#2

1.1K 99 3
                                    

Image by instagram yoona_lim


Jika anak-anak seusia Junseok sepulang sekolah akan pergi nongkrong atau mengambil jam pelajaran tambahan, maka Junseok tak sama. Kegiatan pulang sekolahnya diisi dengan mengambil kerja paruh waktu di sebuah mini market yang lumayan dekat dengan rumah kostnya.

Semenjak pindah dari Busan ke Seoul, Junseok harus hidup mandiri termasuk membiayai kebutuhan hidup di Seoul yang tentu saja tak murah. Terlebih ia tak mempunyai siapa-siapa di Seoul, Junseok sebatang kara.

Meski begitu, Junseok tak patah arang. Dia adalah lelaki, maka dia harus bisa bertahan ditengah kerasnya hidup walau masih berstatus sebagai siswa SMA.

Beruntungnya Junseok itu jenius, jadi dia tak perlu khawatir tentang biaya pendidikannya. Ya, Junseok berhasil mendapat beasiswa penuh untuk sekolah di SMA-nya sekarang ini. Tentu saja. Jika bukan karena beasiswa penuh, maka Junseok tidak akan mungkin bisa mendapatkan status sebagai murid di SMA favorit di kota Seoul.

Meski memang hari-harinya disekolah tidaklah mudah karena ia berbeda dengan siswa lainnya yang sebagian besar berasal dari kalangan berada.

Kadang bersikap masa bodoh disini sangat diperlukan. Benar. Junseok harus menebalkan telinga, membesarkan hati dan melapangkan dada mendengarkan cacian, hinaan serta bully-an yang setiap hari harus ditanggungnya.

Alhasil Junseok kini sudah terbiasa dengan hal-hal yang tak mengenakkan itu. Junseok juga sudah biasa tanpa teman sejak hari pertama masuk sekolah.

Tentu saja. Junseok itu miskin jadi wajar jika tak ada satupun orang yang mau berteman. Jangankan berteman, untuk sekedar dekat saja pasti mereka merasa jijik.

"Selamat dat..."

Kata-kata Junseok terpenggal secara tiba-tiba. Senyumannya yang tadi terkembang kini luntur dan sesegera mungkin berubah menjadi sikap dingin yang biasa ia tampakkan di sekolah.

Ayolah Junseok. Padahal senyummu yang barusan sangat manis.

Junseok berpaling dari tatapan awalnya yang mengarah ke pintu mini market setelah kedua netranya menangkap keberadaan Jaemin disana. Sedangkan Jaemin tak perlu lagi bertanya mengapa Junseok ada disana. Melihat posisi Junseok yang berada dibalik meja kasir lengkap dengan baju yang dikenakannya.

Jaemin tak menyangka dirinya akan bertemu dengan Junseok disana. Maksudnya Jaemin lebih tidak menyangka bahwa teman sekelasnya yang amat dingin sikapnya itu memiliki senyuman yang amat manis meski hanya sekajap saja diperlihatkan.

Jaemin merasa tidak asing dengan pemandangan semacam itu.

Jangan bertanya lebih lanjut tentang kalimat diatas karena belum saatnya hal itu diungkapkan disini.

Beranjak dari tempatnya, Jaemin lantas melangkah mencari sesuatu yang dibutuhkan. Ah itu dia yang dicari sudah ditemukannya. Jaemin sumringah ketika satu cup ramen yang memiliki rasa super pedas berada ditangan. Dia itu suka ramen dengan rasa yang super pedas. Tak lupa Jaemin juga mengambil pelengkap untuk memakan ramen pedasnya, telur dan bubuk cabai.

Bukankah ramennya sudah sangat pedas?

Benar. Tapi begitulah Jaemin yang sangat suka dengan ramen super pedas.

Sesegera mungkin Jaemin duduk dibangku depan mini market setelah ia selesai membuat ramen. Tentu saja tadi Jaemin sudah membayar belanjaannya. Lagipula yang menjadi kasir ketika Jaemin membayar bukan Junseok. Tadi Junseok dimintai tolong pemilik mini market untuk melakukan sesuatu. Jadi tak ada yang menarik untuk ditulis.

Kembali ke Jaemin yang tengah menikmati ramen dengan khidmat ditengah suasana kota Seoul disore hari yang cerah, dilengkapi dengan angin sepoi yang berhembus mesra.

My Missing Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang