Hubungan Seokjin dan Namjoon semakin dekat seiring waktu. Jika keduanya tidak terlalu sibuk, mereka akan menyempatkan diri jalan-jalan bersama walaupun beberapa kali hanya berjalan kaki di lingkungan tempat tinggal Seokjin atau Namjoon. Selain kegiatan ranjang mereka, tentu saja.
Meskipun begitu, keduanya sama-sama tak menuntut lebih. Walaupun Namjoon pernah menyarankan Seokjin agar mereka berpacaran, Seokjin merasa bahwa dirinya lebih nyaman jika mereka tidak memilik label untuk ini. Namjoon tidak mendebat, meskipun sedikit kecewa. Hei, bukankah itu lebih baik daripada dia harus berjauhan dengan Seokjin?
"Jinseok?" panggil Namjoon saat mereka tengah makan siang bersama di kafetaria rumah sakit.
"Hm?" jawab Seokjin yang sedang mengunyah makanan.
"Taehyung akan datang ke apartemenku nanti malam. Katanya dia perlu menyampaikan sesuatu. Aku tidak tahu apa tapi sepertinya serius. Tidak apa-apa kalau kau makan malam sendiri?"
Seokjin tersenyum.
"Tentu saja. Dia adikmu dan saat ini mungkin dia memerlukanmu. Kita bisa makan bersama kapan saja, kan?"
"Terima kasih, Jinseok."
---
Malam harinya, sekitar pukul 19.00, Taehyung sampai di apartemen Namjoon. Namjoon memesan makanan untuk mereka berdua dan Taehyung yang melahap makanan dengan semangat membuat Namjoon heran. Sebab adiknya tersebut sedikit pemilih dalam hal makanan.
"Enak sekali, Hyung. Terima kasih untuk makanannya ya."
"Kenapa kau menjadi formal sekali, Tae?" tanya Namjoon sedikit merasa geli.
Taehyung tertawa gugup dan menggaruk-garuk tengkuknya.
"Apa yang ingin kau sampaikan padaku, Tae?"
"Hmm...ini, Hyung. Aku ehm bingung mengatakannya."
"Sampaikan saja apa adanya. Tidak apa-apa."
"Jadi, sebulan lalu aku mengajak Yoongi Hyung makan malam. Kami awalnya hanya makan bersama lalu jalan-jalan sedikit dan emm...aku bangun di tempat tidurnya."
"Dan?"
"Dan, kami tidak pernah bertemu atau saling menghubungi lagi setelah itu. Lalu, kemarin sore aku melihatnya masuk ke sebuah klinik di dekat rumahnya. Aku penasaran dan mengikutinya. Dia...Yoongi Hyung bertemu dengan dokter kandungan."
Namjoon menurunkan kaki kanan yang sebelumnya ia tumpangkan di atas paha kirinya. Punggungnya diluruskan dan raut wajahnya terkesan menakutkan bagi Taehyung.
"Apa Yoongi Hyung hamil?"
Taehyung mengangguk ragu ke arah kakaknya. Namjoon segera menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
"Hyung, aku mencintai Yoongi Hyung. Kau tahu itu. Aku ingin bersamanya merawat anak kami. Tapi, dia bilang tidak perlu. Aku bingung."
Kepala Namjoon pusing sekali sekarang. Adiknya menghamili atasannya. Ya, Tuhan!
"Kurasa sebaiknya untuk sekarang, kau istirahat dulu. Menginap di sini saja. Aku tidak mau kau menyetir dengan kepala semrawut. Kita akan bicara lagi besok."
Namjoon bangkit dan mendekati Taehyung yang tertunduk. "Terima kasih sudah memberitahuku langsung. Kau pemberani, Tae." Namjoon menepuk-nepuk pundak Sang Adik. "Aku ke luar sebentar. Istirahatlah dulu, oke?"
"Kau mau ke mana, Hyung?"
"Cari angin."
Kegiatan cari angin Namjoon berujung di depan sebuah rumah yang sudah kerap ia sambangi. Ia yakin bahwa pemiliknya belum tidur sehingga Namjoon memutuskan kemari.
Ia menekan bel setiap kali datang ke rumah ini walaupun ia masih menyimpan kunci untuk masuk ke sana. Menurut Namjoon, tidak sopan jika ia langsung membuka pintu begitu saja.
"Lho? Aku kira kau makan malam dengan adikmu."
"Tadinya iya. Boleh aku masuk, Jinseok?"
---
"Wow!" Seokjin berujar setelah Namjoon menceritakan adiknya yang menghamili atasannya tetapi atasannya tidak ingin adiknya membantunya. Singkat, padat, jelas.
"Aku tidak yakin akan bisa menatap Yoongi Hyung besok."
Seokjin tersenyum dan merentangkan tangan, mengundang Namjoon masuk ke pelukannya. Namjoon menerimanya tanpa ragu. Hidungnya ditempelkan ke pundak Seokjin yang terbaluk kaos putih tipis dan menghirup wangi tubuh Seokjin yang pasti baru selesai mandi sebelum Namjoon tiba.
"Aku ingin tidur sambil memelukmu sepanjang malam setiap malam, Jinseok."
"Aku tidak akan keberatan."
Seokjin mengusap rambut Namjoon sementara tangannya yang lain setia menempel di punggung pria tersebut.
"Kau sebaiknya pulang. Kasihan Taehyung kalau sendirian."
Namjoon mengangguk pasrah sebab ia tahu bahwa Seokjin benar. Namjoon pun melepaskan pelukannya dan mencium kening, hidung, pipi, dan bibir Seokjin.
"Aku akan menjemputmu besok pagi jam 08.00. Oke?"
"Oke. Hati-hati di jalan ya."
"Pasti."
Namjoon memagut bibir Seokjin lagi. Kali ini sedikit lebih lama. Setelahnya, ia harus memaksa tubuhnya berjalan keluar dari kehangatan pelukan Seokjin.
"Selamat malam, Baby."
"Selamat malam, Namjoon-ah."
---
Seokjin melambaikan tangan dan menunggu hingga mobil Namjoon pergi sebelum memasuki rumahnya. Ia menarik nafas dan menghembuskannya beberapa kali.
"Sial. Setiap kali Namjoon bersikap manis begini, penisku tegang bukan main!"
- Bersambung -
YOU ARE READING
Namjoon's Proposal
RomanceKim Namjoon, seorang dokter bedah muda yang disegani oleh para dokter serta perawat lain di RSU Kota Jeju. Tak pernah tersenyum sejak mantan tunangannya meninggalkan dirinya begitu saja demi lelaki lain. Ia menganggap cinta serta perasaan orang lain...