Tenggelam

125 10 5
                                    

Cahaya kemerah-merahan tampak dilangit sebelah timur Kota Malang sehingga menghasilkan cahaya terang yang memancar. Angin sejuk khas waktu fajar menghantam tubuh Arsya yang tengah berdiri di taman villa nya

Bibir tipis Arsya menyunggingkan senyum saat melihat matahari mulai terbit itu. jika melihat sesuatu yang indah seperti ini, Arsya jadi ingat Hazel yang tak henti menyunggingkan senyumnya saat bertemu nya.

Gadis yang mampu meluluhkan hatinya saat ia masih jadi bocah ingusan itu. kalau diingat-ingat, Arsya dan Hazel adalah dua sahabat yang tidak bisa dipisahkan sampai kepindahan Hazel memisahkan mereka membuat kedua bocah itu menangis tanpa henti

Namun takdir berkata lain, Hazel dan Arsya di pertemukan kembali sampai keduanya memiliki ikatan yang serius. Sejauh ini Arsya merasa pilihan nikah muda adalah pilihan yang tepat karena Arsya sudah menemukan orang yang pantas untuk dijadikan teman hidup. Sayang, pikirnya jika hanya dijadikan teman bertukar cerita 

Detik selanjutnya tangannya merogoh saku celana untuk mengambil handphonenya. Jari nya tergerak ke kamera lalu mengabadikan matahari yang mulai terbit itu

“sendirian aja nih,” ujar seorang perempuan di depannya

Arsya menoleh kesumber suara dan didapatinya perempuan yang sangat ia kenal

“iya,” jawab Arsya sekenanya

Bunga berjalan lagi untuk lebih dekat dengan Arsya lalu tersenyum “selamat pagi Arsya!”

“pagi juga bunga” jawab nya dengan nada datar sambil mengambil gambar sunrise didepannya itu

“sunrise nya bagus ya. Hem.. fotoin aku sama sunrise dong” ujar bunga

“mana handphone nya?” ujar Arsya

“Ada di kamar” jawab bunga
“pakai handphone kamu dulu, sya nanti tinggal kirim” ujar bunga lagi

“oke”

Bunga mulai bergaya di depan kamera dan Arsya mulai memberi aba-aba

Cekrek!

Bunga mendapat banyak hasil jepretan. Setelah dirasa cukup mengambil foto, Bunga menghampiri Arsya “sya, selfie yuk”

Arsya sempat terdiam. Diam untuk berfikir bagaimana cara menolak ajakan Bunga itu

“gak bakal aku share kok” ujar bunga yang sadar wajah ragu Arsya

“sekali aja” peringat Arsya

“iya”
“Arsya berubah semenjak punya pacar. Jadi sombong sama Bunga” ujar Bunga lalu mengambil handphone dari tangan Arsya
“bergaya! Satu…dua..tiga”

Bunga terlihat terseyum lebar sedangkan Arsya tersenyum tipis

Bunga melihat hasil jepretannya “huh kayak gak ikhlas gitu muka kamu”

“rasanya aku mau punya pacar aja biar gak kesepian kayak kamu” ujar Bunga lagi

“mau aku cariin?” ujar Arsya yang menawarkan jasa dengan senang hati

“hem” bunga seperti menimang-nimang jawabannya
“gak usah deh. Bunga masih mau sendiri” sambung bunga

“padahal cewek kayak kamu tinggal milih juga dapat, bung” ujar Arsya

“salah gak sih aku nungu orang putus sama pasangannya?” tanya bunga

“gak salah sih. Asal kamu gak ngerecokin hubungannya aja” ujar Arsya

“terus gimana caranya mereka putus kalau bukan dengan cara di recokin hubungannya?” tanya Bunga

Arsya mennghela nafas nya “ Kalau memang cowok yang kamu tunggu itu cowok yang baik buat kamu, pasti ada aja jalan buat kalian dekat. Misalnya hubungan mereka berakhir”

After Meet YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang