"Satu jam penuh kau harus mencari,
Dan mengambil kembali yang telah kami curi…"
Seulgi berenang lebih cepat dan segera saja melihat batu karang besar muncul dari dalam air keruh di depannya. Ada lukisan manusia-manusia duyung pada karang itu. Mereka membawa tombak dan mengejar sesuatu yang tampak seperti cumi-cumi raksasa. Seulgi berenang melewati karang itu, mengikuti nyanyian duyung.
"...waktumu tinggal separo, jangan berlambat-lambat lagi nanti yang kau cari, tak bisa kau dapatkan kembali..."
Sekelompok gua batu yang ditumbuhi ganggang mendadak muncul dalam keremangan dari segala jurusan. Di sana-sini di balik jendela gelap, Seulgi melihat wajah-wajah... wajah yang sama sekali tidak mirip dengan lukisan putri duyung di dalam kamar mandi laki-laki lantai lima.
Duyung-duyung disana berkulit keabu-abuan dan rambut mereka panjang, berantakan, berwarna hijau tua. Mata mereka kuning, seperti juga gigi mereka yang patah-patah, dan mereka memakai kalung tali tebal dengan untaian kerikil di sekeliling leher mereka. Mereka melirik Seulgi ketika Seulgi berenang lewat.
Satu-dua di antara mereka muncul dari dalam gua agar bisa melihatnya lebih jelas. Ekor ikan mereka yang keperakan dan kuat memukul-mukul air, tombak dicengkeram di tangan.
Seulgi meluncur lebih cepat, memandang berkeliling, dan segera saja tempat tinggal mereka menjadi lebih banyak. Beberapa di antaranya punya halaman berumput, dan dia bahkan melihat Grindylow piaraan yang diikat di tiang di depan pintu. Duyung-duyung bermunculan dari segala jurusan, memandangnya dengan bergairah, menunjuk-nunjuk tangan dan kakinya yang berselaput, saling berbicara di balik tangan. Seulgi membelok di sudut dan pemandangan aneh terlihat di depan matanya.
Kerumunan duyung melayang di depan rumah-rumah yang mengitari apa yang tampak seperti lapangan pangan kota versi-duyung. Paduan suara duyung bernyanyi di tengah lapangan itu, memanggil para juara kepada mereka, dan di belakang mereka menjulang patung sederhana duyung raksasa yang dipahat dari karang besar. Seulgi melihat Suga sudah berada disana, sedang mencoba melepas ikatan seseorang dari empat orang yang diikat kuat ke ekor patung duyung itu.
Wendy - Yeri - Irene dan Jimin.
Seulgi berfikir para sandera terikat sejajar sesuai dengan urutan nama para juara piala api. Keempatnya tampaknya tertidur lelap. Kepala mereka terkulai ke bahu, dan gelembung-gelembung kecil tak hentinya keluar dari mulut mereka.
Seulgi meluncur mendekati para sandera, setengah mengira para duyung akan menurunkan tombak dan menyerangnya. Tetapi mereka tidak berbuat apa-apa. Tali rumput laut yang mengikat para tawanan ke patung itu tebal, licin berlendir, dan sangat kuat.
Seulgi memandang berkeliling. Sebagian besar duyung yang mengelilinginya membawa tombak. Dia berenang gesit mendekati duyung pria setinggi kira-kira dua meter dengan jenggot hijau panjang dan kalung choker yang terdiri atas taring ikan hiu, dan berusaha memeragakan gerak mau meminjam tombak. Si duyung tertawa dan menggelengkan kepala.
"Kami tidak membantu," katanya dengan suara kasar dan parau.
"Plis tolong laaah!" kata Seulgi berkeras dengan suara yang sangat bindeng, dan Seulgi berusaha menarik tombak dari duyung itu, tetapi si duyung menariknya kembali, masih menggeleng dan tertawa.
Tiba-tiba tangannya digenggam oleh seseorang. Seulgi menoleh dan melihat Suga menjulurkan tangannya. Ditelapak tangan Suga terdapat potongan batu karang yang terlihat sangat tajam.
"Untuk potong tali itu dan lempar lagi ke dasar danau. Jangan bawa apapun selain sandera ke atas." Ucap Suga pada Seulgi.
Seulgi pun mengangguk dan mengambil batu karang itu. Suga lalu pergi dan menarik Wendy yang sudah terlepas tali. Suga membawanya berenang keatas permukaan air.
Seulgi mulai menetak-netak tali yang mengikat Jimin, dan setelah beberapa menit bekerja keras, tali itu putus. Jimin melayang, pingsan, beberapa senti dari dasar danau, terhanyut sedikit di air surut.
Seulgi memandang berkeliling. Tak ada tanda-tanda Seokjin dan Jungkook. Kenapa mereka tidak bergegas? Seulgi menoleh ke arah Irene dan Yeri, keduanya adalah sahabat dia juga. Seulgi ingin mereka semua selamat.
Seulgi mengangkat karangnya yang tajam, dan mulai menetak ikatan pada Irene. Langsung saja beberapa pasang tangan kuat abu-abu menahannya. Enam duyung menariknya menjauh dari Irene, menggelengkan kepala mereka yang berambut hijau dan tertawa.
"Ambil sanderamu sendiri!" salah satu dari mereka bicara kepadanya. "Hanya boleh satu! Tinggalkan yang lain..."
"No way!" kata Seulgi berang.
"Tugasmu adalah mendapatkan kembali temanmu sendiri... tinggalkan yang lain..." Ucap salah satu duyung itu.
"Mereka temanku juga!" Seulgi berteriak, menunjuk Irene dan Yeri, gelembung perak besar muncul tanpa suara dari bibirnya. "Dan aku juga tak mau mereka mati!"
Seulgi memberontak mau melepaskan diri dari para duyung, tetapi mereka malah tertawa makin keras, memeganginya kuat-kuat. Seulgi memandang berkeliling dengan panik. Mana juara lainnya?
Cukupkah waktunya untuk membawa Jimin ke permukaan dan menyelam lagi untuk menyelamatkan Irene dan Yeri? Bisakah dia menemukan mereka lagi? Dia menunduk memandang arlojinya untuk mengetahui berapa waktu yang masih tersisa, namun sayang arlojinya mati.
Tetapi kemudian duyung-duyung yang mengitarinya menunjuk-nunjuk bergairah ke atas kepalanya. Seulgi mendongak dan melihat Seokjin berenang ke arah mereka. Ada gelembung besar di kepalanya, yang membuat wajahnya tampak aneh dan teregang.
"Aku tersesat!" mulutnya mengucapkan, tampak panik. "Jungkook akan segera datang! Dia diserang Grindylow tadi." Ucap Seokjin.
Lalu di belakang nya muncul Jungkook dengan beberapa luka disekitar kakinya, sama sepertinya. Seulgi merasa lega sekali. Seulgi lalu menarik Jimin dan berenang ke atas permukaan, meninggalkan Seokjin dan Jungkook yang sibuk melepas para sandera mereka.
Seulgi berenang menuju permukaan danau dengan menarik lengan Jimin. Setelah beberapa saat dia merasa kepalanya pusing dan kakinya terasa berat, mungkinkah efek ramuan itu mulai hilang?
Seulgi menjejakkan kakinya begitu keras dan cepat sehingga rasanya otot-ototnya menjerit memprotes. Otaknya serasa digenangi air, dia tak bisa bernapas, dia perlu oksigen, dia harus terus, dia tak boleh berhenti...
Dan akhirnya Seulgi berhasil menembus permukaan air danau. Udara segar yang dingin menyengat wajahnya. Dia menghirupnya, merasa seakan belum pernah bernapas dengan benar, dan tersengal, dia menarik Jimin bersamanya.
Penonton di tribune bising sekali, berteriak-teriak dan menjerit-jerit. Beberapa siswi menunjuk kearah Jimin dan memberikan pandangan kesal kepada Seulgi. Hoseok tidak henti-hentinya meneriakan nama Seulgi bersama para anak-anak Hufflepuff yang lain.
Untung saja Jimin pandai berenang, setelah dia tersadar, dia membantu menarik Seulgi yang sepertinya sudah kelelahan. Mereka berenang melintasi air, menuju podium tempat para juri berdiri menonton.
Seulgi mendengar bunyi di permukaan air lagi, membuat para kerumunan anak-anak Gryffindor berteriak keras. Seokjin pasti telah berhasil ke permukaan. Dan beberapa detik kemudian, suara dari permukaan air terdengar lagi membuat para kerumunan anak-anak Ravenclaw berteriak riuh. Jungkook pasti telah berhasil juga.
🐰🐻🐿🐥🐢
Jangan lupa vote dan komen yaaa!
KAMU SEDANG MEMBACA
Ajaran Tahun Kelima [END]
Fantasy✨Di tahun kelima mereka bersekolah di sekolah sihir Hogwarts, terjadi suatu kejutan yang menyenangkan namun juga berbahaya.✨ Kisah tujuh orang laki-laki dan lima orang wanita yang penuh dengan persahabatan, romansa dan juga ambisi di dalam dunia sih...