04 - Presentasi

24 5 5
                                    

Nasha kini gelisah. Kakinya tidak berhenti berjalan kesana-kemari. Alvin yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik Nasha hanya menggeleng tidak percaya. Ia kesal melihat Nasha yang sedari tadi tidak bisa diam menunggu, namun apa daya. Alvin tidak bisa membuat Nasha tenang. Bukan tidak mau, Alvin sudah mencoba, namun Nasha tetap Nasha.

"Vin! Lo bantu mikir juga, dong!" ucap Nasha kesal saat melihat Alvin malah sibuk bermain game.

"Bantu apaan?" tanyanya tanpa melepaskan pandangannya dari layar handphone-nya 

Nasha yang gelisah semakin kesal karena Alvin malah bersikap tidak peduli. Ia kemudian mengambil paksa handphone Alvin dan mematikan game-nya membuat Alvin menatap handphone-nya frustasi.

"Lo apa-apaan sih Sha?" tanya Alvin, suaranya berubah, tidak sesantai sebelumnya.

Nasha hanya tersenyum. Ia lalu menyimpan handphone Alvin dan duduk di sampingnya. Ia kembali meletakkan laptopnya diatas kedua kakinya dan kembali memeriksa bahan materi untuk presentasinya hari ini.

Alvin yang kesal karena sudah diganggu bermain game, mengacak-ngacak rambut Nasha, membuat Nasha memejamkan matanya menahan amarah. Melihat raut wajah Nasha yang berubah, bukannya berhenti, Alvin justru tertawa keras sambil terus mengacak-ngacak rambut Nasha

"Alvin," panggil Nasha. Suaranya ia buat setenang mungkin.

"Ya, Nasha?" jawab Alvin tenang.

Nasha menoleh, mendapati Alvin yang sedang tersenyum polos ke arahnya, "Lo mau mati disini atau di lapangan?"

Alvin hanya tersenyum, "Gue mati di hati lo aja," jawabnya santai.

Nasha hanya geleng-geleng dan memutar bola matanya, malas menanggapi Alvin yang semakin Nasha kenal, semakin tidak waras. Alvin hanya tertawa kecil, memperhatikan Nasha yang tampak lucu saat kesal. Apalagi kalau sudah sok tenang seperti tadi.

Tok tok tok

Alvin dan Nasha menoleh bersamaan dengan suara ketukan pada pintu. Beberapa detik setelahnya, Alvin dan Nasha saling pandang. Bingung dengan siapa yang datang. Pintu tiba-tiba saja terbuka, menampilkan sosok tegap dengan jas berwarna navy di tubuhnya.

"Kak Galih?"

Yang dipanggil hanya tersenyum singkat, seakan ada rasa tidak suka saat melihat pemandangan di depannya. Ia melangkahkan kakinya mendekati Nasha yang kini bangkit dari duduknya.

"Presentasi kamu sama Alvin lima menit lagi," ucapnya, lalu memberikan sebuah flashdisk berwarna hitam pada Nasha, "Bahan materi presentasinya pindahkan ke situ, biar nanti pake laptopnya Tasya."

Nasha menerima flashdisk itu dan mengangguk paham. Ia kemudian memindahkan file-file yang dirasa perlu ke dalam flashdisk. Alvin yang merasa punya tanggung jawab yang sama dengan Nasha, mendekat pada Nasha dan mulai membantunya. Hal itu membuat Galih naik darah, sehingga Galih harus bersusah payah menahan lengannya agar tidak memukul Alvin yang kini duduk sangat dekat dengan Nasha.

Selesai memindahkan file, Nasha langsung memberikan kembali flashdisk itu pada Galih, "Ini, kak," ucapnya sambil tersenyum.

Bukannya membalas Nasha dengan tersenyum, Galih malah mendelikkan matanya dan berlalu pergi membuat Nasha terkejut. Galih benar-benar berubah. Ia menjadi orang yang berbeda dalam sekejap.

"Sha," panggil Alvin sambil menarik lengan Nasha untuk duduk.

Yang dipanggil hanya menoleh meminta Alvin untuk melanjutkan perkataannya.

"Lo emang deket, ya, sama si Galih itu?"

Nasha diam. Ia lalu memperhatikan punggung Galih yang semakin lama semakin menghilang.

VACILANTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang