13. Menikah

483 29 1
                                    

Ada rahasia Allah yang sama sekali tidak bisa kita tebak. Rezeki, maut dan jodoh. Memang benar, kita tak pernah tahu kapan Allah menyerahkan semua itu pada hambanya.

Termasuk jodoh dan rezekiku, Allah memberinya sepaket tanpa pernah kuduga. Semoga enggak sekalian sama mautnya. Biarkan aku mencicipi surga dunia dulu Ya Allah ....

Pasangan Rey sama Dinda lewat! Enggak perlu Ta’aruf-ta’arufan dan acara lamaran segala. Tinggal jadi kambing hitam guling-guling saja bisa kawin.

“Salma!” teriak seseorang dari arah pintu.

Berdiri seorang wanita dengan wajah emosi, kedua matanya seperti akan lompat keluar. Tak lupa ia berkacak pinggang, membuatnya semakin terlihat garang.

Baju monalisa berwarna krem dan rok span panjang berwarna hitam menjadi ciri khas wanita asal Semarang yang menikah dengan orang Medan. Namun, tinggal di Bandung dan sekarang berada di Jakarta begitu mengejutkanku.

Emak? Benarkah dia ada di sini? Mampus, bagaimana bisa beliau datang ke sini? Duh, ya Allah ... jangan sampai emak bikin masalah.

Kini, emak menjadi pusat perhatian semua yang hadir di sini. Dalam hati aku berdoa, semoga yang aku lihat bukanlah emak sungguhan. Melainkan jin qorinnya.

Tanpa ragu ia berjalan ke a, dengan tatapan yang tak bisa kupahami. Pait pait pait ... semoga ia tak jadi mendekatiku.

“Emak?” ucapku lirih saat ia sudah berdiri di depanku.

“Akhirnya anak gua kawin ya Allah!” teriaknya terdengar bahagia.

Syukurlah, kupikir emak bakalan ngamuk-ngamuk. Ia memeluk tubuh ini erat sampai aku tak bisa bernapas. Sesekali ia mengguncang tubuhku saking senangnya.

“Mak, sa-kit, Mak. Sal-ma enggak bi-sa na-pas,” ucapku dengan napas yang tersengal-sengal.

Emak cengengesan seperti tak punya dosa. “Maaf, Neng. Saking senangnya ini, akhirnya lu menuruni nasib emak nikah sama orang cakep, dah gitu tajir lagi,” jawabnya membuat aku malu.

Ya, alasan emak menikah sama Bapak dulu karena Bapak orang kaya. Pengusaha minyak yang terkenal di Medan. Namun, begitu sudah menikah, usaha Bapak malah bangkrut. Akhirnya melarat juga!

“Emak kenapa bisa ke sini? Tahu dari mana? Kok enggak bilang-bilang Salma dulu?” Aku memberondong pertanyaan. Mengalihkan ucapannya tadi.

“Emak mau bikin sur ... sur ... apaan ya?” balas emak sambil mikir.

“Surprise?”

“Nah, iya itu. Lu pikir bisa kawin sama Pak Gio ini dapat restu dari siapa kalau bukan dari emak?”

“Maksudnya?” Aku bingung dengan arah pembicaraan emak. Secara bersamaan aku dan Pak Gio saling melirik

“Begini Salma, jadi kakek yang menghubungi Emak kamu lewat Bik Aisyah, karena Bapak kamu sudah meninggal dan tidak ada saudara laki-laki yang bisa dijadikan wali nikah kamu. Jadi, emak kamu menyerahkan wali nikahnya sama penghulu,” jelas kakek ikut menimpali.

Benar juga, kenapa aku tak kepikiran soal itu. Astagfirullah, maklum saking girangnya melepas status jomlo.

“Oh gitu ....” balasku singkat.

Setelah itu emak dan kakek saling berkenalan, berlanjut curhat dan entah ke mana arah pembicaraan mereka. Terlihat asyik. Kurasa mereka cocok menjadi besan, sama-sama enggak ada akhlak. Baru sadar, hidupku dikelilingi orang-orang enggak ada akhlak semua!

***

Acara demi acara berlalu begitu meriah tanpa halangan sedikit pun, bahkan lebih ramai dari pesta pernikahan di mana pun berada. Pasalnya cuma di acara pernikahanku, tak perlu repot-repot dan bayar mahal untuk menyewa biduan dangdut.

Menikah dengan MajikanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang