Episode 19~Gone

911 121 20
                                    


"Pergilah sejauh mungkin, dan kembalilah saat aku menghilang."

~What If~
.
.
.

Seorang pria bersurai kecoklatan dengan kemeja abu-abu terlihat tengah bercengkrama bersama wanita berambut pendek di hadapannya. Si wanita nampak lesu dan menatap si pria itu dengan tatapan sayu.

"Aku minta maaf ... semuanya menjadi kacau karena obsesi itu. Aku terlalu percaya diri bahwa kau akan kembali padaku, Suho."

"Sudahlah, Yoona. Semua sudah terjadi."

"Tapi ... hubungan kalian rusak karenaku," ujar Yoona. Kini suaranya mulai terdengar serak. "Diriku tak berpikir, jika yang kulakukan ini—"

Gadis itu tercekat, air mata yang sedari tadi ia tahan meluncur deras bersama dengan tangis yang mulai pecah. Hati Suho mencelos melihatnya. Suho membawa wanita itu dalam dada bidangnya. Mendekapnya, hanya sekedar untuk menenangkan.

Isakan itu kian menjadi dan terdengar pilu. "Maafkan aku ... karena telah melukaimu untuk yang kedua kalinya," tutur Yoona disela-sela tangisnya.

Suho terdiam. Semua ini tak sepenuhnya salah Yoona. Setelah dipikir-pikir, dirinya lah penyebab dari kekacauan ini. Yoona berbuat itu karenanya. Dan Irene sekarang menderita juga karena dirinya.

"Aku akan ke New York besok," ucap Yoona. Tangisnya kini sudah mulai reda. "Dan mungkin tak akan kembali ke sini."

"Hati-hati. Jadikan hari kemarin sebagai pelajaran bukan penyesalan yang jadi alasan untuk menghambat masa depanmu."

Perempuan itu mengangguk kemudian tersenyum lebar. "Terima kasih, Suho."

☘☘☘

"Apa alasanmu berkata seperti itu?" Irene menatap nanar ke arah Suho.

Dalam hati ia berharap bahwa yang dikatakan pria itu barusan hanyalah tipuan. Kalimat yang keluar dari bibir pria ini—Irene masih berpikir jika itu hanya gurauan semata. Padahal beberapa hari lalu, Suho mengatakan pada Irene bahwa semuanya akan baik-baik saja. Dan kenapa sekarang berubah? Secara tiba-tiba saja berkata untuk mengakhiri hubungan. Sangat tidak masuk akal.

"Kita fokus dulu dengan karir masing-masing. Lagipula agensi sudah menyiapkan pers. Biar bagaimanapun caranya, itu akan percuma, Rene," terang Suho pada Irene.

Jelas semua itu bohong. Dirinya tak mungkin mengatakan alasan yang sebenarnya. Tentang dia yang tak mau melihat gadis itu menderita, dan ini juga mengenai penyakitnya. Suho tidak ingin Irene tahu hal itu.

Suho lebih memilih wanita itu membencinya. Biarkan Irene yang pergi menjauh. Itu lebih baik daripada melihat gadis itu terluka lebih dalam nantinya.

"Aku tidak ingin karirku berakhir sia-sia."

'Plak!'

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi mulus Suho. Kalimat yang diucapkannya pasti sangat melukai perasaan Irene. Pria itu diam tak bergeming. Tamparan ini terasa sakit hingga membuat pipi kirinya sedikit memerah. Tapi mungkin lebih sakit apa  yang dirasakan Irene sekarang.

"Kau yakin ini karena pekerjaan?" tanya Irene. Marah? Itu terlukis jelas di raut wajahnya. "Bukan karena wanita itu?!" nada Irene sedikit meninggi.

Irene berusaha untuk menahan tangisnya. Namun gagal. Cairan bening yang sejak tadi menumpuk di pelupuk mata, kini mengalir deras tak terbendung.

WHAT IF..?✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang