Episode 25~Don't Cry

1.1K 124 38
                                    

"Perpisahan yang bahagia? Itu hanyalah omong kosong."

~What If~
.
.
.

Langit malam nampak bersih. Hanya hitam gelap. Tak satupun gemerlap bintang di sana. Rembulan yang biasanya terlihat, sekarang sepertinya enggan untuk menampakkan diri. 

Di balik jendela yang terbuka—seorang wanita tengah berdiri—merenung memandang cakrawala. Angin bertiup perlahan, menerpa wajahnya, mengibarkan  helaian rambutnya yang tergerai begitu saja. Ia terpejam, menikmati hembusan itu yang dirasa cukup menenangkan.

"Ahhh, aku sangat menyukai ini," desisnya pelan.

"Lagi ngapain?"

Suara itu tiba-tiba membuyarkan lamunannya. Irene pun lantas menoleh. Dilihatnya Seulgi yang berjalan ke arah dapur—membuka kulkas—mengambil sebotol air mineral lalu meneguknya.

"Hanya melihat-lihat suasana. Kamu kenapa bangun jam segini?" Irene sedikit terheran, karena tak biasanya Seulgi bangun tengah malam.

"Umm, entahlah. Tiba-tiba saja aku lapar. Eonni mau ramyun?"

"Boleh juga ... aku akan ambil laptop. Kita sambil nonton drama." Irene menutup jendela dan bergegas menuju kamarnya.

Tak butuh waktu lama gadis itupun muncul dengan membawa laptop di tangannya. Ia memainkan benda itu sembari menunggu Seulgi selesai memasak.

"Makanan datang!" seru Seulgi kemudian. Ia meletakkan kedua mangkok berisi ramyun di atas meja, lalu duduk di sebelah Irene. "Lihat drama apa, eonni?"

"Ini sepertinya bagus. Pemainnya sama-sama cakep," ucap Irene.

"Nonton itu yang ceritanya bagus, bukan pemerannya." Seulgi menyeruput pelan ramyun yang masih panas itu.

Irene menggeleng, "aku hanya melihat drama dengan visual bagus."

Alih-alih memakan ramyun-nya, kedua wanita itu malah fokus dengan drama yang tengah ditonton. Alhasil, mienya mulai mengembang, dingin, dan tak tersentuh sama sekali. Karena kebetulan itu hanya web drama, jadi bisa selesai dalam waktu 2 jam-an.

"Aish! Aku sangat ngga suka dengan drama yang berakhir dengan menyedihkan."

"Kenapa, Seul? Apa ini sad ending buatmu?"

"Bagaimana mungkin dua orang yang saling mencintai, tapi mereka tak bisa bersatu? Apa itu adil?"

Raut wajah kesal Seulgi mampu membuat Irene terkekeh geli. Ia tak menyangka jika gadis bermata sipit itu bisa se-emosional ini. 

"Kalau takdir yang bicara, kita bisa apa? Lagian ini cuma drama, Seulgi."

"Adakah takdir yang sejahat itu?" Seulgi merubah posisi duduknya menghadap ke Irene. "Misal hal itu terjadi padamu bagaimana? Kamu dan Suho oppa  saling mencintai, namun diakhir kalian harus berpisah dengan cara yang menyedihkan."

"YA! Kenapa bicaramu buruk sekali?" gerutu Irene. Ia kesal mendengar ucapan Seulgi barusan.

"Sangat buruk 'kan?  Meski tak bisa bersama seenggaknya mereka berpisah tanpa membawa luka."

Memangnya ada perpisahan yang seperti itu?

"Ayolah ... this is just drama. Jangan terlalu terbawa suasana."

"What if this is real? Dan ini terjadi pada hubungan kalian. Berikan pendapatmu, eonni!"

Irene terdiam. Bingung harus menjawab yang seperti apa. Karena menurutnya, segala yang berbau dengan perpisahan itu tidak ada yang menyenangkan. Perpisahan yang bahagia? Itu hanyalah omong kosong.

WHAT IF..?✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang