31 - Need a Time

10 2 0
                                    

"Nasha!"

Nasha mengerjap. Ia terkejut dengan panggilan yang tiba-tiba itu. Kakinya yang sebelumnya melangkah menuju ruang kelas juga terhenti. Itu temannya, salahsatu teman kelasnya sekaligus teman OSIS-nya, Fiona.

Fiona sedikit berlari menghampiri Nasha yang masih terdiam di depan pintu ruang kelas. Di belakangnya terdapat Calista yang juga ikut berlari mengejar Fiona. Nasha sudah memastikan bahwa yang akan dibahas Fiona adalah masalah kemarin, saat Nasha mengatakan 'maaf' pada pernyataan cinta Alvin.

"Lo yakin sama jawaban lo kemarin, Sha?" tanya Fiona sesaat setelah sampai di hadapan Nasha, "Lo nolak Alvin? Bukannya lo juga sama Alvin?"

"Meskipun lo temen gue, lo tega banget, Sha. Alvin udah ngilangin rasa malunya demi ungkapin perasaannya dia ke lo. Tapi, lo kok malah gitu, sih?" tambah Calista.

Nasha menghela nafasnya. Ia lalu kembali melangkahkan kakinya menuju ruang kelas. Memangnya siapa yang tidak akan menyukai Alvin jika Alvin bersikap semanis itu? Nasha hanya perlu waktu untuk menyelesaikan kesalahpahaman antara dirinya dengan Galih.

"Sha...," panggil Fiona sembari duduk di hadapan Nasha. Nasha menyimpan tasnya dan duduk di kursinya. Ia lalu menatap Fiona yang kini menatapnya penuh harap.

"Gue tau, gue salah karena gak kasih jawaban bagus buat Alvin. Tapi, kalian kan temen gue, Fi, Cal. Harusnya kalian dukung gue, bukan dukung Alvin kayak gitu."

Calista dan Fiona saling tatap, detik selanjutnya mereka menghela nafasnya karena bingung harus bersikap apa pada Nasha agar Nasha mau menceritakan alasan ia menolak Alvin.

"Iya, sorry, Sha. Harusnya kita dengerin dulu alasan lo nolak Alvin," ucap Calista sembari menunduk.

"Lagian kita kaget, lo sama Alvin udah deket banget. Dan gue pikir, gak ada alasan buat lo nolak Alvin. Kecuali lo punya cowok lain," tambah Fiona.

Nasha menghela nafasnya dan menggeleng pelan, "Emang gak ada alasan gue nolak Alvin. Tapi, itu kalau gue hanya memikirkan hari ini, dan hanya hidup untuk hari ini."

Fiona mengernyit, "Maksud, lo?"

Nasha terdiam. Meskipun ia ingin menceritakan alasan ia menolak Alvin, ia rasa apa yang dipikirkannya lebih baik disimpan dalam dirinya sendiri. Teman-temannya sudah kesulitan dengan permasalahan hidupnya masing-masing, dan Nasha sebagai teman yang baik tidak perlu menambah masalah itu. Nasha sudah dewasa, umurnya bahkan hampir menginjak tujuh belas tahun.

"Gak, Fi," jawabnya setelah beberapa menit terdiam.

Fiona dan Calista menghela nafas bersamaan. Detik berikutnya mereka memutar badannya, dan duduk dengan lebih baik. Jika dipaksa pun, Nasha tidak akan menceritakan apa yang menjadi alasan ia menolak Alvin. Maka dari itu, lebih baik mereka menunggu sampai Nasha sendiri yang akan menceritakannya.

"Nasha," panggil seseorang dari ambang pintu. Nasha yang baru saja mengeluarkan catatan biologinya, menoleh.

"Alvin," gumamnya.

Nasha menyimpan catatan biologinya di atas meja. Ia kemudian bangkit, menghampiri Alvin yang kini tersenyum manis. Ada apa dengan Alvin? Sudah ditolak kenapa masih bisa tersenyum? Apa Alvin tidak serius dengan perkataannya kemarin? Apa pernyataan cintanya itu hanya bualan semata?

"Nasha," panggilnya lagi.

"Lo ngapain kesini, Vin?"

Alvin mengernyit, "Gak boleh emangnya?"

Nasha menggeleng pelan, "Bukan gitu."

"Terus?"

Nasha terdiam. Bingung pertanyaan apa yang pantas ia lontarkan pada seseorang yang kemarin baru ia tolak pernyataan cintanya, "Gak jadi, deh."

VACILANTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang