Langit kini masih gelap, matahari belum mau menampakkan wajahnya untuk menyinari bumi. Suhu udara terasa sangat dingin hingga membuat semua orang ingin lebih lama untuk berada di bawah selimut. Waktu masih menunjukkan pukul 05.00, tapi Nasha dan semua teman-temannya sudah berada di lingkungan sekolah.
Nasha kini diam sambil bersandar di tiang bendera, di tengah lapang utama. Tangannya memeluk papandada dengan kertas berisikan susunan acara. Ia memperhatikan langit, masih terdapat beberapa bintang disana. Bibirnya pun mengulas sebuah senyuman.
Ia tidak menyangka bahwa ia bisa berada di sini hari ini, dan memiliki sebuah posisi penting. Ia juga tidak menyangka ia bisa berada disini tanpa terlambat sedikitpun.
"Sha," panggil Alvin. Nasha menoleh mendapati Alvin yang sedang berlari ke arahnya. Rambutnya yang sedikit gondrong itu bergerak kesana kemari membuat Nasha gemas sendiri.
Nasha kini berdiri lebih tegak menunggu Alvin datang menghampirinya, "Kenapa, Vin?"
Alvin memperhatikan sekeliling. Suasana sekolah sangat sepi karena seluruh pengurus berada di ruang OSIS. "Lo gak takut sendirian disini? Bukannya lo yang bilang ada cerita serem disini, ya?"
Nasha terkekeh pelan, "Bukannya lo yang bilang itu mitos, ya?"
Alvin menatapnya datar. Tatapan Nasha seakan mengejeknya. Alvin tidak takut, kok. Cuma sedikit merinding saja.
"Rival nyuruh gue manggil lo karena kita mau breafing. Gue telpon daritadi malah gak di angkat."
Nasha merogoh saku roknya dan mengambil handphone-nya. Ia langsung memeriksa, dan mendapati 15 panggilan tidak terjawab dari Alvin. "Sorry, Vin. Gue silent," jawabnya sambil terkekeh.
"Iya, gak 'pa-pa. Ayo!" ajak Alvin sambil menarik lengan Nasha.
Nasha kini berada di ruang OSIS, dan duduk di dekat Alvin. Namun, di hadapannya ada tatapan penuh arti dari Galih. Hanya dapat Nasha pastikan bahwa tatapan itu bukan tatapan tidak suka. Sepertinya, Galih memang berniat berbaikan dengan Nasha. Nasha yang ditatap 'pun hanya tersenyum kikuk dan berusaha memalingkan pandangannya pada Rival yang kini sedang duduk memimpin rapat.
"Persiapan semuanya gimana, Vin? Lancar?" tanya Rival memulai.
Alvin mengangguk mantap. Ia lalu menoleh pada Nasha, "Susunan acara, bagan perlombaan udah lo kasih ke Liana buat di print, kan?"
Nasha mengangguk, "Udah, Vin."
Alvin lalu beralih pada Liana yang duduk tak jauh dari Nasha, "Udah lo print, Li?"
Liana mengangguk dan mengacungkan beberapa lembar kertas, "Tinggal ditempel di mading, Vin."
Alvin mengangguk paham. Tatapannya beralih kembali pada Rival yang ikut memperhatikan apa yang dilakukan Alvin tadi, "Kemarin gue udah cek semua, dan apa-apa yang dibutuhkan di setiap perlombaannya udah selesai. Yang terakhir, tinggal merapikan mading, dan menempelkan bagan perlombaan."
Rival mengangguk, "Oke, kerja bagus untuk kalian semua. Inget, ya, kalian menyusun semuanya dari awal itu sendirian, jadi ini bukan program kerja kita, melainkan kalian kelas 11 sebelum penyeleksian OSIS baru. Ini merupakan titik awal kalian sebelum kami melepas jabatan dan memberikan jabatan ini kepada kalian. Jadi, saya harap semuanya bekerja dengan keras hari ini. Berikan totalitas kalian hari ini. Jika ada yang mau menjadi pengurus inti nantinya, buktikan dari sekarang bahwa kalian memang layak mendapatkan jabatan ini. Paham?"
"Siap, paham!" balas mereka dengan kompak.
Rival tersenyum senang melihat para adik-adik penerusnya sangat bersemangat hari ini, "Sekretaris acaranya siapa, Vin?" tanyanya pada Alvin yang kini memperhatikan Nasha sambil senyum-senyum sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
VACILANTE
Teen FictionKatanya, menjadi pengurus OSIS akan selalu dituntut untuk menjadi sempurna. Bersikap tegas, bisa membagi waktu dengan baik, dan berpikir dengan cepat. Namun, Nasha-seseorang yang tidak mempunyai satupun sifat diatas-mampu membuktikan bahwa dirinya b...