Hazel kenapa?

102 11 5
                                    

Amanat dalam upacara kali ini sedikit panjang. Para murid mulai mengeluh pasal amanat yang panjang.
Guru-guru yang berada di depan barisan menginterupsi para murid dengan tangannya agar tidak ribut dan mendengarkan amanat sampai selesai dengan tenang

“Baiklah itu saja yang bisa saya sampaikan. Kurang lebih nya mohon maaf, wassalamu’alaikum” ujar kepala sekolah

“Alhamdulillah akhirnya selesai,”

“sabar ya kaki. Upacaranya udah mau selesai kok,” ujar murid laki-laki seraya berbicara pada kakinya

Usai pembacaan doa, siswa siswi angkasa langsung bubar barisan. Tanpa di persilahkan masuk kelas terlebih dahulu, mereka langsung membawa kakinya ke kelas dengan mandiri

“semangat ya guys! Ulangan kali ini kita harus merebut peringkat sepuluh besar!” ujar Aurel dengan semangat

“Konsentrasi penuh ya semuanya biar kita bisa sampai ke target kita. Sekalian membuktikan kalau anak bandel tuh gak semuanya bodoh!” Ujar Xaverra

“Hazel tahan emosi lu. Pelajaran pertama yang ngawas diruangan lu Bu Frisca” peringat Xaverra karena setahunya. Bukan. Lebih tepatnya satu kelas tahu kalau Hazel dan Bu Frisca memiliki hubungan yang kurang baik

“Sip” ucap Hazel sambil mengacungkan jempol nya

/”/

Ruang ujian Hazel terlihat tentram karena pengawasnya memiliki mata yang cukup jeli. Untung saja bu Frisca mengawas di pelajaran Bahasa Indonesia. Jika beliau mengawas di pelajaran matematika tamat sudah riwayat murid

Penghapus mendarat ke meja Hazel. Hazel langsung melirik penghapus itu lalu melirik ke salah satu murid yang melempar penghapus itu ke meja nya

“Eh maaf kak salah sasaran” ucap perempuan itu tanpa suara

“Hazel!”

Panggilan dengan intonasi tinggi itu tentunya berasal dari Bu Frisca. Perempuan paruh baya itu langsung melangkah ke arah Hazel dengan mata tajamnya

“Kenapa ya Bu?” tanya Hazel dengan tenang

“Mau kertas ujiannya saya robek? Ujian itu dilarang diskusi!” Ujar Bu Frisca

Murid-murid peserta ujian langsung menyorot pandangan nya kearah Hazel dan Bu Frisca

“Maaf bu saya gak diskusi dari tadi” ujar Hazel

“Gak diskusi gimana? Jelas jelas saya lihat pakai mata saya sendiri” gertak nya

Hazel hanya berdecak malas. Tuduhan tak mendasar itu membuat Hazel emosi saja. Sudah jelas ia hanya menatap adik kelasnya itu karena melempar penghapus nya ke meja nya

Baru saja Hazel ingin memulai perdebatan—pikirannya langsung teringat akan ucapan Xaverra barusan bahwa ia harus menahan emosinya

Hazel menghela nafasnya berat lalu melanjutkan mengerjakan ulangannya dan membiarkan Bu Frisca yang tengah memperhatikan dengan tajam di depannya

Bu Frisca memegang penghapus milik adik kelas Hazel itu lalu membuka bungkus penghapusnya. Detik selanjutnya matanya melotot karena melihat sebuah abjad yang sudah diberi nomor. Ia mengerti akan abjad itu. Sudah dapat Bu Frisca pastikan itu adalah jawaban soal pilihan ganda

“Ini apa Hazel?!” sentak Bu frisca sambil memperlihatkan bungkus penghapus yang sudah terdapat jawaban pilihan ganda

Para peserta ujian kembali menyorotkan pandangan nya ke arah mereka

“Option pilihan ganda?” ujarnya dengan nada bertanya

“yaiyalah. Sekarang ikut saya ke ruang guru!” titah Bu Frisca tegas

“Saya gamau” ucap Hazel tegas

“Bisa-bisa nya ya kamu melawan disituasi kayak gini!” ujar Bu Frisca yang sudah naik pitam itu

“Saya gak salah Bu,” ujar Hazel

“Masih aja ngelak! Mau nama kamu saya coret dari peserta ujian?!”

Hazel bangkit dari duduk nya “kalau nanti akhirnya ibu tahu ini bukan ulah saya, saya mau nama ibu di coret dari daftar guru Angkasa. Gimana?”

“Zel, Lo gila ya?” ujar Gena yang duduk nya tidak jauh dengan Hazel

“Kak Hazel masih single gak sih? Gue jadi mau pepet,” ujar adik kelas Hazel yang duduk dengan Naura

“Gila lu dek. Lagi begini sempat-sempatnya ngomong gitu” balas Naura

“anak kurang ajar!” tamparan kencang berhasil mengenai pipi Hazel

Hazel meringis namun bukan karena pipi nya yang sakit melainkan perutnya yang tiba-tiba sakit

Hazel terduduk di bangkunya sambil memegangi perutnya. Kepalanya menyelundup ke meja membuat Bu Frisca dan para peserta ujian terheran

Kila langsung menghampiri Hazel “bu saya izin nganterin Hazel ke UKS”

Bu Frisca terhenyak. Pikiran janggal mulai terbesit di kepalanya

/”/

Penyakit lambung lu pasti kumat lagi” ujar Kila sambil memberi obat maag pada Hazel

Hazel memasukan obat tablet ke mulutnya lalu meminum Air mineral yang dibeli sebelumnya oleh Kila

“Akhir-akhir ini gue ngerasa aneh, kil. Lemas, mual, pusing, sekarang perut gue yang sakit” ujar Hazel dengan parau layaknya orang sakit

“Pasti gara-gara diem-diem minum kopi? Bandel sih lu” sahut Kila lalu duduk di bangku yang berada di depan ranjang

“gue udah lama kok gak minum kopi. Makan juga gak yang macem-macem” ujar Hazel

“Bulan ini lu udah datang bulan, belum?” tanya Kila

“Belum,” jawab Hazel

Kila membulatkan matanya “zel,”

“Hem?”

“Kayaknya lu harus beli testpack deh”

“Maksud lu gue hamil gitu?” tanya Hazel

“ciri-ciri nya persis. Coba aja dulu” ujar Kila

Perempuan dengan jas dokter datang tiba-tiba lalu menghampiri ranjang Hazel “maaf ya saya telat. Soalnya tadi ada urusan-“

“Gapapa, dok” ujar Hazel dengan tersenyum kecil

“Temannya permisi dulu ya, saya mau periksa pasiennya dulu” ujar sang dokter yang melihat bangku Kila menghalangi jalannya

“Gausah di periksa dok!” tegas Kila

“Loh kenapa? Kan biar tahu penyakit nya apa” ujar sang dokter

“udah tahu kok, dok. Dia tuh lambung nya lagi kambuh terus tadi udah saya kasih obat lambung” ujar Kila mantap

Hazel memandang Kila heran. Mengapa temannya itu terlihat tidak setuju jika ia di periksa oleh dokter sekolah?

“Oh gitu. Kalau gitu makasih ya udah ditangani dengan cepat" ujar sang dokter lalu tersenyum ke Kila

"Sekarang kamu kembali ke kelas. Saya yang akan jaga teman kamu” ujar dokter perempuan itu

“baik, dok”

Kila melambaikan tangannya kilat ke Hazel lalu melangkah keluar

Hazel memegang perut datarnya. Omongan Kila membuat ia terpikir ke arah sana.

Sejujurnya ia tak siap

Ini terlalu cepat baginya


After Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang