31~Bonus Chapter

1.1K 117 39
                                    


Langit berwarna jingga kemerahan. Mentari pun mulai terbenam mempersilakan rembulan menempati singgasananya. Burung-burung gereja mulai kembali ke sarangnya setelah seharian mencari pangan untuk anak-anak mereka.

Sebuah mobil SUV hitam baru saja parkir di halaman sebuah mansion mewah. Terlihat seorang pria dengan setelan jas dongker keluar dari dalam sana. Wajahnya nampak sangat lelah, langkahnya gontai dan tangan kiri memijat pelipisnya yang terasa berdenyut.

Saat hendak menuju kamar, ia melihat wanita dengan kaos putih polos oversize tengah sibuk dengan aktivitas di dapur. Bibirnya menampilkan sebuah senyuman tipis, ia mulai berjalan mendekat, dan langsung menelungkupkan kepalanya di tengkuk gadis itu.

 Bibirnya menampilkan sebuah senyuman tipis, ia mulai berjalan mendekat, dan langsung menelungkupkan kepalanya di tengkuk gadis itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Joohyun––perempuan ini terkesiap lantaran sang suami yang tiba-tiba muncul begitu saja. Mungkin karena terlalu asik dengan kegiatannya, ia sampai tidak menyadari kedatangan Joonmyeon.

"Kamu masak apa?" tanya Joonmyeon tanpa merubah posisinya sejak tadi.

"Aerin minta dibuatkan brownies panggang," jawab Joohyun seraya mengaduk adonan kue di hadapannya. "Tumben pulang cepet hari ini? Bukannya tadi pagi kamu bilang mau lembur."

"Entahlah ... aku cuma ingin di rumah." Tangan pria ini beralih melingkar di pinggang ramping sang istri lalu memeluknya erat. "Biarkan seperti ini sesaat."

Joohyun menautkan kedua alisnya, "Apa ada masalah di kantor?"

"Nothing."

"Tunggu." Gadis ini menghentikan kegiatan mengaduknya dan langsung berbalik menghadap ke arah Joonmyeon. Ditempelkan telapak tangan kanannya pada dahi pria ini. "Kamu sakit? Terus tadi pulang diantar siapa?"

"Hanya sendiri."

"Sendirian?! Kenapa kamu ceroboh sekali jadi orang. Bagaimana jika terjadi sesuatu di jalan tadi?!" Sebenarnya Joohyun ngga berniat untuk mengomeli suaminya. Ini refleks alami yang timbul karena rasa khawatir pada pria itu.

Joohyun sudah menduga sebelumnya. Tadi pagi memang pria itu sempat mengeluh kurang enak badan, namun saat ia melarang untuk tidak ke kantor, Joonmyeon menolak dan bersikeras berangkat dengan alasan ada rapat dewan yang tidak bisa diwakilkan. Karena sifat keras kepala itulah yang pada akhirnya membuat laki-laki ini jatuh sakit.

"Sekarang ganti baju, biar ku buatkan bubur terus minum obat. Sebelum demamnya nanti makin parah," titah Joohyun kemudian. Laki-laki ini hanya menurut dan melangkah pergi ke kamarnya.

Joohyun menunda aktivitas membuat brownies dan sekarang bergegas untuk menyiapkan bubur. Selang beberapa menit kemudian, semangkuk bubur hangat itu sudah siap di atas nampan. Dilepaskan celemek yang ia pakai lalu melemparkannya asal. Dibawanya nampan itu lalu buru-buru menuju kamar. Ia mendekat ke arah Joonmyeon yang terbaring meringkuk di balik selimut tebalnya.

"Joon, ayo makan dulu trus minum obatmu," pintanya lembut. Akan tetapi empu yang dipanggil hanya menggeleng lemas. Joohyun sedikit terbelalak karena panasnya kian meninggi. Dengan cekatan ia mengambil handuk kecil lalu mengompres dengan air hangat yang dibawanya tadi.

Tak lama kenop pintu terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya di sana. Joohyun menoleh sambil melempar senyum lega. Seo Jin--perempuan ini langsung bergegas kemari setelah tadi Joohyun memberi kabar jika putranya sakit.

"Maaf merepotkan malam-malam begini, Ma."

"Sudahlah jangan dipikirkan. Gimana sekarang kondisinya?" tanya Seo Jin.

Joohyun menghela napas berat, "Dia baru saja tidur, Ma. Tapi belum sempat makan sama minum obat."

"Anak ini memang mirip ayahnya. Terlalu mementingkan pekerjaan, sampai-sampai ngga memperdulikan kesehatannya," tutur Seo Jin memandang sendu ke arah putranya ini.

"Padahal sudah sering kuingatkan, tapi  Joonmyeon memang batu orangnya," jujur Joohyun yang dibalas dengan kekehan kecil dari wanita paruh baya ini. "Kok Papa ngga ikut?"

"Masih dinas di luar kota. Besok lusa baru pulang."

Perhatian dua perempuan itu teralihkan kala Aerin dan Junkyu masuk. Bocah-bocah itu nampaknya senang melihat keberadaan Seo Jin di sini.

"Nenek!" seru mereka bersamaan.

Seo Jin langsung memberi isyarat dengan telunjuknya supaya mereka memelankan suaranya. Sontak anak-anak ini pun terdiam.

"Ssstt ... Papa lagi sakit sayang, jadi kalian ngga boleh berisik ya," ujar Seo Jin sambil tersenyum.

Kedua anak itu mengangguk mengerti. Junkyu dan Aerin berjalan mendekati sang ayah lalu mencium pipi pria itu bergantian.

"Cepet sembuh, Pa," ucap Junkyu pelan.

Joohyun mencelos hatinya dengan apa yang barusan ia lihat. Jujur dirinya sangat terharu. Orang tua mana yang tidak tersentuh dengan sikap kasih sayang dan perhatian dari anak-anak mereka?

"Nek, ayo kita main di kamar. Aerin punya boneka baru," pinta Aerin manja.

"Oh, ya? Kalau gitu kalian ke kamar duluan nanti Nenek menyusul."

Dengan senang hati, Junkyu dan Aerin pun melangkah pergi keluar.

"Aku titip mereka dulu ya, Ma. Minta tolong juga nanti buatin susu sebelum tidur," pinta Joohyun. Ia merasa sedikit kurang enak hati karena merepotkan si ibu mertuanya itu.

Seo Jin tersenyum manis, "Kamu fokus saja pada suamimu. Masalah anak-anak biar Mama yang urus. Tadi aku juga sudah menghubungi kakaknya buat kemari. Mungkin sebentar lagi sampai." Ia mulai melangkah pergi lalu menghilang dibalik pintu kamar.

Joohyun kembali merapikan selimut pria ini. Ditatapnya lekat wajah pucat suaminya.   Sorotnya berubah sendu terlebih melihat Joonmyeon yang nampak tak nyaman dalam tidurnya.

.

Esoknya saat Joohyun hendak membangunkan Joonmyeon untuk sarapan, ketika masuk ia terperangah melihat kamar yang sudah kosong tak ada seorangpun di sana. Diletakkan nampan berisi bubur itu di atas nakas lalu menengok ke dalam kamar mandi. Namun nihil.

"Kemana orang itu?"

Sedetik kemudian ia berbalik dan langsung menuju ke sebuah ruangan yang tak lain adalah tempat kerja milik Joonmyeon. Benar dugaannya, pria itu tengah sibuk mengetik sesuatu di laptopnya. Gadis ini memutar bola matanya malas, segera dihampirinya pria itu lalu menutup paksa laptopnya dengan kasar. Sontak membuat Joonmyeon sedikit terperanjat.

"Balik kamar," tukas Joohyun datar. Iris matanya menatap tajam ke arah suaminya ini.

"Aku hanya akan menyelesaikan satu laporan dan--"

"Jangan membantah, dan cepat masuk kamar!" tegas wanita itu penuh penekanan.

Joonmyeon tak lagi berkata-kata. Ia paham jika sekarang sang istri pasti marah padanya. Dirinya bangkit dan melangkah pergi diikuti oleh Joohyun di belakangnya.

Perempuan itu menyiapkan bubur dan obat yang akan diminum sambil terus mengomel pada Joonmyeon. "Kamu itu jangan keras kepala jadi orang. Kalau sakit istirahat dulu sampai sembuh. Baru setelah itu lanjutkan pekerjaanmu."

"Iya, maaf...."

"Selalu saja begitu ... sekarang habiskan buburnya lalu minum ob--" Perkataan Joohyun terjeda kala pria itu tiba-tiba memeluknya dari belakang.

"Terima kasih," desis Joonmyeon.

"Untuk apa?"

"Semuanya," balas Joonmyeon sambil menghela napas lega, "Sepertinya aku ngga sakit lagi, karena Bae Joohyun adalah obat paling manjur buatku." Ia makin mengeratkan pelukannya seraya tersenyum manis.

Perempuan ini terkekeh mendengarnya. Ia diam tak bergeming menikmati pelukan hangat dari suaminya. Sudah lama sejak memiliki anak mereka jarang beromantis ria seperti sekarang.

☘☘☘

Maaf kalo cuma pendek:')

Masih mau lagi???

WHAT IF..?✓ [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang