Twilight Sky
Aku tak tau harus merasakan bahagia atau duka di waktu yang sama meski ditempat yang berbeda
♡♡♡
Happy Reading❤
Seisi ruang saling diam mematung, seakan tiada orang padahal ada empat orang didalamnya.
Rama masih dalam posisinya, duduk dilantai dengan punggung yang disandarkan ke dinding
Risa dan Arjuna masih berdiri mematung di dekat brangkar Tante Lita. Ketika Risa ingin duduk, tiba tiba handphone-nya bergetar.
"Halo ada apa, tan?" ucap Risa dengan handphone-nya yang Ia tempelkan pada telinganya.
Aura sudah sadar. ucap Sandra diseberang sana.
"Benarkah?"
Iya, buruan kesini Aura ingin ketemu.
"Baik tan."
Risa mematikan teleponnya. Ia ingin segera ke rumah sakit dimana Aura berada. Sungguh membingungkan bagi Risa. Harus bolak balik ke rumah sakit.
"Ayo kita ke Aura," Ajak Risa.
Ajakan dari Risa belum mendapat respon dari Rama ataupun Arjuna.
Dokter bername tag Setiawan tiba-tiba masuk ruangan.
"Maaf mengganggu," ucap dokter itu.
"Gapapa dok," jawab Lita.
"Saya hanya ingin bertanya, kapan pemakaman pasien bernama Fani dilakukan?" tanya dokter.
Pertanyaan yang tidak mendapat jawaban dari siapa pun terutama Lita, sang Mama. Arjuna mulai memegang pergelangan tangan Risa. Rama sudah bangkit dari duduknya.
"Sebaiknya pemakaman dilakukan secepatnya," ucap dokter itu lagi. Sontak Rama menjawabnya dengan emosi.
"FANI GA MUNGKIN MENINGGAL!" teriak Rama sambil mencengkram kerah seragam dokter itu.
"Rama tenang," ucap Arjuna lalu menarik Rama agar menjauh dari dokter itu.
"Lo gila? Dokter ini salah meriksa Fani! Ga mungkin Fani mati secepat ini!"
"Maaf, memang ini kenyataanya. Tentang penyebab kematian Fani bisa kalian tanyakan ke orang tua pasien," ucap dokter.
Risa sudah berlinang air mata. Kabar apa ini? Disatu sisi, Fani telah meninggal. Namun di sisi lain Aura telah sadar. Risa harus merasakan apa? Harusakah bahagia? Atau berduka?
Lita berusaha menahan air matanya, meskipun tetap saja air matanya menetes. Apakah ini waktunya untuk Ia kehilangan putri kesayangan satu satunya? Dengan penyebab yang tidak jelas.
"Ini takdir, kita harus menerimanya. Ini sudah waktunya untuk Fani pulang ke pangkuan Tuhan," ucap Arjuna dengan air mata yang telah menetes, lalu Ia memeluk Rama.
Ada rasa sakit bagi Arjuna dan Rama. Meskipun mereka bukan siapa siapa, hanya sekedar teman. Bagi Risa ini adalah berita buruk yang tidak mau Ia dengar.
"Tante, kalo boleh saya minta untuk pemakaman Fani nunggu Aura. Biarkan Aura menjadi saksi pemakaman Fani. Aura juga sahabat Fani. Aura berhak tau tentang ini," ucap Risa dengan tatap penuh harap.
"Baiklah," jawab Lita.
"Jadi kapan?" tanya dokter.
"Nanti sore," jawab Lita.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT SKY (END)
Fiksi RemajaFOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA AKAN DI PRIVATE Akhza Arkatama seorang cowo yang kini menduduki posisi sebagai ketua di tempat yang berbeda. Ia menjadi ketua osis dan ketua geng motor. Dirinya yang dijuluki sebagai cowok tanpa ekspres...