Chorus and Interlude: Oh God [21+]

3.4K 212 51
                                    

Seokjin menghembuskan nafas gugup. Ia tahu bahwa dirinya menginginkan, atau lebih tepatnya berharap Namjoon akan melanjutkan yang mereka mulai. Namun, ia merasa lubang analnya seakan-akan terkoyak saat penis Namjoon memasukinya.

Namjoon membisikkan kata-kata penenang di telinga Seokjin sambil sesekali mencium wajahnya. Ia mulai merasakan gerakan Namjoon. Pelan dan penuh perasaan di awal sebelum temponya naik perlahan.

"Ah ah...ah...."

"Lihat aku, Sayang. Aku ingin kau menatapku. Lihat betapa aku menginginkanmu."

Seokjin mencoba membuka kelopak matanya yang tertutup karena kenikmatan permainan mereka. Keringat mulai tercetak di kening Namjoon dan rahang pria tersebut tampak mengeras. Di sela-sela desahannya, Seokjin memberanikan diri menyentuh rahang Namjoon.

"Oh!"

Kilatan mata Namjoon berubah saat ia berhasil menemukan titik kepuasan Seokjin. Saat ini nafsunya mengambil kendali atas akal sehatnya. Ia mempercepat gerakan pinggangnya dan penisnya semakin gencar menyerang titik yang membuat Seokjin melayang. Namjoon menyusupkan kepalanya ke leher Seokjin saat lelaki tersebut menjatuhkan kepalanya semakin dalam ke belakang.

"Nam...joon ahhh!" Seokjin mencapai kepuasannya yang kedua.

"Aku belum selesai, Sayang. Aku akan membuatmu menjerit lebih keras lagi malam ini."

Namjoon mengangkat tubuhnya lalu meletakkan sebelah kaki Seokjin di pundaknya dan kembali menghujam Seokjin. Ia menahan kaki Seokjin dengan satu tangan sementara tangan yang lain menggoda penis Seokjin

"Ah yes! Namjoon-ahhh....lagi" pinta Seokjin saat Namjoon mempercepat gerakan naik-turunnya di penis Seokjin. Namjoon, tentu saja tak akan menolak permintaan Seokjin. Maka, dengan lihainya, ia menyerang Seokjin dari dua arah dengan penuh kenikmatan. 

"Cantik." Namjoon tak dapat melepaskan pandangannya dari wajah kemerahan Seokjin yang memukau. "Cantik...."

Namjoon yakin bahwa Seokjin menikmati permainan mereka. Namjoon tak meragukan kemampuan dan kekuatan seksnya. Moonbyul saksinya.

Ketika nama mantan tunangannya tersebut melintas di kepala, Namjoon merasakan amarah. Ia menghentikan gerakan tangannya di penis Seokjin dan menggerakkan pinggulnya dengan brutal. Ia berpegangan pada pinggang Seokjin dengan erat hingga ia yakin bahwa akan ada bekas kemerahan di kulit putih Seokjin.

Seokjin memberanikan diri menatap Namjoon yang hampir mencapai pelepasan pertamanya. Keringat di tubuhnya justru membuatnya bercahaya dan menambah kesan seksi di mata Seokjin.

"Namjoon-ah...."

"Jangan lihat aku."

Seokjin terkejut dengan nada suara Namjoon. Walaupun begitu, ia menurutinya dan mengarahkan tatapannya ke dinding kamar.

Nafas Namjoon menderu dan menjadi semakin berat. Saat pelepasannya hampir sampai, tiba-tiba ia mengeluarkan penisnya dari lubang Seokjin dan mengeluarkan spermanya di paha Seokjin.

"Haahh...hahh...." Namjoon mencoba mengatur nafasnya. Ia segera bangkit dari tempat tidur dan mengambil tisu di atas meja untuk membersihkan paha Seokjin. Ia belum mengatakan apa-apa lagi kepada Seokjin dan sebenarnya, Namjoon bahkan tak menatapnya.

Sesudah membuang tisu kotor ke dalam tempat sampah, Namjoon memunggungi Seokjin dan mengenakan pakaiannya kembali.

Seokjin merasa agak kecewa melihat Namjoon melakukannya. Namun, ia memilih diam.

"Namjoon...."

"Aku pulang ke apartemenku malam ini."

Dan begitu saja. Namjoon meninggalkan Seokjin di dalam kamar dengan hawa dingin menyapa kulitnya dan perasaan dicampakkan di dalam dadanya. Air mata Seokjin menetes saat ia mendengar pintu depan tertutup lalu disusul oleh suara mobil Namjoon yang menjauh.

---

"Hyung sakit?" tanya Jungkook saat ia melihat raut wajah Seokjin keesokan harinya di rumah sakit.

"Nggak. Aku baik kok," jawab Seokjin tanpa melepaskan pandangan dari layar komputer di atas mejanya.

Jungkook tahu bahwa Seokjin berbohong. Ia yakin seratus persen bahwa Seokjin menyembunyikan sesuatu tetapi ia tak akan mencoba menggali lebih dalam.

Tok tok tok!

"Masuk saja," ucap Seokjin.

"Permisi, Dr.Kim. Maaf mengganggu. Sepuluh menit lagi jadwal konsultasi Nona Bae Suji dengan Dr.Kim Namjoon dimulai. Anda ingin ke sana sekarang?"

"Ah, terima kasih sudah mengingatkan, Jiminie. Aku akan ke sana dua menit lagi ya."

"Baik, Dok. Sampai nanti." Park Jimin tersenyum ke arah Seokjin dan seseorang yang ia kenali sebagai Jeon Jungkook sebelum menutup pintu.

"Perawat tadi, namanya siapa?"

"Park Jimin."

"Manis juga," ucap Jungkook sambil tersenyum. "Sudah punya pacar belum, Hyung?"

"Jimin? Mana kutahu. Tanya saja sendiri." Seokjin bangkit dari kursinya. Ia sedikit mengernyitkan kening saat nyeri di bagian belakangnya kembali terasa. "Sudah ya. Aku mau ke bagian bedah dulu."

Jungkook memperhatikan pergerakan serta cara jalan Seokjin yang sedikit lebih pelan daripada biasanya.

"Hyung, benar-benar tidak apa-apa? Kelihatannya ada masalah dengan tubuhmu."

"Tidak apa-apa." Seokjin mencoba meyakinkan Jungkook. "Tubuhku cuma menua, Kookie."

---

Seokjin memutuskan menggunakan lift agar lebih cepat sampai meskipun bagian bedah dan praktik umum hanya terpisah satu lantai. Semakin cepat ia sampai, semakin cepat ia selesai sehingga semakin singkat pula waktunya berada di ruangan sama dengan Kim Namjoon. Itu pikiran Seokjin.

Hatinya masih merasa sakit jika mengingat perlakuan Namjoon malam sebelumnya. Pria itu mengangkatnya ke langit ketujuh lalu menghempaskan dirinya ke tanah tanpa perikemanusiaan.

"Lupakan, Jin. Lupakan." Seokjin mengulang hal yang sama terus-menerus layaknya mantra. Cukup efektif, menurut Seokjin, sampai ia melihat punggung tegap Kim Namjoon saat pintu lift terbuka.





"Jangan menangis, Jin. Kamu pasti bisa lupain dia."

- Bersambung -

Namjoon's ProposalWhere stories live. Discover now