Hogsmeade Part 4

595 98 6
                                    

"Stop," Ujar Wendy lembut menghentikan ciumannya. Bibirnya sudah keram dan mati rasa. Wendy pun menurunkan wajahnya kedalam dada Suga masih memeluknya sangat erat. Tangan kanan Suga masih berada dipinggang Wendy namun tangan kirinya mulai membelai rambut wanitanya itu, sambil sesekali mencium rambutnya. Wangi tubuh Wendy bagaikan candu baginya.

"Kita balik ke sekolah yuk," Ajak Wendy yang dibalas dengan anggukan Suga. Langit sudah mulai sore dan cuaca sudah mulai dingin. Mereka lalu berjalan keluar hutan sambil bergandengan tangan.

"Ga.. Aku mau butterbear deh," Ucap Wendy yang sebenarnya masih ingin menghabiskan waktu bersama Suga.

"Yuk," Balas Suga sambil tersenyum ke arahnya. Suga lalu melepas genggaman tangan Wendy dan berjalan sambil merangkulnya dengan sesekali mencium pipinya.

Sesampainya di Three Broomsticks, Wendy melihat masih ada beberapa anak murid Hogwarts disana. Hogwarts memang tidak memberikan batasan waktu kunjungan namun tetap ada jam malam sekolah yang harus mereka patuhi. Waktu menunjukan pukul lima sore, sehingga mereka masih ada waktu berdua. Terakhir kali Wendy melihat arlojinya saat dia berada di hutan yaitu pukul setengah dua dan sekarang sudah pukul lima sore. Pantas saja bibirnya terasa mati rasa.

Suga dan Wendy duduk di pojok ruangan, badan mereka sangat dekat. Tangan kiri Suga merangkulnya dan tangan kanannya menyeruput butterbear.

"Sayang, kamu mau cemilan apa? Aku beliin." Ucap lembut Suga.

"Enggak aku mau minum butterbear aja," Balas Wendy sambil meminum kembali butterbear nya.

"Ga.. Kamu keren banget deh di arena kemarin.. Tapi bukannya naga adalah makhluk yang sulit untuk ditaklukkan ya? Kamu pake mantra apa bisa bikin naga itu kesakitan kayak kemarin?" Ucap Wendy lembut yang disambut tawa lirih Suga. Wendy pun sangat penasaran sebab dia sudah menghabiskan waktu seharian penuh di perpustakaan bersama seulgi dan hoseok namun tidak menemukan apapun.

"Well.. Hampir tidak mungkin jika aku melucuti naga itu dengan kulitnya jadi aku melucuti lewat matanya karena mata naga adalah bagian terlemah dalam tubuhnya. Aku menggunakan Conjunctivitis Curse untuk membutakan naganya. Tidak permanen jelas karena itu termasuk penyiksaan binatang dan dapat menurunkan poin ku. Aku hanya membuat matanya buta sebentar, kurang dari sepuluh menit. Itu membuatnya mengalami shock karena tiba-tiba tidak bisa melihat dan menjadi kacau... Saat itu lah kesempatan ku untuk mengambil telur emas. Butuh latihan jelas...tapi itu tidak terlalu sulit. Sama ketika saat menyembuhkan luka, lapisan mata naga tidak terlalu tebal." Jawab Suga, yang ditanggapi dengan anggukan Wendy. Wendy sekarang benar-benar yakin bahwa Suga memang telah menyiapkan turnamen ini jauh-jauh hari.

Mereka pun bertukar cerita banyak hal, mulai dari cerita tentang sekolah hingga keluarga. Sesekali mereka juga bercumbu, berada di kursi pojokan cafe dengan pencahayaan remang karena sudah mulai malam membuat mereka terbawa suasana. Dari pipi, bibir hingga leher, mereka bergantian merasakannya.

Three Broomsticks saat ini hanya tersisa beberapa murid Hogwarts yang ternyata berpasangan, cuaca yang dingin dan suasana toko yang hangat membuat tempat ini menjadi sempurna. Sesekali Wendy memperhatikan anak-anak yang masih berada di dalam Three Broomsticks, dan ada satu orang menarik perhatiannya.

"Hoseok? Sama Rose?" Ucap lirih Wendy.

Suga pun ikut menoleh dan memandang kedua orang yang berada di meja seberang pojok kiri toko itu. "Loh bukannya Hoseok sama Seulgi ya?" Tanya Suga.

"Nope, mereka sahabatan. Lebih kayak kakak adik. Aku kaget aja ternyata dia deket sama Rose," Jawab Wendy yang melihat bagaimana Hoseok menatap penuh perhatian kepada Rose yang sedang berbicara kepadanya sambil menggenggam erat tangannya. Saking asyiknya mereka berdua seperti tidak menyadari kehadiran Wendy dan Suga. Seperti dunia milik berdua. Sama dengan Suga dan Wendy di hutan tadi siang.

Selain itu ada juga satu meja yang menarik perhatiannya. Seorang lelaki sedang mengobrol asyik dengan seorang wanita. Tidak seperti pasangan lainnya yang menunjukan skinship, mereka berinteraksi layaknya sepasang sahabat yang sangat dekat. Mereka bertukar cerita yang mungkin sangat lucu karena keduanya sering tertawa. Ketika Madam Rosmerta, pemilik Three Broomsticks menyalakan lampu tengah yang berada tepat diatas kepala meja tersebut. Kedua orang itu tampak familiar bagi Wendy dan dia tidak menyangka bahwa mereka ternyata sedekat itu.

"Loh Ga..." Ucap Wendy.

"Hmm? Kenapa sayang?" Balas Suga.

"Cowok itu... Kim Seokjin kan? Anak Gryffindor.." Ucap Wendy.

✨✨✨

"Oh yauda ayuk." Ucap Yeri yang diikuti dengan anggukan Irene. Sesekali Irene masih menatap ke belakang toko-toko lain siapa tau Wendy sedang menyusul mereka.

Setelah berjalan beberapa meter Irene menghentikan kakinya. "Yer, Gi.. Kayaknya aku tungguin Wendy aja deh. Dia kan lagi sakit... Aku khawatir banget soalnya..."

"Tapi Ren... Wendy tadi uda sama Suga kok.." Jawab Seulgi yang sebenarnya ingin menceritakan apa yang dia lihat di hutan.

"Gapapa aku nunggu Wendy aja ya gi, kalian duluan aja. Sekalian mau bungkus tteokbokki, kayaknya enak.. Tiba-tiba ngiler hehe," Ucap Irene yang lalu berbalik meninggalkan Yeri dan Seulgi.

✨✨✨

Seokjin bersama Genk Raja Hutan sedang memilih mainan yang bagus untuk persediaan pesta selanjutnya di common room Gryffindor. Beberapa petasan dan juga makanan yang dapat menimbulkan jerawat khusus untuk Mr. Simcheong. Lalu ketika Seokjin melihat ke arah jendela, terlihat langsung toko Tteokbokki yang sangat terkenal diantara penyihir. Tteokbokki dari Hogsmeade ini sangat berbeda dari yang lain. Ditambah lagi ketika melihat seseorang berdiri di depan toko tteokbokki itu, dia memutuskan untuk melanjutkan kakinya.

"Bro.. Gue ke depan duluan ya, amunisi gue uda cukup." Ucap Seokjin kepada salah satu anggota Genk Raja Hutan.

"Sip bro.." Balas anak itu.

Akhirnya Seokjin melangkahkan kakinya dan keluar menuju toko tteokbokki tersebut.

"Er... Ren? Boleh aku bicara denganmu?"
Ucap Seokjin yang sangat frontal. Keberanian adalah suatu hal yang sangat melekat padanya sebagai seorang Gryffindor sejati.

"Boleh.. Ngomong apa?" Balas Irene.

Seokjin memandangnya dan perutnya serasa anjlok, seperti kalau dia sedang menuruni tangga dan satu anak tangga terlewat diinjak.

"Er," Gugup Seokjin. Dia tak bisa meminta Irene. Dia tak bisa. Tetapi harus. Irene tampak bingung, mengawasinya. Kata-katanya keluar sebelum Seokjin bisa mengatur lidahnya. "Mokah kau pesta dansa samaku?"

"Maaf?" kata Irene.

"Maukah... maukah kau ke pesta dansa bersamaku?" tanya Seokjin. Kenapa wajahnya harus memerah sekarang? Kenapa?

❤💛💙💚💜

Jangan lupa vote dan komen ya 🥰✨

Ajaran Tahun Kelima [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang