Rangkaian upacara bendera hari senin telah selesai dilaksanakan. Kini, hanya tinggal satu acara yang masih menunggu, pelantikan pengurus baru. Semua siswa masih berada di tempatnya semula, sembari berbaris rapi. Namun dengan begitu bukan berarti tidak ada siswa yang tidak melanggar. Beberapa siswa yang sulit diatur langsung berlari ke kantin, atau langsung masuk ke dalam kelasnya.
Hari ini spesial. Tidak ada penjagaan barisan oleh OSIS dan MPK. Karena hari ini mereka sedang sibuk menyiapkan hatinya. Beberapa dari mereka ada yang menyiapkan hatinya untuk tidak lagi sibuk dengan urusan organisasi. Dan beberapa yang lain menyiapkan hati, fisik, dan mental untuk mengemban jabatan yang cukup berat.
Nasha melirik ke sebelah kiri, tempat dimana Alvin berdiri. Ia lalu menolehkan sedikit kepalanya ke kanan, memandang Liana yang berdiri dengan wibawanya. Di samping kanannya ada Calista yang berdiri dengan wajah gugup. Ia menghela nafasnya, mencoba untuk tetap tenang.
Ia menatap ke arah depan, tempat para pengurus OSIS dan MPK terdahulu berbaris. Dapat ia lihat, Rival berdiri dengan bendera OSIS di tangannya. Di sampingnya terdapat Galih yang terlihat gagah, namun matanya terlihat sendu. Begitupula dengan Arya. Meski terlihat masih sangat berwibawa, tatapannya sangat sendu. Seperti, tidak rela harus melepaskan jabatannya.
"Pasukan! Siap gerak!" komando Rangga, dan diikuti semua pengurus baru.
"Luruskan!"
Barisan paling depan dan sebelah kanan mulai meluruskan barisan dan diikuti barisan yang lainnya. Sambil merapikan barisan, tidak sedikit dari pengurus baru yang menghela nafasnya. Sebentar lagi, mereka akan melangkahkan kakinya untuk maju ke tengah lapang.
"Lurus!" ucap penjuru barisan sedikit berteriak.
Rangga menghela nafasnya sembari menatap penuh keyakinan pada Arya yang berada sangat jauh dari pandangannya, "Langkah tegap maju, jalan!"
Mereka mulai melangkahkan kakinya, senada dengan tangannya. Beberapa dari mereka kesulitan untuk menyesuaikan langkahnya agar sama dengan yang lainnya. Tetapi, masalah kecil tersebut bisa diatasi dengan mudah karena mereka tidak mau menanggung malu. Mereka sedang dilihat seluruh siswa, apa yang akan para siswa pikirkan jika baris-berbaris saja mereka tidak bisa?
Bersamaan dengan itu, pasukan yang dipimpin oleh Arya pun melakukan hal yang sama. Kini, mereka berjalan saling mendekat. Satu pasukan merasa bersemangat karena sebentar lagi mereka resmi menjadi pengurus OSIS dan MPK yang baru. Dan satu pasukan lagi mereka bersedih karena harus memberikan jabatan yang selama satu tahun ini mereka pegang.
"Jalan di tempat, gerak!" komando Rangga bersamaan dengan Arya.
Semua pasukan mengangkat kakinya sembilan puluh derajat secara bergantian. Beberapa detik setelahnya, Arya dan Rangga memerintahkan untuk berhenti dan menghadap ke arah depan lapangan utama. Dapat mereka lihat kepala sekolah sedang berdiri sembari tersenyum bangga.
Rangga, Sherina, Devan, Amanda, dan Alvin melangkahkan kakinya untuk maju sebagai perwakilan. Begitupula dengan Arya, Adrina, Rival, dan Galih. Arya yang membawa bendera MPK, Adrina membawa bendera merah putih, Rival membawa bendera OSIS, dan Galih membawa surat berita acara pelantikan. Dan semua barang itu akan diserahkan pada penerusnya.
Kepala sekolah menepuk-nepuk mic dengan jarinya sebelum berbicara. Lantas ia menoleh pada Arya dan Rival secara bergantian, "Sebelum acara pelantikan dimulai, saya ingin mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada pengurus OSIS dan MPK sebelumnya. Waktu satu tahun ke belakang sangat berarti untuk saya. Baru kali ini, saya mendapatkan ketua MPK dan ketua OSIS yang memenuhi standar saya. Dan saya harap ketua MPK dan OSIS selanjutnya bisa mengikuti jejak kakak-kakaknya."
"Saya ingin berpesan pada pengurus baru OSIS dan MPK. Tolong, jaga amanah ini dengan baik. Sebentar lagi kalian akan disumpah. Tolong jaga sumpah itu sampai habis masa bakti kalian, sampai kalian harus menyerahkan jabatan itu pada penerus kalian nanti. Jangan permainkan sumpah itu, dan buktikan bahwa kakak-kakak kalian tidak salah memilih kalian sebagai penerus mereka."
Pak Riza—kepala sekolah— menghela nafasnya setelah berbicara. Meskipun ia hanya menyaksikan pelantikan, rasanya sangat berat. Ia harus melepas Arya dan Rival untuk lebih fokus pada belajarnya, dan beradaptasi kembali dengan ketua OSIS dan MPK yang baru. Ia lalu mengambil map berisi kertas yang bertuliskan sumpah jabatan.
"Sebelum anda sekalian saya lantik sebagai pengurus OSIS dan MPK selanjutnya, perkenankan saya mengajukan beberapa pertanyaan yang harus kalian jawab secara serempak."
"Bersediakah kalian menjadi pengurus OSIS dan MPK selanjutnya?"
"Siap, bersedia!"
"Bersediakah kalian menjadi teladan di SMA Genmi Bandung?"
"Siap, bersedia!"
"Bersediakah kalian menjunjung tinggi nama baik diri, keluarga, dan sekolah kalian?"
"Siap, bersedia!"
Nasha menghela nafasnya. Ia benar-benar sangat gugup. Begitu juga teman-temannya. Bisa ia lihat Pak Riza tersenyum senang karena mendapati kekompakan dari pengurus baru yang akan ia lantik.
"Terima kasih. Sekarang tolong kalian pegang pundak teman di samping kalian. Untuk ketua OSIS silahkan pegang ujung bendera OSIS, untuk ketua MPK silahkan pegang ujung bendera MPK, dan para wakil ketua silahkan pegang ujung bendera merah putih. Lalu ikuti perkataan saya."
"Kami pengurus OSIS dan MPK dengan sungguh-sungguh berjanji,"
"Akan menjalankan kewajiban terhadap Tuhan Yang Maha Esa."
"Menjunjung tinggi nama almamater SMA Genmi Bandung."
"Rela meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga untuk kepentingan OSIS dan MPK."
"Akan mengemban amanah ini sampai habis masa jabatan."
Pak Riza menutup map setelah selesai membacakan sumpah yang diucap ulang oleh seluruh pengurus baru. Seluruh siswa pun bertepuk tangan dengan meriah. Mereka senang, karena dengan adanya pergantian jabatan ini, akan ada gebrakan baru yang akan memajukan sekolah. Tetapi, ada pula yang bersemangat untuk hal-hal buruk, seperti melakukan kudeta.
"Silahkan lepaskan ujung benderanya," titah Pak Riza. Beberapa detik setelahnya ia turun dari podium dan menuju meja tempat penandatanganan berita acara.
Selesai dengan penandatangan, Bu Lili—pembina OSIS—naik ke atas podium dengan map berbeda di tangannya.
"Saya akan mengumumkan susunan jabatan MPK OSIS yang baru. Rangga Alvaro sebagai ketua MPK. Sherina Pamela Renata sebagai wakil ketua MPK, Aulia Calista Jasmine sebagai sekretaris MPK, Regina Cika Venata sebagai bendahara MPK."
Mendengar pengumuman itu, semua pengurus baru saling menoleh kebingungan. Pasalnya, di acara serah terima jabatan OSIS yang menjabat sebagai bendahara MPK bukan Regina, melainkan Fania. Lalu mengapa ada kesalahan yang fatal seperti itu? Jika kesalahan pengetikan bukankah terlalu fatal? Pengumuman ini akan membuat semua siswa percaya bahwa bendahara MPK bukan Fania, melainkan Regina.
"Bukannya Fania?" bisik Nasha pada Liana yang berdiri di depannya.
"Fania ada masalah sama orang tuanya kemarin. Makanya langsung ada pergantian posisi."
"Devan Julian Adhitama sebagai ketua umum OSIS, Amanda Haura Gabriela sebagai ketua satu, Devian Alvin Ervano sebagai ketua dua, Liana Nayra Natalie sebagai sekretaris umum, Arumi Nasha Andara sebagai wakil sekretaris, Agatha Fiona Lansonia sebagai bendahara umum, dan Angellina Daisy sebagai wakil bendahara."
Liana sedikit menyondongkan tubuhnya ke belakang. Nasha yang peka akan hal itu, ikut menyondongkan tubuhnya ke arah depan, "Perasaan gue gak enak, Sha."
Nasha menoleh kebingungan, "Kenapa?"
"Di awal masa jabatan kita udah ada masalah kaya gini. Semoga aja deh gak ada masalah yang lebih berat."
Nasha menggeleng pelan, "Engga akan ada masalah."
"Gue yakin, masalah ini timbul untuk menyambut kesuksesan angkatan kita."
To be Continued
KAMU SEDANG MEMBACA
VACILANTE
Teen FictionKatanya, menjadi pengurus OSIS akan selalu dituntut untuk menjadi sempurna. Bersikap tegas, bisa membagi waktu dengan baik, dan berpikir dengan cepat. Namun, Nasha-seseorang yang tidak mempunyai satupun sifat diatas-mampu membuktikan bahwa dirinya b...