6-4 [Sang Mayor dan Boneka Kenangan Otomatis]

82 12 0
                                    

"Gilbert!"

Saat dipanggil dari belakang, dia berbalik. "Hodgins."

Seorang pria seumuran Gilbert menghampirinya dengan senyuman riang. Sekilas saja, dia tampak seperti orang ramah yang mudah bergaul dengan wanita. Dia memiliki wajah tampan dan mata yang suram, wajahnya itu terpahat dengan sangat maskulin. Rambut merah khasnya memiliki gelombang yang halus. Seragam militernya tampak usang, kain kotak-kotak hias menggantung dari ikat pinggangnya. Dia memberikan kesan yang sama sekali berbeda dari Gilbert, yang mengenakan pakaian yang sama tapi tanpa aksesoris apapun.

"Sial! Aku sangat bahagia! Kau masih hidup! Sudah lama. Dan juga, kau dipromosikan menjadi mayor!" Pria bernama Hodgins terus menepuk bahu Gilbert.

Mungkin karena keseimbangan berat tubuhnya terganggu, Gilbert tersentak ke depan seolah hendak melompat. "Itu menyakitkan, jangan pukul aku." Itulah yang dikatakan mulutnya berkali-kali.

Begitulah hubungan kedua teman lama itu.

Gadis itu melihat Hodgins dengan tatapan hati-hati, tapi seolah menyimpulkan bahwa dia tidak memiliki niat buruk terhadap Tuannya, dia melepaskan lengan bajunya.

"Maaf, maaf. Aku baru saja kembali untuk menerima medali. Kudengar kau berada dalam situasi yang ekstrem saat aku bertemu orang-orang. Jadi aku bertanya pada atasanku, yang akur denganku untuk membiarkanku kemari. Apakah kau baik-baik saja? Apakah kau makan dengan benar? Kau belum punya tunangan atau apapun, ya?"

"Kau bisa tahu dengan melihatnya, bukan?"

"Sikap dinginmu.. sudah lama sekali aku menganggapnya menawan, betapa anehnya.. jadi, alih-alih mendapat tunangan, kau mendapat anak perempuan?"

Hodgins mengalihkan pandangannya dari Gilbert kepada gadis itu. Dia kemudian secara alami berjongkok untuk memenuhi tatapan matanya.

"Siapa namamu?"

Hening.

"Anak ini cukup pendiam."

"Dia.... Masih belum punya nama. Dia anak yatim piatu tanpa pendidikan. Tidak bisa berbicara."

Gilbert menjelaskan, tanpa sadar berbalik ke arah berlawanan. Untuk beberapa alasan, dia terluka oleh kata-katanya sendiri.

"Kau itu... Mengerikan. Dia sangat cantik. Pilih saja nama yang cocok dengan itu." Ucap Hodgins, tapi seperti yang diharapkan, gadis itu tidak bereaksi. Dia hampir bisa mendengar kalkulator dari matanya yang biru. Seolah-olah dia telah mengunci sebuah target dan sedang melakukan semacam analisis mengenai jenis eksistensi yang sedang ia lihat.

"Aku akan merasa malu jika kau terus menatapku seperti itu.. hei, Gilbert, aku mendengar tentang keadaanmu, tapi kau baik-baik saja?"

"Maksudmu?"

Hodgins berdiri setelah menyeka debu dari lututnya. Karena dia lebih tinggi dari Gilbert, ia harus melihat ke atas.

"Kupikir masih ada waktu untuk membatalkan ini. Apakah kau benar-benar akan membiarkan anak ini melakukan pembunuhan? Tampaknya orang-orang yang lebih tinggi menantikannya. Tapi aku tidak tahan melihat gadis mungil ini dibantai dengan begitu kejam."

"Aku tidak khawatir dengan itu, Hodgins. Ini sudah waktunya kita pergi ke bangku penonton."

"Hei, Gilbert."

Menghadap gadis yang hsnya mengamati tanpa ikut dalam percakapan, Gilbert membuka mulutnya, "Kau bisa.. melakukannya, kan?"

Itu adalah pertanyaan yang tak berarti. Dia tidak bisa menjawab. Namun, Gilbert tetap tak bisa melakukan itu tanpa konfirmasi.

Violet Evergarden - Kana Akatsuki [Light Novel] Vol. 1 ✓✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang