Waktu terus berjalan.Aura masih terhanyut dalam lamunan memikirkan Fani. Hingga Risa yang membuyarkan lamunan itu.
"Ayo berangkat sekarang," ucap Risa.
"Ayo," jawab Aura dengan senyuman tipis yang terukir dibibirnya.
"Lo yakin mau liat?" tanya Arjuna sambil menatap Aura.
"Kenapa tidak?" Aura bertanya balik.
"Kan Fani udah jahat sama lo," ucap Arjuna yang mendapat gelengan kepala dari Aura.
"Dia tidak jahat. Dia baik. Hanya saja dia khilaf. Bukannya semua manusia pasti pernah khilaf ataupun melakukan kesalahan? Karena pada dasarnya manusia adalah tempatnya salah," jawab Aura dengan senyuman. Ia sudah berusaha menerimanya.
"Inikah yang disebut bidadari berwujud manusia?" tanya Arjuna yang berniat untuk menggombal.
"Gembel-gembel, ingat punya bos," sindir Rama.
"Fani tetap sahabat gue, selamanya akan begitu. Dia melakukan ini ke gue karena sebuah alasan. Gue akan berusaha menerima kenyataan ini meski menyakitkan. Fani cewe yang baik," ucap Aura dengan airmata lagi.
Belum berangkat melihat Fani sudah menghabiskan berapa liter airmata? Bagaimana jika sudah melihat Fani?
"Ayo berangkat," ucap Risa.
"Tante, kita bawa Aura dulu. Kita janji jagain Aura," pamit Arjuna pada Sandra.
"Iya. Nanti tante nyusul sama om," jawab Sandra.
Risa membantu Aura berjalan. Risa memegangi pundak Aura agar tidak jatuh. Rama dan Arjuna ada dibelakang mereka.
Mereka sudah berada di dalam mobil. Aura dan Risa berada di jok belakang. Aura berusaha menetralkan rasa emosi yang ada pada dirinya. Ia juga menyiapkan mental untuk melihat Fani, lebih tepatnya jenazah Fani.
Karena saat ini siang, jadi jalanan tidak begitu macat. Perjalanan menuju rumah sakit Fani tidak terlalu lama.
Saat sampai di rumah sakit, mereka langsung menuju UGD. Ternyata disana sudah ada keluarga besar Fani. Aura langsung masuk ke UGD. Ia melihat Fani yang wajahnya sudah tertutupi kain putih.
Perlahan Aura membuka kain penutup wajah Fani meski ragu. Saat kain itu telah turun sampai setengah wajah Fani, Aura tak sanggup melihatnya, Ia kembali menangis.
Aura menarik napas dalam dalam lalu langsung Ia buang secara kasar dan diiringi tangannya yang membuka kain itu. Terlihat jelas wajah cantik Fani namun kini telah pucat.
Aura menangis histeris dengan memeluk tubuh Fani. Risa juga melakukan hal yang sama. Tubuh Fani hanya diam ketika mendapat pelukan dari dua orang sahabatnya.
"Fan bangun Fan," lirih Aura diselang tangisnya.
"Fan lo gabole pergi."
"Kita akan lulus sekolah bareng bareng dan akan masuk universitas yang sama."
"Gue udah maafin perbuatan lo."
"Sekarang bangun Fan!" teriak Aura dengan tangisnya yang semakin pecah.
Rama tak kuasa melihatnya. Ia menghampiri Aura lalu membelai pundak Aura agar ikhlas.
"Fan ini ga lucu!" teriak Risa.
"Bangun woy! Gue siram lo!"
"Fan! Kita butuh lo! Kita masih ingin tertawa sama lo!"
Arjuna juga langsung menengkan kekasihnya.Risa melihat bekas goresan dipergelangan Fani. Terlihat jelas bahwa itu goresan yang disengaja. Risa kembali menangis.
"Ayo kita keluar, biarkan jenazah Fani di urus oleh dokter," ucap Arjuna sambil membawa Risa keluar dari UGD.
KAMU SEDANG MEMBACA
TWILIGHT SKY (END)
Novela JuvenilFOLLOW SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN CERITA AKAN DI PRIVATE Akhza Arkatama seorang cowo yang kini menduduki posisi sebagai ketua di tempat yang berbeda. Ia menjadi ketua osis dan ketua geng motor. Dirinya yang dijuluki sebagai cowok tanpa ekspres...