x | sin 45° . √2 . 3x = 51 ● Teror dua

4.1K 478 6
                                    

Twilight Sky

Jika berani berbuat seharusnya berani bertanggung jawab
Jangan jadi manusia pengecut yang takut
Mengakui kesalahannya sendiri

♡♡♡

Happy Reading

Suasana sangat hening. Hanya terdengar tapakan kaki orang orang yang berlalu lalang. Risa dan Fani kini duduk disebalah kanan kiri brangkar Aura. Menunggu Aura karena orang tua Aura sedang pulang sebentar. Di sofa ujung kamar juga ada Rama dan Arjuna.

Risa menatap wajah Aura dengan sangat intens. Wajahnya pucat , begitupun dengan bibirnya. Sedangkan Fani menggenggam tangan Aura yang kini terasa dingin.

Rama dan Arjuna sama sama merasakan sedih. Seharusnya mereka bisa seperti Fani dan Risa, mendampingi Aura yang sedang terbaring lemas yang membutuhkan support dari orang orang terdekatnya. Namun, Rama dan Arjuna tak ada disamping Akhza, tak bisa memberi semangat untuk Akhza, hanya berdoa yang mampu mereka lakukan.

"Assalamualaikum," ucap Sandra setelah membuka pintu.

"Waalaikumsalam," jawab mereka serempak.

"Tante ko cepet?" tanya Risa.

"Takut ngerepotin kalian."

"Yaelah tan, santai aja kali," sahut Arjuna.

"Oh ya, tante bawain makanan buat kalian. Kalian pasti belum makan kan? Pulang sekolah langsunh kesini, ganti seragam aja belum," ucap Sandra.

"True," jawab Rama.

"Yaudah gih kalian makan dulu, biar tante yang jaga Aura."

"Makasih tan atas makanannya," ucap Fani.

"Seharusnya tante yang bilang makasih karena kalian mau menjaga Aura."

"Sudah sepantasnya begini tan," jawab Risa .

"Yaudah kalian buruan makan."

Seusai makan, mereka tak langsung pulang. Mereka bukan SMP(setelah makan pulang). Mereka masih menemani Sandra menjaga Aura.

"Aura mungkin ketemu Akhza ya disana? Makanya ga bangun bangun," ucap Arjuna yang mendapatkan tatapan sinis dari Rama, Risa dan Fani.

"Ngaco!" ucap Rama.

"Atau mungkin Aura ketemu cogan di alam mimpinya?" tanya Arjuna yang semakin ngaco.

"Kalo ketemu cogan dimimpi gue juga mau!" jawab Risa ketus.

"Terus kenapa dong ga bangun bangun?" tanya Arjuna yang membuat mereka gregetan.

"Membunuh dosa ga?" tanya Rama.

"Dosa terus dipenjara," jawab Arjuna.

"Kalo membunuh ga dosa dan ga dipenjara, gue bunuh lo sekarang!"

"Ye sensi amat bang."

Sandra yang mendengar tanya jawab mereka hanya bisa geleng geleng kepala. Setidaknya suasana ruang rawat tidak hening karena adanya mereka.

"Kalian ga pulang?" tanya Sandra yang berniat mengehentikan aksi mereka.

"Tante ngusir?" tanya Arjuna.

"Tante tanya bukan ngusir," jawab Sandra.

"GOBLOK," jawab Risa sambil menoleh ke arah Arjuna.

"Sama pacar gabole gitu ingat dosa," ucap Arjuna sembari mengelus pipi Risa.

"Gue pacar lo! Bukan istri lo! Seterah gue mau apa," ucap Risa ngegas.

"Ngode minta di halalin? Sekarang? Abang siap neng," jawab Arjuna sambil menaik turunkan alisnya.

"EKHEM," Suara Rama sambil melirik sepasang kekasih itu.

"Kesedak linggis? Atau cangkul?" tanya Arjuna.

"Mata lo!"

Haduh mulai lagi, niatnya biar berhenti. Batin Sandra. "Pertanyaan tante jadi kacang nih?"

"Eh maaf tan," jawab Risa.

"Yaudah kita pamit pulang tan," ucap Fani.

"Hati hati."

Setelah kepulangan mereka, ruang rawat Aura kembali sepi. Datanglah Davin seorang, namun ia tak masuk. Seperti biasanya, Davin hanya melihat dari luar.

Hanya sebentar melihatnya, lalu pergi. Didalam mobil Davin sudah mempersiapkan sebuah kotak. Kotak itu berisi sebuah racun, darah, dan kertas yang bertulis NGAKU SENDIRI ATAU GUE YANG BONGKAR.

Davin langsung meluncur ke tempat tujuan, tak lain rumah dari sang pelaku. Ia sampai sebelum maghrib, namun ia menunggu sampai maghrib tiba, baru memberikan kotak itu.

Setelah maghrib tiba, Davin mulai beraksi.

"Mas boleh minta tolong?" tanya Davin pada seorang lelaki.

"Boleh," jawab lelaki itu.

"Berikan kotak ini ke pemilik rumah itu," ucap Davin sambil menunjuk rumah sang pelaku.

"Kenapa ga mas sendiri aja?"

"Udah deh mas, nih kotaknya dan ini uang buat mas."

"Baiklah," ucap lelaki itu lalu pergi.

"Eh eh mas tunggu," panggil Davin.

"Ada apa lagi?"

"Mas cuma tekan bel rumah itu aja terus letakkan kotak itu."

"Ga nemuin pemilik rumah?"

"Gausah."Lelaki itu pun menuruti perintah dari Davin.

Tingtong tingtong

Setelah menekan bel, lelaki itu langsung meletakkan kotak itu lalu pergi.

Tak lama dari itu, sang pemilik rumah keluar.

" Siapa yang bertamu maghrib maghrib?" tanya pemilik rumah tak lain sang pelaku.

"Kotak?" tanyanya ketika pandangannya jatuh pada sebuah kotak yang berada tepat di depan pintu rumahnya.

Ia pun ragu untuk mengambil kotak itu. Ia meyakinkan dirinya sendiri untuk mengambil kotak itu. Setelah diambil langsung Ia bawa ke kamarnya. Keadaan rumahnya sepi, hanya ada pembantu. Kedua orang tuanya masih bekerja dan biasanya pulang tengah malam.

Kotak itu Ia letakkan diatas kasur. Ia mulai takut untuk membukanya. Mengingat hal kemarin yang memecahkan kaca jendelanya. Ia berniat membuang saja kotak itu. Untuk apa Ia membukanya? Tidak ada nama pengirimnya juga.



















See you next part








TWILIGHT SKY (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang