Episode 24~Sweet Love

1K 121 59
                                    

"Ada yang manis tapi bukan gula, ada yang pahit tapi bukan kopi."

~What If~
.
.
.

"Sudah puas nangisnya?"

Wanita yang kini duduk di sebelah Suho hanya mengangguk pelan. Wajahnya kusut dan matanya sembab. Tanpa mengalihkan pandangan, Irene masih saja sibuk mengelap ingusnya dengan tisu. Suho yang melihat itupun hanya bisa terkekeh geli, karena tingkah Irene yang terbilang menggemaskan.

"Apa matamu ngga kering? Sudah hampir sejam kamu menangis, Rene. Lihat ... make up-nya bahkan luntur."

Sontak, Irene segera mengambil ponsel miliknya lalu bercermin di sana. Mengamati wajahnya yang memang tampak kusut. Walaupun begitu, paras gadis itu masih saja menawan. Bahkan tanpa polesan make up pun, Irene tetap saja cantik.

"Woahh ... apa ini sungguh diriku?" Matanya membulat lebar seraya menatap layar ponsel. Mengamati setiap inci garis wajahnya. "Aku sangat benci menangis."

"Kenapa? Masih cantik kok," balas Suho yang dibalas dengan tatapan sinis Irene.

"You kidding me? ... aku mau cuci muka dulu."

Irene bangkit lalu melangkah menuju kamar mandi. Tanpa pria itu sadari, ternyata dia sempat menyunggingkan senyum manisnya. Wajahnya sekilas terlihat memerah. Mungkin karena tak tahan dengan pujian Suho barusan.

Pria bersurai kecoklatan itu kembali menatap nanar ke luar jendela. Senyum malaikat yang sedari tadi terlukis, kini perlahan memudar. Tatapan sendu itu nampak seperti tengah memikirkan sesuatu.

Ia bahagia. Sangat bahagia, karena kedatangan Irene. Tapi ada hal yang sangat menggangu pikirannya. Saat dirinya sudah siap untuk segala kemungkinan yang akan terjadi padanya. Kembalinya gadis itu justru membuatnya takut. Takut jika kebahagiaan ini hanya ilusi dan berakhir karena perpisahan yang datang tiba-tiba.

"Joon-ah! Kamu belum tidur, Nak?"

Suara lembut Seo Jin membuyarkan lamunannya. Suho berbalik dan tersenyum manis pada sepasang suami istri itu.

"Belum ngantuk, Ma ... Dong Kyu hyung ngga ikut?"

"Kakakmu masih sibuk dengan perusahaan, Joon." Seok Hwan terkekeh seraya mendekat pada putranya.

"Orang itu pasti bakal curhat panjang lebar padaku. Berkeluh kesah betapa repotnya menjadi seorang direktur," balas Suho. "Aku sedikit kasihan padanya."

"Lho, kamu lagi ada tamu, Nak? Ini tas siapa?" tanya Seo Jin tiba-tiba, saat dia mendapati sling bag cokelat tergeletak di atas meja.

Belum sempat menjawab, perhatian mereka teralihkan oleh kemunculan Irene dari balik pintu kamar mandi. Seo Jin maupun Seok Hwan sama-sama memasang ekspresi penuh tanya. Bukan karena tidak tahu siapa gadis itu. Tapi, kenapa Irene ada di kamar ini. Terlebih ini sudah masuk larut malam.

Merasa menjadi pusat perhatian, Irene menjadi kikuk. Entah kenapa tangannya langsung otomatis membenahi pakaian serta sedikit merapikan rambutnya. Dalam hati Irene merasa beruntung karena sempat mencuci muka, jadi wajahnya sedikit lebih fresh. Ia hanya ingin memberikan kesan baik di hadapan kedua orang tua Suho.

"Selamat malam, Om, Tante," sapa Irene dengan tersenyum canggung. Bukannya membalas, dua orang paruh baya itu malah menatap Irene serta Suho bergantian.

"Saya ke sini karena mendengar jika Suho oppa sakit. Makanya sa––"

"Suho oppa?" sela Seo Jin. "Jadi kalian itu teman dekat ...."

WHAT IF..?✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang