil minum ia memperhatikan adiknya yang tampak tak memperdulikan kehadirannya, beranjak dari duduk dan berdiri bersebelahan dengan sang adik. Setelahnya Yudistira buka suara untuk memecah keheningan yang ada di antara mereka.

"Apa yang sedang kamu pikirkan? " Tanya Yudistira sambil menatap sang adik

"Banyak hal"jawab Arjuna singkat dengan masih menatap langit yang tak berawan

"Jika ada masalah kamu bisa cerita jangan dipendam sendiri, mungkin abang bisa bantu kalaupun tidak bisa membantu setidaknya bisa mengurangi sedikit beban masalahmu dengan senang hati abang akan mendengarkan keluh kesah mu" Dengan tenang Yudistira mengatakannya dan tersirat ketulusan dari ucapannya

Sebuah anggukan kepala dari Arjuna menjadi respon atas ucapan sang kakak. Masalahnya terlalu rumit untuk diceritakan jadi Arjuna memilih memendamnya sendiri dan mencoba untuk menyelesaikan masalah itu sendiri.

"Maaf.. " Kata itu tiba-tiba keluar dari mulut Yudistira dan sukses mengalihkan perhatian sang adik yang dari tadi seolah mengabaikan keberadaannya

Arjuna menatap sang Kakak yang juga menatapnya, dari tatapan mata itu Arjuna berkata 'maaf untuk apa?' dan Yudistira paham itu.

"Maaf karena sudah egois, demi tujuan abang kamu harus jadi korban. Aku tidak bisa jadi kakak yang baik untuk mu dan yang lainnya. Aku ini anak tertua tapi tidak berguna sama sekali yang ada hanya menyusahkan mu, aku tidak bisa bersikap bijaksana dan bertanggungjawab seperti mu aku benar-benar tidak berguna" Jelas Yudistira mengapa ia meminta maaf, tersirat penyesalan yang begitu mendalam dari kata katanya bahkan Yudistira merasa rendah diri dihadapan sang adik saat ini

"Jadi anak tertua tidak mudah dan jadi anak tengah sama tidak mudahnya, sulit. Yang sudah terjadi biarlah percuma juga disesali tak akan memperbaiki keadaan. Aku tidak apa-apa jika memang harus berkorban untuk saudara sendiri itu tidak masalah asal membuat kalian senang dan bahagia aku pun pasti ikut senang. Membahagiakan orang lain juga merupakan kebahagiaan " Balas Arjuna dengan ucapan yang begitu tenang dengan menerawang jauh kesana.

"Aku benar-benar minta maaf" Sahut Yudistira

"Berhentilah meminta maaf jika kesini hanya ingin mengatakan itu lebih baik keluar dari kamar ku dan pergilah beristirahat abang baru pulang kan, kalau Bunda tau pasti akan diomeli" Tak suka dengan permintaan maaf kakaknya yang terus menerus Arjuna jadi sedikit kesal namun meski begitu ia tetap perhatian pada sang kakak.

[REVISI]✔Sanjaya Bersaudara | BTS Lokal | (end)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang