Pagi ini sebelum memulai aktivitas Dara, Evan, beserta ayah akan mengunjungi makan bunda Dara. Dara meletakan bunga diatas nisan yang ia beli diperjalanan tadi.
"Bunda dara dateng kesini sama ayah, sama suami Dara. Maaf Dara baru bisa kesini lagi sekarang, Bunda tau engga? Bunda sebentar lagi bakal punya cucu, pasti Bunda seneng kan? Bunda engga usah khawatir sama Dara, mas Evan baik banget sama Dara dia selalu ada buat Dara, tapi bunda, tolong kasih tau ayah jangan kerja terus nanti ayah capek. Sekarang ayah jadi gila kerja semenjak Bunda pergi."ucap Dara dengan tangis yang tidak dapat dibendung, ayah berusaha menahan tangisnya, sedangkan evan mengusap lembut bahu istrinya.
"Kamu denger kan sayang, sekarang anak kita sudah dewasa bahkan udah mau punya anak, dia jadi ibu-ibu. Semoga aja jangan jadi ibu-ibu rempong." ucap ayah Dara disertai kekehan, dia mencoba tegar untuk tidak menangis didepan anaknya
Evan mengamati ayah dan Dara, matanya sudah berkaca-kaca. Bersyukur dia masih memiliki orang tua lengkap.
Setelah berdoa dan menaburkan bunga, mereka pamit. Mereka janji akan mengunjungi Bunda lagi
"Bunda... Dara pamit ya, besok Dara dateng lagi. Sekarang Dara harus kuliah, ayah sama mas Evan harus ke kantor. Assalamu'alaikum Bunda."
Evan mengantarkan istrinya ke kampus, sedangkan ayah langsung ke kantor. Mobil berhenti di pelataran kampus Dara, Evan mencondongkan tubuhnya lalu mengecup dahi Dara.
"Aku berangkat ya mas, ada kelas nih." ucap Dara lalu mencium punggung tangan Evan
"Hati-hati, nanti pulangnya mas jemput. Kamu sampai sore kan?"
"Iya aku sampai sore, nanti aku tunggu di halte depan ya. Love you mas." ucap Dara lalu membuka pintu mobil, Evan menatap istrinya yang berlari kecil dengan senyum tipis, dia pernah membayangkan hidupnya akan sebahagia ini hanya mendengar ucapan cinta dari Dara.
Evan menjalankan mobilnya menuju kantor. Sedangkan Dara berjalan di Koridor kampus tanpa melihat ke depan, dia melihat jam yang melingkar ditangannya.
Brukk
Semua buku yang berada digenggaman Dara jatuh ke lantai, untung saja dia tidak terjatuh. Dara lalu menunduk untuk membereskan bukunya.
"Sorry gue engga sengaja." Dara mendongak menatap seorang laki-laki yang menabraknya tadi.
"Gapapa, gue yang salah. Jalan engga lihat-lihat."ucap Dara yang hendak pergi namun dicegat oleh laki-laki tersebut
"Gio." ucapnya sembari mengulurkan tangannya
"Dara, gue duluan ya udah mau masuk." ucap Dara lalu meninggalkan laki-laki yang bernama Gio
"Manis."guman Gio
Dara sampai didepan pintu, untung saja dosen nya belum datang. Dara menghampiri teman-temannya yang sedang berbincang dibelakang
" Tumben baru dateng?"tanya donita
"Dari makam bunda, kenapa tuh kunyuk kok cemberut gitu?" tanya Dara karena melihat muka Monica yang cemberut seperti bebek
"Lagi frustasi tuh anak keknya." jawab diva
"Frustasi? Ingin bunuh diri, penggal kepada, potong urat nadi? Datang ke toko modyar jay*. Anda sekarat kami puas."ucap Monica dengan tampang cemberut nya
"Anjng, ngakak gue."ucap Dara
Mereka bertiga menertawakan ucapan nyeleneh temannya itu, sedangkan Monica yang ditertawakan hanya memasang wajah cemberut yang jatuhnya amit-amit bukan imut-imut. Keseruan mereka terhenti ketika dosen pengampu datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
My little wife
RomanceDi jodohin? Nikah? Diumurku yang 18 tahun ini? Gila! Benar-benar gila! Aku tak menyangka akan menjadi istri seseorang diusia semuda ini? Aku takut tak bisa mencintainya, karena mau bagimana pun ini pernikahan terpaksa!! -Dara Yunita Cahaya Aku ben...