Hari ini hari minggu. Seharusnya ini menjadi hari bermalas-malasan. Tidur sampai siang, tidak mandi, nonton TV sambil ngemil, dan hal-hal lain yang membuat ngiler jika dibayangkan. Tetapi, untuk minggu ini sepertinya Nasha akan benar-benar menjadi pengurus OSIS. "Tidak ada libur di hari libur."
Hari ini Nasha harus bangun pagi untuk berdiskusi bersama teman-temannya untuk keberlanjutan acara 17-an. Sejujurnya, Nasha bukan tipe orang yang suka dengan kumpul-kumpul. Apalagi, membahas hal-hal berat seperti ini. Namun, ia selalu teringat ambisinya untuk berubah menjadi lebih baik lagi. Maka dari itu, minggu ini ia berkorban tidak malas-malasan di rumah.
Selesai sarapan, ia langsung memakai sepatunya. Hoodie warna pink-nya terbalut ditubuhnya dipadukan dengan jeans hitam kesukaannya. Sepatu kets putihnya langsung ia pakai, dan tak lama ia melangkahkan kakinya keluar dari rumah setelah berpamitan.
Namun, ia dikejutkan oleh seseorang yang sedang diam di atas motor sambil memainkan handphone-nya. Nasha masih diam, ia tidak ingin menghampiri seseorang itu. Takut jika ia menghampirinya, ia mungkin akan diculik.
Seseorang itu menoleh dan melambaikan tangannya. Wajahnya yang masih tertutup helm membuat Nasha mengernyit, tidak tau apa yang harus ia lakukan. Seseorang itu menaikkan kaca helmnya dan menatap bingung pada Nasha yang kini malah mengernyit.
"Lo kenapa natap gue kayak gitu, Sha?" tanya Alvin—seseorang yang tadi duduk di atas motor.
Nasha menghela nafasnya lega. Ia lalu menghampiri Alvin yang masih setia duduk di atas motornya sambil tersenyum.
"Lo ngapain disini?"
"Jemput lo, apa lagi?"
Nasha tertawa pelan, "Cie...."
Alvin memutar bola matanya malas.
"Vin, gue perhatiin lo makin kesini makin seenaknya, ya?" sindir Nasha.
Alvin yang tidak mengerti hanya mengeryit. "Mentang-mentang lo tau rumah gue, seenaknya banget lo bulak-balik."
Alvin hanya nyengir kuda mendengar penuturan Nasha, "Ya, gak 'pa-pa, dong! Lo, kan, jomblo. Kaga bakal ada yang marah."
Raut wajah Nasha yang semula senyum-senyum kini berubah menjadi cemberut. Kesal karena Alvin tiba-tiba saja membicarakan status. Padahal meskipun jomblo, jika ada yang sembarangan datang ke rumahnya, akan ada seseorang yang marah. Yakni, ayahnya.
"Lo itu sekarang ketua divisi acara. Kaga lucu kan kalau lo dateng paling akhir?" ucap Alvin membuat Nasha mengangguk setuju.
"Oke, deh. Gue naik ya, Vin. Pegangin motor lo, gue berat!"
"Gue udah tau lo berat, gak usah ngomong lagi."
Nasha yang kesal dengan perkataan Alvin memukul kepala belakang Alvin yang masih tertutup helm, membuat Alvin terkekeh karena sukses membuat Nasha kesal. Sudah dikatakan waktu itu, Alvin sangat suka melihat wajah Nasha yang kesal.
"Jangan dipukul dong, Sha! Kalau gue gegar otak gimana?"
"Gak usah lebay, Vin! Lo mau gue bikin gegar otak beneran?"
Alvin tertawa, ia lalu menyalakan mesin motornya untuk segera pergi. Bisa-bisa usaha Alvin untuk membuat Nasha tidak datang terlambat lagi sia-sia karena keasyikan mengobrol. Alvin mulai menggas motornya sebelum ia benar-benar melajukan motornya.
Alvin yang tiba-tiba menjalankan motornya itu membuat Nasha terkejut dan tanpa sengaja menarik hoodie yang dikenakan Alvin. Alvin merasa tercekik, dan dengan otomatis ia langsung menghentikan kembali motornya.
"Nasha!" kesalnya sambil menoleh ke arah belakang, tempat Nasha berada.
Yang dipanggil hanya senyum pura-pura tidak tau apa-apa, "Ya, Alvin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
VACILANTE
Teen FictionKatanya, menjadi pengurus OSIS akan selalu dituntut untuk menjadi sempurna. Bersikap tegas, bisa membagi waktu dengan baik, dan berpikir dengan cepat. Namun, Nasha-seseorang yang tidak mempunyai satupun sifat diatas-mampu membuktikan bahwa dirinya b...