Hahh
Lama-lama gue capek deh. Maket nggak kelar-kelar, Kenzo yang lagi rewel banget, dan Mas Yunho sibuk banget sampe pernah nggak pulang ke apart.
Dan yang paling bikin badmood lagi nih, baru aja tadi siang. Gue baru selesai bikin maket rumah-rumahan kecil gitu. Pinternya gue, gue belum nyimpen itu maket. Alhasil, Kenzo yang lagi main di ruang tamu pas gue tinggal bikin susu di dapur, dibuat mainan sama dia Ya Allahh. Gue mau marah, tapi gue tahan. Inget, Kenzo masih kecil, dia nggak tau apa-apa. Salah gue sendiri.
Tapi ya gimana gitu. Rasanya gue pengen makan itu bayi kecil kalo nggak inget dia anak gue sendiri. Tapi gue masih bersyukur, bukan maket yang besar yang rusak. Jadi ya ya yaaaaaaaaa y gitu ah. Tau ah.
Sekarang jam 10 malem, Kenzo udah gue tidurin. Gue menatap rumah-rumahan kecil yang udah peyok dan nggak lupa bekas air liur yang tertinggal di sana.
Setelah mengumpulkan niat, gue memutuskan bikin lagi. Gue cek lagi, ya ada beberapa yang masih bagus jadi gue nggak begitu banyak bikin lagi.
Gue liat jam sudah menunjukkan pukul 2 pagi. Mas Yunho belum pulang juga. Daritadi Gue coba telepon, tapi nggak dijawab. Chat juga nggak dibales. Gue sebel plus khawatir. Nggak tau ah mood gue tambah turun. Pengen marah aja rasanya. Gue nyimpen kerjaan gue tadi di kamar tamu.
"Assalamu'alaikum"
Pas banget gue keluar dari kamar, Mas Yunho dateng.
"Wa'alaikumsalam. Aku telpon kok nggak diangkat?"
Mas Yunho diem.
"Kok diem?"
"Bentar, dek. Aku nyopot sepatu dulu. Sabar kenapa sih"
"Santai dong, Mas. Aku tanya baik-baik" bales gue sewot.
"Kok kamu malah marah sih?"
"Siapa yang marah? Aku cuma tanya. Tadi aku telepon nggak diangkat, chat nggak dibales. Kenapa? Nggak boleh khawatir?" Gue mulai emosi
"Aku sibuk"
"Sibuk? Sama cewek lain?"
"Sembarangan kalo ngomong. Aku ini baru pulang kerja. Aku capek. Sambut yang baik kek. Kamu kenapa sih?" Kata Mas Yunho dengan suara yang meninggi
"Yang capek kamu doang? Aku jagain Kenzo, aku bersihin rumah, ngerjain buat sidang aja belum selesai, mas. Kamu pikir yang capek kamu doang apa?!"
"Kalo nggak sanggup ngapain dikerjain?"
"Kok kamu gitu sih, mas" mata gue berkaca-kaca
"Udah ah. Aku pusing. Lagi nggak mau debat"
Mas Yunho ninggalin gue. Saat itu juga gue nangis. Gue masuk ke kamar tamu dan langsung gue kunci. Gue nangis sejadi-jadinya. Gue nggak pernah lihat Mas Yunho kayak gini. Dan entah kenapa gue juga ke bawa emosi.
Gue masih berharap Mas Yunho nyusul gue di sini, dan ternyata nggak. Nggak ada yang ngetok pintu kamar. Tambah nangis dong gue.
Fix sih ini gue tidur sendirian di kamar tamu.
🌼🌼🌼
Gue bangun dengan mata yang gede-gede kayak bakpia pathok.
"Ini jam berapa?" Gue cek handphone gue.
Gue melotot seketika.
Ini udah jam 11 siang woy. Gila kesiangan gue. Bukan kesiangan lagi, udah siang ini mah. Kenapa Mas Yunho nggak bangunin coba. Gue langsung lari keluar kamar buat liat si Kenzo.
Dan ternyata ada Mas Hyungwon sama Mbak Seulgi yang lagi main sama Kenzo. Lah kapan datengnya coba?
"Udah bangun?" Tanya Mas Hyungwon
"Kapan datengnya?"
"Tadi pagi. Mas udah bangunin, tapi kamu nggak bangun-bangun"
Gue cuma ngangguk dan duduk di sebelah Mbak Seulgi.
"Kamu belum makan kan? Udah aku siapin sarapan tadi di dapur. Sana makan dulu. Kenzo biar aku yang jagain" kata Mbak Seulgi.
"Iya, mbak. Makasih ya"
Gue jalan ke dapur. Udah ada sayur asem sama lauk lainnya di meja bar. Gue memutuskan buat makan.
Gue makan sambil ngelamun. Gue keinget tadi malem, pengen nangis lagi rasanya.
"Marahan ya?"
Mas Hyungwon membuyarkan lamunan gue. Gue agak kaget, kok Mas Hyungwon bisa tau.
"Tadi Mas ditelepon sama Yunho, buat nemenin kamu sama Kenzo. Kebetulan Mas sama mbakmu lagi libur. Katanya tadi malem kalian marah-marah. Ada apa?"
Gue menghela napas berat. Gue naruh sendok di piring, gue nggak mood makan tiba-tiba.
"Kayaknya aku deh yang salah"
"Kenapa?"
Gue ceritain tuh Mas Hyungwon kejadian semalem. Dan gue baru sadar, kemaren itu seharian full badmood gara-gara Kenzo ngerusakin kerjaan gue doang. Dan makin parah gara-gara ucapan Mas Yunho yang menurut gue kayak orang ngajak tengkar. Jadilah gue asal ngomong seenak jidat tanpa mikir dulu.
Mas Hyungwon yang dengerin itu cuma geleng-geleng kepala.
"Hahh. Kuwe iku wes ora cah cilik neh lho" (kamu itu udah nggak anak kecil lagi lho)
Oke. Kalo Mas Hyungwon udah ngomong gini, gue bakal diceramahin.
"Mas tau, kerjaan kamu emang sepenting itu. Tapi ini yang ngerusak anakmu, dan kamu badmood gara-gara itu doang? Salah siapa yang nggak nyimpen itu maket?"
"Aku"
"Nah itu tau. Kalo Yunho ngomong kayak gitu, berarti dia lagi bener-bener capek. Dia pengen pas pulang itu disambut baik sama istrinya. Bukannya ngajak tengkar. Ya walaupun Yunho ngomongnya kayak ngajak tukaran (bertengkar) gitu"
"Mas tau kamu lagi stres. Ngerjain ini itu sendiri. Mas minta tenangin diri kamu dulu. Masalah tugas buat sidang, diliburin dulu, toh masih lama juga kan sidangnya. Jangan terlalu ambis, bisa sakit badanmu"
"Minta maaf sama Yunho, langsung nanti kalo dia udah pulang. Dosa tau suami istri marahan. Sama Kenzo juga. Masa anak kecil di badmood-in. Habis itu, pergi refreshing sana. Kemana kek yang penting pikiran kamu bisa tenang"
Dari tadi air mata gue nggak mau berhenti. Iya. Semenjak gue ngerjain skripsi, gue sensitif banget. Gampang marah, gampang badmood, dan gampang nangis. Gue pernah diem-diem nangis tanpa sebab, dan Mas Yunho nggak tau itu. Dan itu keterusan sampe sekarang, padahal gue kalo ketemu tugas biasa aja.
"Iya, mas. Aku coba usahain biar nggak gampang sensi lagi"
"Dah. Jangan nangis. Habisin makanannya. Mubadzir"
🌻🌻🌻
Maap kurang greget ya?
Huhu akutu belom bisa bikin konflik yang sampe wah gitu, bingung asli
Ga tahan aku tu kalo ada marah-marahan sampe drama banget, walaupun suka baca cerita yang konfliknya sampe nahan sesak di dada. HeuheuBoleh minta sarannya dong gimana caranya bikin konflik. Hehehee
Tengkyuuu. Voment jan lupaa
KAMU SEDANG MEMBACA
• M A S • - Jeong Yunho ✔✔
Fanfiction[revisi tipis tipis] "dek" - Yunho "Iyaa mas" - Zeline "Ayo kita nikah" - bahasa non baku alias bahasa sehari-hari - terinspirasi dari kehaluan saya dan atiny sekalian:) - all of the picture by pinterest ©mei 2020