13 - Test Fisik

16 5 5
                                    

Nasha, Fiona, dan Callista langsung berlari keluar kelas tepat setelah Bu Lina—guru Kimia—keluar dari kelas. Tak lupa, mereka membawa seperangkat pakaian olahraga. Baju sekaligus celana olahraga, dan juga sepatu khusus olahraga.

Rival beserta inti OSIS yang lain memutuskan untuk mengikuti penyeleksian perguruan tinggi kedinasan untuk penyeleksian OSIS tahun ini. Dan dengan begitu, akan ada beberapa rangkaian seleksi, seperti seleksi administrasi, Tes Fisik, Tes Wawancara, dan tes terakhir mengikuti kebiasaan dari tahun ke tahun. Camping.

"Fio, cepetan! Yang lain udah pada ngumpul, tuh!" titah Calista.

Nasha kini sedang sibuk menguncir rambutnya. Nafasnya memburu membuat tangannya tidak fokus hingga ia harus mengulang kuncirannya berulang kali. Tetapi akhirnya, ia tidak peduli apakah kuncirannya itu rapi atau tidak.

"Yang merasa mengikuti seleksi OSIS silahkan langsung berbaris di lapang utama!" kata salah satu inti OSIS.

"DIPERCEPAT!"

Nasha, Fiona, dan Calista menyimpan seragamnya asal. Setelah menyimpan seragamnya di kelas, mereka langsung berlari dengan cepat menuju lapang utama. Tak disangka, sudah banyak sekali yang berbaris di sana.

"Yang baru datang sebutkan nama beserta kelas," titah Tasya yang berdiri di hadapan para calon pengurus OSIS baru.

"Arumi Nasha Andara, dari kelas 11 IPA 3."

"Agatha Fiona Lansonia, dari kelas 11 IPA 3."

"Aulia Calista Jasmine, dari kelas 11 IPA 3."

Tasya menyunggingkan senyumnya. Liana yang melihat itu hanya bergidik ngeri. Ia tau, sebentar lagi akan ada hal mengerikan yang akan keluar dari mulut Tasya. Ia lalu menoleh pada Nasha yang kini masih kebingungan mencari barisan kosong.

"Nasha, sini!" panggilnya sambil berbisik. Nasha dan teman-temannya buru-buru berbaris di belakang Liana. "Lo darimana aja? Kenapa malah telat? Gue 'kan udah bilang buat gak telat!"

"Yang merasa telat, baris paling depan. Jangan sembunyi di belakang!" kata Clara—wakil sekretaris OSIS.

Nasha paham dengan apa yang dibicarakan Clara. Ia langsung menoleh pada Fiona dan Calista yang berbaris di belakang, "Lo maju duluan," ucap Fiona tanpa suara.

Nasha ragu, namun ia memilih untuk berani. Ia melangkahkan kakinya, dan meminta Angel yang semula baris paling depan untuk mundur. Fiona dan Calista pun mengikuti, dan langsung merapikan dengan barisan di sampingnya. Tasya kini tersenyum sinis. Ia lalu mendekat ke arah Nasha yang sedang tertunduk takut.

"Kenapa telat?" tanyanya.

Nasha mengangkat wajahnya perlahan, "Tadi Bu Lina terlambat keluarnya."

Mendengar alasan Nasha, Clara yang semula berada di tengah-tengah barisan mendekat pada Tasya yang masih tersenyum sinis.

"Jadi lo nyalahin guru? Selama gue di OSIS gue baru tau ada murid yang nyalahin guru."

Nasha menoleh ke sampingnya karena bingung harus berbicara apa lagi. Ia terkejut mendapati Alvin yang sedang menahan tawanya karena gemas sendiri melihat Nasha yang sedang kebingungan.

"Bukan nyalahin, Kak."

"Terus? Bukannya tadi lo yang bilang kalau lo terlambat gara-gara Bu Lina? Kalau bukan nyalahin, terus namanya apa?" balas Tasya, nada suaranya mulai naik karena kesal.

"Tadi 'kan kakak nanya. Ya, aku jawab faktanya. Nanti kalau bohong, salah lagi," jawab Nasha.

"Jadi lo nyalahin gue sekarang?" balas Tasya tidak terima.

VACILANTE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang