06 - Properti

14 5 7
                                    

Waktu istirahat rapat telah selesai. Liana telah menyelesaikan keinginannya untuk membuat susunan kepanitiaan, dan semua orang telah duduk di tempatnya semula untuk mendengar hasil pemikiran Liana.

Alvin kini duduk di kursinya dengan kacamata yang bertengger di hidungnya. Matanya fokus bergerak ke kanan dan kiri, membaca hasil pemikiran Liana. Dalam hati, Alvin takjub pada Liana yang bisa menyusun kepanitiaan dengan cepat. Hanya sepuluh menit, namun bisa tersusun dengan baik.

"Oke," ucap Alvin memulai. Ia kemudian meletakkan kertas berisi rencana susunan kepanitiaan di atas meja dan menatap Liana  lalu tersenyum manis, "Sebelumnya makasih buat Liana yang udah mau menyusun kepanitiaan, dan mohon maaf jikalau nantinya ada beberapa susunan yang tidak terpakai. Karena kita juga perlu menyesuaikan dengan karakter dan kemauan orang tersebut." Liana mengangguk paham.

Alvin beralih pada teman-temannya yang ada di hadapannya, "Dan karena angkatan kita sedikit, akan ada beberapa orang yang nantinya akan menjabat dua posisi sekaligus. Tapi tenang, kalau ada yang terlalu berat, kita harus saling bantu. Kalau perlu, nanti gue bicara sama angkatannya Rival."

"Gue akan sebutkan dulu semuanya, jika sudah selesai dan ada yang keberatan, silahkan acungkan tangan dan beri alasan mengapa keberatan."

Alvin kembali mengambil kertas yang tadi sempat ia simpan. Ia membenarkan kacamatanya dan berdeham sebelum memulai,

"Devian Alvin Ervano sebagai ketua pelaksana, Arumi Nasha Andhara sebagai ketua divisi acara. Gue dan Nasha akan merangkap sebagai komisi disiplin atau komdis. Liana Nayra Natalie sebagai sekretaris sekaligus koordinator permainan memecahkan balon, Agatha Fiona Lansonia sebagai bendahara sekaligus koordinator permainan makan kerupuk, Aulia Calista Jasmine sebagai koordinator permainan tarik tambang, Angelina Daisy sebagai koordinator perlombaan make-up dan modelling. Re-" ucapnya terpotong.

Alvin melirik handphone-nya yang berada tak jauh dari kertas yang sedang ia pegang. Beruntung handphone-nya dalam mode getar, jadi semua orang tidak terkejut karena nada dering yang tiba-tiba.

Alvin melepas kacamatanya dan menyimpannya di atas meja, "Sebentar, gue angkat telepon dulu. Dari Rival."

Semuanya mengangguk mempersilahkan. Liana hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum saat Alvin bangkit dari duduknya.

"Lo kenapa, Li?" tanya Angel—teman Liana.

Liana menoleh. Ia sadar senyum yang terukir di bibirnya terlalu lebar hingga membuat temannya sadar.

Liana menggelengkan kepalanya, "Lucu aja, jelas-jelas kak Rival tuh senior kita, Alvin malah dengan gamblang manggil nama kak Rival hanya dengan nama."

Angel mengangguk paham, "Gue juga ngakak sih dengernya. Apalagi kemarin waktu presentasi, dia hampir keceplosan manggil Rival tanpa 'kak'."

Liana mengangguk setuju. Beberapa menit kemudian Alvin kembali duduk dan segera memakai kacamatanya untuk melanjutkan apa yang tadi sempat tertunda. Nasha yang duduk di samping Alvin bingung, mengapa Alvin tidak memberitau apa yang dikatakan Rival di telepon.

"Tadi kak Rival bilang apa, Vin?" bisik Nasha.

Alvin menoleh dan tersenyum. Ia lalu mendekatkan dirinya pada Nasha. Nasha sudah bersiap mendengarkan. Ia juga bahkan ikut mendekatkan dirinya pada Alvin. Takut, bisikan Alvin tidak akan terdengar.

"Kepo, lo!" balas Alvin sambil terkekeh.

Nasha langsung menjauhkan tubuhnya dari Alvin dan menatap tajam ke arah Alvin yang kini malah tertawa pelan. Ia ingin sekali memukul Alvin sekarang juga, namun ia ingat sekarang sedang rapat. Apa kata orang tentang dirinya nanti?

VACILANTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang