Namjoon menghabiskan waktu makan siangnya dengan menyibukkan diri di gym khusus pegawai RSU Kota Jeju. Ia bermandikan keringat setelah satu jam berlatih angkat beban dan lari di treadmill. Saat dirinya merasa sudah cukup, ia beristirahat sebentar sebelum menuju kamar mandi.
Setelah selesai membersihkan diri, ia melilitkan handuk di sekeliling pinggang dan melangkah ke luar tanpa memperhatikan sekitar. Walhasil, ia bertabrakan dengan seseorang tepat di pintu menuju loker.
"Aduh hidungku!"
"Ternyata kau. Mengikutiku?"
"Enak aja. Memangnya cuma Anda yang boleh pakai tempat ini, hah?"
Namjoon menutup kedua telinganya.
"Berisik sekali. Benar-benar tidak berkelas."
Namjoon meninggalkan pria yang ditabraknya yang tak lain adalah Kim Seokjin. Jika ia berlama-lama di sana, telinganya pasti berdarah karena suara cempreng dokter baru tersebut.
"Eeehhh...bener-bener nggak tahu sopan santun ya! Minta maaf dulu harusnya!" jerit Seokjin sambil berkacak pinggang. Ia kesal dan juga letih setelah menghabiskan jam makan siangnya dengan melakukan pilates. "Kusumpahin kesleo nanti!"
---
Seokjin selesai membaca riwayat kesehatan Nona Bae Suji. Seorang balerina muda dengan masa depan menjanjikan. Sayangnya, kanker usus stadium dua bersarang di tubuhnya.
Ia melirik jam tangannya dan kurang dari seperempat jam lagi waktu konsultasi Nona Bae akan dimulai. Ia pun bangkit dari duduknya dan berjalan dengan berat hati ke arah ruang praktik Namjoon.
Tok tok tok!
Ceklek!
"Dr.Kim Seokjin, silakan masuk."
"Terima kasih, Jiminie." Seokjin membalas senyuman ramah Park Jimin yang untungnya ikut berada di ruangan menyeramkan itu. Seandainya hanya dirinya dan dokter bedah menyebalkan di depan sana, ia pasti akan kembali ke pantry untuk mengambil pisau roti. Hanya untuk berjaga-jaga.
"Sudah baca riwayat kesehatannya?" tanya Namjoon tanpa melihat ke arah Seokjin.
"Sudah."
"Ada yang kurang jelas? Tanyakan sekarang sebelum Nona Bae masuk."
"Tidak."
Jawaban pendek Seokjin sangat menyebalkan. Namun, efektif membuat Namjoon mengangkat kepala dari berkas-berkas di atas meja dan menatap Seokjin.
"Apa liat-liat lagi?" tantang Seokjin. Di belakangnya, Jimin mengamati kedua Dr.Kim tersebut. Mungkin saja ia perlu melerai mereka.
"Mata diciptakan untuk melihat kalau kau lupa. Tunggu sebentar, kau kan memang tidak bisa melihat. Kalau bisa, tidak akan menabrakku."
Seokjin tertawa pelan dan menjatuhkan bagian belakang kepalanya ke punggung sofa.
"Lain kali aku perlu bawa tali ke sini. Buat gantung lehermu itu."
"Barbar sekali. Rupanya di luar negeri kau juga belajar cara menyiksa."
"Tenang saja. Aku cuma menerapkannya pada orang-orang tertentu. Kau, misalnya."
Baiklah, itu merupakan isyarat bagi Jimin untuk turun tangan.
"Ekhem. Maaf, Dr.Kim dan Dr.Kim. Sudah jam 16.00. Saya panggil Nona Bae dulu ya."
---
"Jadi, Nona Bae, tidak perlu cemas ya." Seokjin menutup buku catatan dan bolpoinnya yang berada di atas meja.
"Maaf, Dr.Kim Seokjin. Panggil Suji saja."
"Baiklah. Jadi, Suji-ssi, tidak perlu cemas ya. Saya juga akan berada di sini untuk setiap konsultasi. Percaya pada Dr.Kim Namjoon ya. Walaupun tampangnya menyebalkan, Beliau tidak perlu diragukan kemampuannya."
Namjoon mendelik ke arah Seokjin yang terkekeh bersama Nona Bae.
"Apa-apaan dia?" batin Namjoon.
Bae Suji mengalihkan pandangannya ke arah Namjoon. "Terima kasih, Dr.Kim. Jadwal saya selanjutnya tiga hari dari sekarang, kan?"
"Benar, Nona Bae."
"Baiklah. Saya akan memberi keputusan tiga hari lagi. Terima kasih sekali lagi. Saya permisi."
Sebagai pria sejati, kedua dokter serta Jimin bangkit terlebih dulu sebelum Nona Bae yang menampilkan senyumannya sebelum beranjak pergi.
"Maaf, Dr.Kim," ucap Jimin.
"Ya?" Baik Seokjin maupun Namjoon menjawabnya bersamaan.
"Oh, maaf. Maksud saya Dr.Kim Namjoon. Saya diminta membantu Dr.Hani karena perawat yang biasanya sedang sakit. Saya permisi sekarang."
"Ya," jawab Namjoon singkat.
"Terima kasih, Dok. Sampai jumpa lagi, Dr.Kim Seokjin."
"Oke. Kapan-kapan kita minum kopi lagi ya. Daaa, Jiminie."
"Kenapa masih di sini?" tanya Namjoon setelah Jimin keluar. "Aku sibuk. Sana cari orang lain untuk diganggu."
"Heh, siapa juga yang suka di sini! Kalo nggak karena aku mau bantu Nona Bae, aku juga nggak mau lama-lama sama dokter sombong kayak kamu. Badanku bisa gatal-gatal."
---
Seokjin berjalan santai ke arah mobilnya sambil mendengarkan lagu dari ponselnya. Sesekali ia ikut bersenandung menirukan penyanyi aslinya. Volume musik yang agak keras membuatnya tak sadar bahwa seseorang memanggilnya.
"Kim Seokjin!"
"Hei, Kim Seokjin!"
Seokjin menggerak-gerakkan kepala mengikuti irama lagu. Namun seketika menjerit saat pergelangan tangan kirinya ditarik.
"Argh! Jangan! Jangan! Jangan pukul!"
Saat ini Seokjin berjongkok sambil menutupi kepalanya dengan kedua tangan. Suara isak tangisnya sampai di telinga Namjoon yang menatapnya bingung.
"Hei, kau kenapa?"
- Bersambung -
YOU ARE READING
Namjoon's Proposal
RomanceKim Namjoon, seorang dokter bedah muda yang disegani oleh para dokter serta perawat lain di RSU Kota Jeju. Tak pernah tersenyum sejak mantan tunangannya meninggalkan dirinya begitu saja demi lelaki lain. Ia menganggap cinta serta perasaan orang lain...