09 - Masalah

21 6 9
                                    

Sudah satu jam berlalu semenjak acara perlombaan dimulai. Hanya satu perlombaan yang sudah selesai dengan cepat, yakni make-up dan modelling. Semua perlombaan tidak ada hambatan, juga tidak ada masalah. Hanya makin ramai karena sorakan dari teman-teman kelasnya untuk menang.

Alvin yang memiliki posisi menjadi ketua pelaksana dan komisi disiplin pun kembali merangkap jabatan, bertambah menjadi wasit tarik tambang. Benar kata Nasha, mereka harusnya masuk ke salah satu perlombaan, apalagi tarik tambang. Beruntung semuanya terkendali, hingga membuat Alvin bisa membantu panitia tarik tambang.

Suara peluit berbunyi, dan salah satu kelas bersorak karena berhasil melewati tahap penyisihan, "Salaman dulu, biar gak ada dendam, bro!" ucap Alvin mengajak perwakilan kedua kelas.

Mereka mulai bersalaman sambil tertawa dan memastikan bahwa tidak ada dendam di antara mereka. Ini hanya permainan, jika hasil akhirnya terdapat dendam, bukankah terlalu berlebihan?

Alvin lalu mendekati meja panitia tarik tambang. Ia lalu tersenyum saat mendapati Nasha berada di sana. Nasha juga tersenyum, bahkan sekarang jantungnya berdetak kencang karena melihat Alvin yang tampak berbeda hari ini. Rambutnya yang sudah berantakan, kaos OSIS-nya yang sudah kotor terkena tepung, dan pelipisnya yang sudah dipenuhi keringat.

"Ini, minum dulu. Lo gak inget sama minum, kan?" ucap Nasha sambil memberikan sebotol air minum.

Alvin tersenyum dan mengangguk, "Makasih, ya, udah diingetin."

Calista melihat adegan itu dan terkejut karena suara Alvin dibuat sangat lembut saat berbicara dengan Nasha, "EKHEM, BUCIN!"

Alvin dan Nasha menoleh bersamaan, "Bucin apanya, sih? Gue, kan, cuma ngasih minum doang!" ucap Nasha tak terima.

"Ya, kalau gak bucin, kenapa gak kasih minum juga ke gue?"

Nasha memutar bola matanya malas, "Serah lo, deh! Gak akan ke sini lagi gue. Kesel ya gue punya temen kaya lo!" ucap Nasha sambil beranjak pergi.

Calista hanya tertawa pelan karena sukses membuat Nasha kesal. Alvin juga hanya geleng-geleng kepala melihat Nasha yang mudah sekali kesal.

"Dia gampang banget kesel, aneh!" ucap Calista pada Alvin.

Alvin mengangguk setuju, "Tapi, kalo lagi kesel gitu dia lucu, ya?" tanyanya membuat Calista enek dengan kebucinan Alvin pada Nasha.

"Lo suka beneran sama Nasha?"

"I—" baru saja Alvin akan menjawab, ia sudah melihat Liana yang sekarang sedang ngos-ngosan karena habis berlari.

"Vin...," ucapnya lemah. Ia lalu menetralkan nafasnya dan berdiri memandang Alvin, "Ada masalah."

Mendengar hal itu, Alvin langsung melepaskan peluit yang sedari tadi menggantung di lehernya, "Tolong telepon Nasha, suruh dia cari gue," ucapnya pada Calista dan dijawab anggukan.

Alvin berjalan lebih dulu, dan Liana langsung mengikutinya, "Vin, maafin gue. Gue gak sengaja beneran."

Alvin menghentikan langkahnya tiba-tiba, "Gak sengaja? Emang lo ngapain?"

"Tadi gue ubah metode lombanya, dan sekarang kak Kevin terluka di dahinya."

Alvin mengernyit tidak mengerti. Ia lalu merogoh sakunya dan mencari nama Nasha di kontaknya. Tetapi, setelah nada hubung mulai terdengar, Nasha tak kunjung menjawabnya.

"Ayolah, Sha. Lo dimana?" gumamnya.

"Mending lo liat keadaan Kak Kevin, dulu, deh!"

Alvin mengangguk, namun matanya masih terfokus pada handphone-nya dan mencoba kembali menghubungi Nasha. Ia lalu membuka aplikasi pesan dan mengirimi pesan kepada Nasha. Setelahnya, ia langsung berlari mendatangi UKS.

VACILANTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang