Bugh
Pukulannya berhasil mengenai wajah, tapi bukan wajah Junseok. Ada entitas lain yang turut merasakan hujaman kepalan tangan Hansol yang rasanya lumayan membuat mati rasa untuk sejenak disusul rasa nyeri selanjutnya.
Itu Jaemin. Jaemin yang terkena pukulan dan tubuhnya roboh ke lantai. Jelas Jaemin kesakitan. Seumur hidupnya baru kali ini dia terkena bogem mentah, meski anak itu sudah terbiasa dengan keributan.
Jaemin rasanya mau menangis saja karena sudut bibir bagian kanannya terasa perih.
"Woi itu Jaemin lah!" Chenle mengerjap tak percaya. Bagaimana mungkin, Jaemin yang tadinya masih duduk bersamanya kini sudah berpindah tempat dan mendapat sebuah pukulan keras.
"Iya! Chan lo gimana sih Chan?!" Protes Jisung pada Haechan yang masih linglung memandangi tangannya yang sudah tidak mencengkeram apapun.
"Gimana nih? Pasti mukanya nanti gosong-gosong deh tuh anak. Kan kasihan buna, mana ayah lagi ngga ada dirumah," Haechan mengerang merutuki kebodohannya.
Junseok yang mendapati Jaemin tersungkur dilantai tak tinggal diam. Dengan brutal Junseok melayangkan sebuah pukulan untuk Hansol yang membuat Hansol oleng, sebagai balasan.
Selesai dengan satu pukulan wajah, Junseok mulai menyasar anggota tubuh lain. Tetapi Junseok sepertinya harus melupakan itu semua karena tiba-tiba Jaemin mencegah Junseok membuat dirinya tak bisa berkutik lagi.
Tadinya Junseok sudah sangat siap jika masalah besar sudah pasti menunggunya mengingat keluarga Hansol merupakan salah satu penyumbang dana terbesar sekolah. Toh juga bukan Junseok yang memulai. Kalaupun harus dihukum, pasti semua kena hukuman, kan?
Sebelum Junseok bertindak lebih jauh dan masalah akan semakin rumit, Jaemin dengan cepatnya menarik tubuh Junseok. Menerobos tubuh Jaehyuk kasar dan kerumunan para siswa yang sejak tadi hanya menonton.
Segenap emosi membawa langkah kaki Jaemin meninggalkan kantin dengan cepat. Dan jangan lupakan Junseok yang sedari tadi mengekorinya. Bukannya Junseok tak mau melepaskan cengkeraman tangan Jaemin, hanya saja Junseok tak berhasil lolos karena cengkeraman Jaemin sangat erat, seperti ada lem disana.
Langkah Jaemin dan Junseok mulai pelan ketika keduanya sampai ditempat tujuan, kamar mandi. Ya, Jaemin mau Junseok membersihkan diri setelah 'dimandikan' oleh anak-anak barusan.
"Kamu mandi dulu aku mau ambil baju diloker kamu sama obat di UKS."
Kali ini Junseok tak membantah sama sekali. Mungkin dirinya sendiri mulai merasa tak nyaman karena badan yang lengket dan baunya bercampur.
~~~~~~~
Junseok meringis menahan rasa perih sambil sesekali mendesis pelan ketika kapas yang sudah diberi alkohol mulai menyentuh permukaan sudut bibir sebelah kirinya. Dalam hati Junseok juga mengumpati Hansol karena sudah menghadiahinya sebuah pukulan yang menyebabkan luka. Dan berakhirlah Junseok berada di rooftop bersama Jaemin yang sedang mengobati lukanya. Junseok tentu tidak senang. Ia benci Jaemin meski kebenciannya tak beralasan.
Percayalah rasanya Junseok ingin kabur saja dari Jaemin.
Jika Junseok membenci Jaemin, bagaimanakah dengan Jaemin?
Tentu saja Jaemin tidak membenci Junseok karena tak ada alasan untuk membencinya. Karena jika benar apa yang dikatakan Jaehyuk dan Hansol barusan harusnya anak-anak seperti Junseok ini jangan semakin diolok. Hidupnya sudah sangat susah, jangan ditambah lagi bebannya.
"Aduh Jun maaf," Jaemin peka setelah Junseok berusaha agak menjauhkan wajahnya sebagai hasil dari Jaemin yang terlalu dalam menekan sudut bibir Junseok.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Missing Puzzle Piece
Fanfiction"Aku akan selalu ada disampingmu. Mengiringi langkahmu seperti bayangan yang tak mungkin meninggalkan tuannya, barang sedetik." Fanfic ini terinspirasi dari dreamies dan persahabatannya yang kompak, terutama Jeno dan Jaemin. Kalau kalian mau tahu c...