Alvin, Nasha, Calista, dan Fiona kini duduk melingkar di salah satu bangku kantin. Semua pedagang kantin sudah pulang dan menutup kiosnya. Hanya tersisa mereka dengan minuman dingin botol di atas meja. Tatapan mereka masih tidak fokus, memikirkan sesuatu yang tepat untuk mengisi sebuah kertas yang kini tersimpan rapi di atas meja.
Alvin memperhatikan Nasha yang tepat berada di hadapannya. Nasha memperhatikan Fiona yang kini sedang sibuk mendekat pada Calista. Calista kini menopang kepalanya, sesekali ia memijat pelipisnya.
"Tinggal satu kolom tapi kok susah banget!" ucap Calista kesal sambil menaruh bolpoinnya di atas meja.
Nasha menghela nafasnya, "Susah karena ini nentuin masa depan kita. Kalau bukan karena Alvin, gue gak akan deh ikut pusing sama kalian."
Alvin mengangkat kepalanya yang semula tertunduk frustasi, "Kok gue, Sha? Gue, kan, gak masa lo juga."
"Karena gue mau lo yang jadi ketua OSIS selanjutnya."
Fiona memutar bola matanya malas. Bukannya mencari solusi, Alvin dan Nasha malah mempeributkan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu diributkan.
"Kalau urus masalah keluarga jangan disini, ya, tolong!" sarkas Fiona.
Tiba-tiba saja ada yang menarik salah satu kursi kosong di dekat Alvin. Tatapan mata mereka semua langsung beralih pada seseorang yang kini langsung duduk di dekat Alvin. Fiona saling tatap dan mengernyit bersamaan. Nasha membulatkan matanya menatap Alvin.
"Lo yang undang dia, Vin?" tanya Nasha tanpa suara dan dijawab gelengan cepat.
"Sorry, tapi gue boleh gabung, kan?" tanya Liana memulai, ia lalu menoleh pada Angel yang belum mendapatkan kursi, "Lo duduk di deket Nasha tuh, Ngel."
"Tapi gak ada yang undang lo kesini, Li," ucap Fiona berusaha menahan kesalnya.
Liana mengangguk, "Gue tau. Tapi gue juga dari angkatan kalian. Gue juga mau lanjut di kepengurusan. Bukannya udah seharusnya kita berjuang bareng-bareng?"
Alvin mengangguk setuju, "Bener, banget! Fi, kalau lo gak suka Liana ada disini, lo aja yang pergi, gih!" ucap Alvin sambil terkekeh.
Nasha membulatkan matanya, "Kalau Fiona pergi, gue pergi juga, ya, Vin!" ucapnya sambil bangkit dari duduknya.
Alvin melambaikan kedua tangannya dan menggeleng cepat, "Gue bercanda, Sha," ucapnya sambil memaksa Nasha untuk duduk kembali.
Nasha pun menurut. Ia memilih diam sambil menatap Alvin tajam. Yang ditatap hanya tersenyum polos, lalu memalingkan wajahnya menatap Liana. Lebih baik menatap Liana, ketimbang mendapat tatapan tajam dari Nasha.
"Jadi, kalian udah diskusi sampai mana?" tanya Liana memulai.
"Kita bingung di jabatan. Kita semua pingin nantinya semua pegang jabatan, tapi kita gak bisa bagi-baginya," jawab Calista membuka suara.
Liana mengangguk paham. Ia kemudian membuka buku catatan OSIS-nya, membuat semua orang yang ada disana menatapnya kebingungan.
"Yang mau jadi ketua, siapa?" tanyanya dan Alvin langsung mengangkat salah satu tangannya, "Udah ada pasangannya?" Alvin menggeleng sebagai jawaban.
"Gak 'pa-pa. Yang penting dari kita udah ada yang pegang jabatan ketua. Terus, yang mau jadi sekretaris, siapa?" tanyanya lagi.
Calista mengangkat salah satu tangannya. Ia lalu menoleh pada Nasha yang kini masih diam karena Nasha bingung dengan kemampuannya sendiri. Apakah ia bisa memegang tanggung jawab sebagai sekretaris OSIS?
"Kok, lo gak angkat tangan lo, Sha?" tanya Alvin kebingungan. Ia takut Nasha kembali merubah pikirannya.
Liana mengernyit, "Lo juga mau jadi sekretaris, Sha?"
KAMU SEDANG MEMBACA
VACILANTE
Teen FictionKatanya, menjadi pengurus OSIS akan selalu dituntut untuk menjadi sempurna. Bersikap tegas, bisa membagi waktu dengan baik, dan berpikir dengan cepat. Namun, Nasha-seseorang yang tidak mempunyai satupun sifat diatas-mampu membuktikan bahwa dirinya b...