"Kamu adalah kebahagiaan yang sulit terdefinisi. Lebih terang dari matahari, bahkan terlalu indah disandingkan dengan pelangi."~Kim Joonmyeon~
.
.
.
Bae Joohyun--gadis ini berlarian di sepanjang koridor rumah sakit. Tanpa memperdulikan penampilannya yang sedikit berantakan dan tatapan aneh dari orang sekitar, ia terus mempercepat langkahnya menuju meja resepsionis."Dimana pasien korban kecelakaan mobil beberapa menit lalu?" tanyanya.
"Pasien baru saja dibawa ke ruang operasi. Tapi, Anda ini siap--" Kalimat ini terpotong karena Joohyun yang langsung pergi begitu saja.
Sesampainya di depan ruangan itu, Joohyun hanya duduk termenung di kursi tunggu. Jari-jemarinya saling terpaut, matanya terpejam, dan lututnya yang bergerak naik turun tak tenang. Hatinya bergemuruh karena rasa takut yang kian menjadi. Ini seperti dejavu. Namun, entah kenapa yang terjadi saat ini lebih menakutkan.
"Andai bisa bertemu dengannya, aku hanya mau bilang 'maaf' itu saja."
Kalimat itu merasuk kembali dalam ingatan, mampu mengoyak isi hati dan pikirannya. Ia juga takut bahkan belum siap jika harus menghadapi kenyataan pahit itu. Joohyun sadar, ini sudah kesekian kalinya ia berbuat kesalahan yang sama, untuk kesekian kalinya pula ia hampir kehilangan orang yang sama.
Atensinya bergerak kala melihat seorang pria berpakaian serba biru keluar dari ruangan. Ia pun bangkit dan langsung menghampiri orang itu.
"Bagaimana keadaannya, dok?"
Dokter itu melepas kacamatanya sambil membuang napas berat. "Mohon maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi nyawa pasien tetap tak bisa tertolong."
Langit seakan runtuh, oksigen disekitar seolah menipis membuatnya sesak, perkataan itu masih terekam jelas dan begitu berisik di dalam otaknya. Ia belum ... ah, bukan belum, tapi ia tidak percaya jika ini nyata. Perhatiannya teralihkan oleh beberapa orang yang barusan keluar dengan membawa brankar dorong. Matanya terfokus pada sosok yang terbaring di atasnya dengan tertutupi kain putih.
"Boleh saya melihatnya? Hanya ingin memastikan jika orang itu bukanlah pria yang saya maksud." Joohyun mengatakan ini sambil terus berdoa dalam hati. Berharap jika itu bukan Joonmyeon.
Perlahan kain itu mulai dibuka, memperlihatkan seorang pria dengan wajah pucat disana. Kaki gadis ini melemas, dan ia pun kembali terduduk di kursi.
"Anda tidak apa-apa, Nona?" tanya salah seorang perawat dan dibalas dengan anggukan samar dari wanita itu.
"Apa pasien ini orang yang anda maksud?"
Joohyun menggeleng pelan, "Bukan, dok," jawabnya. Dalam hati ia terus berucap syukur, lagi-lagi Tuhan mengabulkan doanya kali ini.
"Kalau begitu, kami permisi."
Sepeninggal orang-orang itu, Joohyun tak langsung pergi. Ia masih tetap disana. Wajahnya kini sudah terlihat tak tegang seperti tadi, dan berkali-kali ia membuang napas lega. Walaupun perasaannya masih campur aduk sekarang.
drrt... drrt... drrtt
Ponselnya bergetar sedikit membuatnya terperanjat. Ia merogoh saku celana, lalu mengangkat panggilan itu.
"Yeoboseyo. Ada apa, Baek?"
"Noona lagi dimana?"
"Masih di rumah sakit, kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
WHAT IF..?✓ [REVISI]
FanfictionHighest Rank #2 in SuhoIrene [31 Agustus 2020] #2 in Surene [5 November 2020] #1 in Desember [3 Oktober 2020] Terkadang dalam suatu hubungan, kebohongan menjadi sebuah pilihan demi menutupi kenyataan yang menyakiti perasaan. Kata-kata yang tak teruc...