Chorus and Interlude: One Night [21+]

3.3K 212 28
                                    

Seokjin mencapai pelepasannya entah yang keberapa kalinya malam itu. Ia tak menghitung lagi setelah yang keempat. Sementara Namjoon, belum menunjukkan tanda akan berhenti walaupun keringat telah menutupi kulitnya yang sialnya memberinya kesan seksi. Dan, stamina Namjoon? Jangan ditanya. Benar-benar luar biasa!

Mereka sudah mencoba beberapa posisi dan saat ini kedua tangan Seokjin menopang tubuhnya yang berpegangan pada tepi meja di kamarnya. Di belakangnya, Namjoon terus menghentakkan pinggul dan mengeluarmasukkan penisnya. Kedua tangannya berada di pinggul Seokjin dan mulutnya setia meninggalkan beberapa tanda di bahu juga punggung Seokjin. 

"Ah ah ah, Namjoon-ah...."

"Yes, Baby?" tanya Namjoon dengan bibir menempel di pundak Seokjin.

"Oh, God!" Seokjin tak dapat menahan kenikamatannya lebih lama lagi. Apalagi ritme tusukan Namjoon menjadi lebih brutal.

"Tunggu aku sebentar lagi, Sayang."

Namjoon perlahan membungkukkan punggung Seokjin hingga dadanya menempel di permukaan meja kayu di kamarnya. Kedua tangan Namjoon meraba, mengelus, dan menggoda tiap jengkal kulit bahu, punggung, dan pinggul Seokjin.

"Sangat seksi," ucap Namjoon saat tangannya meremas pantat Seokjin.

"Nghh...."

"Sangat menggoda."

Plak!

Namjoon menampar pantat Seokjin.

"Ah!"

"Sangat menggairahkan."

Plak!

Suara tamparan di bagian kiri pantat Seokjin memenuhi ruangan.

"Namjoon-ah...."

"Kau sangat menyiksaku, Jinseok Sayang. Sangat menginginkanmu benar-benar menyiksaku."

Plak! Plak!

"Ahhh, yes. More, please...."

"Kau menikmatinya, Sayang?"

Seokjin mengerang mendengar suara bernada rendah yang keluar dari bibir Namjoon.

"Emm...ah ah ah, yes! God, Namjoon-ah!"

Namjoon menegakkan tubuh Seokjin hingga kulit mereka bersentuhan tanpa jarak. Seokjin menoleh dan dengan sigap Namjoon mencumbu bibir merahnya yang dibalas dengan sama laparnya oleh Seokjin. Nafas Namjoon mulai tak beraturan, menandakan puncak kenikmatannya yang semakin mendekat.

"Jinseok...."

"Cum in me again, Namjoon-ah...."

"Ah, shit!"

Namjoon memejamkan mata dan mulutnya terbuka sambil sesekali menyebut nama Seokjin.

"Coming, Baby...ah, yes! Ohh fuck!"

Seokjin dapat merasakan desiran cairan sperma Namjoon yang berlomba-lomba keluar dan memenuhi lubangnya. Luar biasa!

Saat Namjoon merasa semua cairannya sudah keluar, ia perlahan mengeluarkan penisnya, membuat Seokjin mendesah karenanya. Namjoon lekas meraih pinggul Seokjin agar tubuhnya tak merosot ke lantai lalu mengangkatnya dengan mudah dan merebahkan lelaki itu di kasur empuknya.

"Tidurlah, Baby. Aku akan membersihkanmu."

Seokjin tak memiliki tenaga untuk menjawab. Lagipula Namjoon juga tidak menunggu jawabannya. Sebelum terlelap, Seokjin melihat pria tersebut berjalan ke arah kamar mandi dan keluar dengan sebuah handuk di tangan kanan.

---

Namjoon memeluk Seokjin dari belakang sambil sesekali mencomot wortel yang Seokjin potong. Mereka masih berada di rumah Seokjin dan Seokjin sedang menyiapkan makan pagi.

"Namjoon-ah."

"Hm?" jawab Namjoon sambil mengecup leher Seokjin.

"Kenapa belum berpakaian? Lihat sudah jam berapa ini," tegur Seokjin yang telah mengenakan kemeja biru dan celana panjang hitam sementara Namjoon sama sekali tak mengenakan apa-apa di belakangnya.

"Harus?"

"Ish, memangnya tidak mau bekerja hari ini? Dan, Namjoon...."

"Ya?"

"Berhentilah menusuk-nusuk bokongku dari belakang."

Suara tawa Namjoon tertahan di leher Seokjin.

"Kalau kau lupa, Jinseok, biar aku ingatkan. Aku sudah menusuk bokongmu berkali-kali dari belakang. Bahkan kau sering bilang 'ah...lagi, Namjoon-ah!' setiap kali penis besarku menusukmu."

Sebelah tangan Seokjin memukul lengan Namjoon pelan.

"Dasar dokter bedah mesum!"

"Hahaha!" Namjoon mengecup pipi kanan Seokjin sebelum memasuki kamar yang pernah ia tempati untuk mengambil celana dalam, kemeja, dan celana panjang yang ia ingat masih di sana. Setelah selesai berpakaian, ia pun kembali ke dapur dan melihat Seokjin yang baru saja selesai menata makanan.

"Ayo sarapan."

---

Namjoon dan Seokjin turun dari mobil milik Namjoon setelah mobil tersebut diparkir dengan sempurna di tempat parkir dokter di rumah sakit. Mereka berjalan berdampingan menuju lift dan tangan Namjoon terasa gatal karena ingin sekali menggenggam tangan Seokjin.

"Coba saja. Tidak ada salahnya, kan?" pikir Namjoon. Tangan kirinya mendekati tangan kanan Seokjin dan sedikit lagi berhasil meraihnya saat beberapa perawat muda yang berjalan ke arah mereka menyapa keduanya.

"Selamat pagi juga, Nona-Nona. Semangat ya!" balas Seokjin ramah yang ditanggapi dengan kikikan. Namjoon melotot memandang semua perawat tersebut. Berani-beraninya mereka menggoda Jinseoknya!

"Apa kau harus seramah itu?" tanya Namjoon saat mereka sudah berada di dalam lift.

"Maksudnya?"

"Perawat-perawat yang tadi sampai cekikikan dan bersemu karena kau membalas sapaan mereka."

Seokjin menatap Namjoon seolah-olah kepala pria tersebut bertanduk.

"Kalau cemburu, bilang saja. Tidak perlu berputar-putar."

"Memang iya! Kenapa?"

Seokjin terkejut karena Namjoon langsung menjawab sedetik setelah ia berbicara. Ia ingin membalasnya namun pintu lift terbuka dan seorang wanita hamil masuk ke dalamnya.

"Lantai berapa, Nyonya?" tanya Namjoon ramah.

"Lima."

Namjoon menekan tombol angka lima dan tersenyum ke arahnya. Seokjin yang melihatnya hanya mendengus kesal. Apa-apaan itu?

Pintu lift terbuka di lantai tiga dan Seokjin bersiap melangkah ke luar namun ia merasakan sebuah tangan menangkup bokongnya dan meremasnya. Seokjin sedikit terbatuk untuk menutupi keterkejutannya.

"Maaf. Permisi, Nyonya. Saya turun di sini."

Seokjin menoleh ke belakang tepat sebelum pintu lift tertutup dan melotot ke arah Namjoon yang dengan tanpa rasa bersalah melemparkan flying kiss ke arahnya.

"Orang gila!"

- Bersambung -

Namjoon's ProposalWhere stories live. Discover now