Seorang pria yang berada di balik sebuah mobil buatan Jerman tampak baru saja memasuki areal parkir Rumah Sakit Umum Kota Jeju. Dengan penuh kelihaian, pria tersebut memarkir rapi kendaraan mahalnya di slot parkir dengan tulisan 'Dokter Bedah Senior' tertera di bagian tembok. Ia mengambil tas kerjanya lalu kaki jenjangnya menapak lantai areal parkir dengan penuh keanggunan dan kepercayaan diri.
Dialah Dr.Kim Namjoon.
Seorang dokter bedah senior di rumah sakit tersebut. Umurnya memang masih di bawah 40 namun jangan ragukan kelihaian serta kemampuan membedahnya. Ia tak memiliki catatan buruk selama memimpin operasi sehingga dirinya dihormati oleh banyak orang. Sayangnya, sifatnya membuat banyak rekan dokter ataupun perawat di RSU tersebut segan dan enggan mendekatinya. Ia dikenal tak murah senyum, irit bicara, dan perfeksionis setengah mati.
Dr.Kim Namjoon berjalan menuju ruangannya di lantai empat. Setiap orang yang melihatnya mencoba menegur atau bersikap ramah namun hanya dianggap sebagai angin lalu olehnya.
"Selamat pagi, Dr.Kim," sapa Park Jimin, satu-satunya perawat yang tak keberatan dengan sikap angkuh dan irit kata-kata Sang Dokter.
"Pagi. Berapa pasien pagi ini?"
"Sementara ini lima, Dok."
Dr.Kim mengangguk singkat dan seperti biasa percakapan mereka berakhir begitu saja. Park Jimin sudah terbiasa dengan hal tersebut. Namun, yang membuatnya bingung adalah setiap kali Dr.Kim mendapat pasien anak-anak atau orang tua, sifatnya akan berubah 180 derajat. Ia berbicara pelan dan terlihat sangat sabar menjelaskan semuanya. Pasti ada sesuatu, menurut Jimin walaupun ia tak terlalu berniat mencari tahu penyebabnya.
---
Pukul 10.40 pasien terakhir Dr.Kim meninggalkan ruangan. Dr.Kim sedikit meregangkan tubuh.
"Pasti capek ya, Dok, duduk terus."
"Hmm."
Jimin tersenyum. "Oh ya, nanti sore sudah ada Nona Bae Suji yang menunggu Anda."
"Jam berapa?"
"Jam 4, Dok."
"Oke. Terima kasih."
Ia lalu keluar dari ruang praktiknya tanpa berpamitan kepada Jimin yang hanya menggelengkan kepala. Perawat tersebut lalu merapikan meja dan memeriksa ulang jadwal Dr.Kim agar tak ada yang terlewat sebelum meninggalkan ruangan menuju pantry.
"Oh, Dr.Kim Seokjin. Halo!"
"Hei, Jiminie! Baru selesai?"
"Iya. Sekarang mau ngopi dulu. Nggak ada jadwal, Dok?"
"Udah selesai tadi jam 10an. Nanti lagi habis makan siang. Rame hari ini?"
"Lumayan, Dok. Itu kopi apa? Kok kayaknya harum banget."
"Ini oleh-oleh dari temenku. Kopi Toraja dari Indonesia. Mau coba?"
"Mau dong."
"Oke. Kalo dah cukup bila-"
"Park Jimin."
Jimin menoleh. "Ya, Dr.Kim? Ada yang ketinggalan?"
Kim Namjoon berdiri di pintu pantry masih dengan jas lengkapnya menatap nanar ke arah dokter yang berdiri di samping Jimin.
"Ikut saya."
"Oh, oke. Saya taruh gelas dulu ya, Dok."
"Diminum dulu aja, Jiminie," ucap Dr.Kim yang satu lagi, "kamu kan baru selesai. Minum kopi nggak sampai sepuluh menit kok."
Kim Namjoon melotot ke arah dokter tersebut. "Sekarang, Park Jimin."
"Minum dulu."
Jimin bingung. Menoleh ke arah kanan dan kiri. Kedua Dr.Kim tersebut sudah tampak siap memulai perdebatan lagi.
"Udah udah. Saya minum nih." Jimin meneguk kopinya dengan cepat dan merasakan lidahnya sedikit terbakar. "Oke. Saya siap, Dr.Kim."
"Ke ruangan Dr.Min sekarang. Tunggu saya di situ."
"Oke." Jimin menoleh ke arah Dr.Kim di sampingnya. "Makasih ya, Dok. Enak kopinya. Sampai nanti ya."
"Oke. Bye, Jiminie," balasnya dengan senyum lebar yang langsung luntur saat bertatapan dengan Dr.Kim Namjoon atau yang ia juluki Si Sombong dan Si Muka Triplek. "Apa liat-liat?"
"Lebih baik saya melihat monyet mandi daripada melihat Anda, Dr.Kim Seokjin," ucapnya dingin lalu meninggalkan pantry.
Di belakangnya, Dr.Kim Seokjin tersentak dengan mulut menganga. Gelas kertas di tangannya diremat sampai hancur. "Iiiiiii! Awas aja ya kamu! Dasar orang sombong, muka triplek! Kusumpahin kamu kawin sama orang yang nyebeliiiiinnnn!"
Suara Seokjin yang membahana tentunya sampai di telinga Namjoon. "Suaranya membuat telinga sakit. Melihatnya membuat mata sakit. Memang dasar sumber penyakit orang itu!"
- Bersambung -
YOU ARE READING
Namjoon's Proposal
RomantizmKim Namjoon, seorang dokter bedah muda yang disegani oleh para dokter serta perawat lain di RSU Kota Jeju. Tak pernah tersenyum sejak mantan tunangannya meninggalkan dirinya begitu saja demi lelaki lain. Ia menganggap cinta serta perasaan orang lain...