Jimin berpindah ke samping adiknya dan mempersilakan Namjoon menduduki kursinya.
"Terima kasih," ucap Namjoon. "Kalian janjian makan siang bersama?"
"Kira-kira begitu, Dok. Adikku ulang tahun hari ini jadi seperti perayaan kecil-kecilan."
"Ah, selamat ulang tahun ya, Junghyun. Lain kali aku akan menitipkan hadiah lewat kakakmu ya. Maaf aku tidak tahu."
"Tidak apa-apa, Namjoon Samcheon."
Namjoon dengan santainya terlibat pembicaraan dengan Jimin, Junghyun, dan Jungkook. Ia melirik ke arah Seokjin yang duduk di sisinya yang bahkan belum mengucapkan sepatah katapun.
Saat Jimin menemani Junghyun ke kamar kecil, Jungkook memohon izin ke luar untuk menghubungi seseorang sebentar.
"Kau tidak ingin menyapaku, Jinseok?"
"Jinseok?" tanya Seokjin bingung.
"Itu panggilanku untukmu. Aku menyimpan kontakmu dengan nama Jinseok."
"Oh...."
"Kau bisa menyelamatkanku tidak? Dua wanita di sana membuatku gila!"
"Kukira kamu senang dikelilingi penggemarmu."
"Sebenarnya tidak."
"Dari sini kulihat kamu baik-baik saja."
Kata-kata Seokjin menarik minat Namjoon.
"Jadi...kau memperhatikan aku dari sini sejak tadi, hm?"
Gelas berisi soda yang Seokjin angkat terhenti di tengah jalan.
"Sial! Aku salah bicara!" batin Seokjin.
"Benar begitu, Jinseok?"
Seokjin menoleh ke arah Namjoon yang menumpukan kepalanya di telapak tangan dan memandangnya.
"Sebaiknya kamu kembali ke mereka. Aku mau pulang."
Namjoon tak menutupi kekecewaannya. Ia menghela nafas dan menegakkan posisi tubuhnya.
"Menurutmu, mereka akan sadar tidak kalau aku mengendap-endap ikut denganmu? Aku benar-benar tak mau kembali ke meja itu."
"Kalau tidak mau kenapa juga pergi kencan dengan Dr.Moon dan beramah-tamah dengan Nona Im?"
"Hei, aku tidak berkencan dengan siapa-siapa saat ini. Kau yang ingin kuajak kencan tetapi belum berhasil."
"Apa?" Jungkook yang baru kembali ke meja mereka menutup mulutnya. "Daebak! Pantas kau seperti mengenal Dr.Kim dengan baik, Hyung. Ternyata kalian...." Jungkook menunjuk Seokjin dan Namjoon bergantian "kalian pacaran?"
"Tidak."
"Belum."
"Yang mana yang benar?"
"Tidak. Itu yang benar."
"Sebenarnya belum," ucap Namjoon santai. "Kau kan tidak bilang 'tidak' atau 'ya'. Jadi kemungkinan kan selalu ada, Jinseok."
Seokjin mendecakkan lidah lalu melipat tangan di depan dada.
"Kau bawa mobil ke sini, Jinseok?"
"Tidak. Aku naik motor dengan Kookie."
"Kalau begitu kuantar pulang."
"Eh?" Seokjin kaget saat Namjoon tiba-tiba menggamit lengannya.
"Nah, itu Jimin dan Junghyun. Ayo, kita berpamitan."
"Hei hei, Namjoon! Astaga!"
---
Namjoon tak dapat menahan senyumnya selama di perjalanan. Ia bahkan beberapa kali menggerakkan jarinya di kemudi mengikuti ketukan musik yang dimainkan di dalam mobil.
YOU ARE READING
Namjoon's Proposal
RomansaKim Namjoon, seorang dokter bedah muda yang disegani oleh para dokter serta perawat lain di RSU Kota Jeju. Tak pernah tersenyum sejak mantan tunangannya meninggalkan dirinya begitu saja demi lelaki lain. Ia menganggap cinta serta perasaan orang lain...