🌱Bab. 21 - Dora Mati part. 3🌱

83 28 196
                                    

Walopun bukan tengah malam, tapi bolehlah ya aku up Rendra sekarang😁😁 mumpung otak lagi kinclong

Walopun bukan tengah malam, tapi bolehlah ya aku up Rendra sekarang😁😁 mumpung otak lagi kinclong

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱🌱

"Kabhi khushi kabhie gham ... na jooda honge hum ... kabhi khushi kabhie gham ...."

Bel di rumah pak RW berbunyi.

PANG PANG BRUAKKKK GUBRAKKSSSS ....!!!!

"Mami, dengerin Papi dulu!" terdengar sayu-sayup suara jeleknya pak RW yang sedang teriak dan suaranya tambah jelek lima kali lipat.

"Pokoknya Mami minta cerai! CERAI! Pulangkan saja aku pada orangtuaku, Papi! Pulangkan!" suara bu RW terdengar dramatis.

Keempat anak muda yang sekarang ini ada di depan pintu itu, bukannya mendapat balasan salam dari dalam rumah malah mendengarkan pertengkaran hebat si empunya rumah, dan sepertinya di dalam sedang heboh kalau didengar dari suaranya.

"Eh, kayaknya pak RW sama bu RW lagi ribut, deh?" Rendra yang kepo banget itu menempelkan telinganya ke pintu untuk mendengarkan pertengkaran lebih jelas lagi. "Lagi ngeributin apaan ya, mereka? Gue jadi kepo, nih?"

Ray memukul pantat Rendra.

"Adoooowww!" jerit Rendra histeris. "Siapa nih yang pukul bokong semok gue?"

"Gue." Ray dengan muka seramnya mengacungkan tangannya, bukannya mau menjawab pertanyaan tapi mau siap-siap untuk menoyor kepala Rendra. "Lo ngapain nguping-nguping kayak gitu? Lupa tujuan kita dateng ke sini?"

"Buat nyolong panci impornya bu RW kan?" Rendra lagi-lagi menjawab ngasal.

Muka Ray langsung semringah, dia seperti baru saja mendapatkan ilham. "Yang bener lo, Ren? Emangnya bu RW punya panci impor juga? Dari negara mana? Korea? Amerika? Atau dari Belanda?"

PLETAK!!!

Giliran Ray yang mendapatkan jitakan maut di kepalanya. "Siapa yang berani mukul kepala berharga gue?" semprot Ray yang langsung masang muka seram seseram mukanya author pas bangun tidur.

"Lo ke sini mau laporan soal KDRTnya si Dora apa mau nyolong panci sih, Kak?" tanya Davin kesal, yang sekarang ini entah dapat dari mana secangkir Kopi Susu Beli 2 Gratis 1-nya berada di tangannya.

Ray nyengir saja. "Hehehehe ... sorry, Vin. Lo kayak nggak tahu aja gimana gue kalo lagi ngomongin soal peralatan dapur. Apalagi impor. Bagus-bagus banget, Vin. Bahannya kinclong terus kalo mau masak aer kagak perlu pake api atau listrik, cukup dielus-elus aja udah mendidih aernya."

"Gue nggak mau tahu soal panci lo. Sekarang buruan pencet belnya lagi. Udah malem nih, kita harus cepet-cepet lapor terus pulang," kata Davin.

Monica yang kebagian tugas memencet bel kali ini.

Dunia Rendra (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang