#5

609 81 0
                                        

Perasaan lega dirasakan oleh seluruh penghuni kelas 2-1, yang mana adalah kelas Jaemin. Bukan tanpa alasan, semua murid merasa bebas dan plong karena ujian speaking Bu Tiffany akhirnya selesai. Dan kini satu per satu dari mereka mulai meninggalkan kelas untuk memanfaatkan waktu istirahat.

Tak terkecuali dengan Haechan yang dari tadi sudah merengek dan mengeluh. Katanya pandangan matanya buram karena sudah kelaparan.

Memang dasar si Haechan.

Berlawanan dengan Haechan, Jaemin masih saja duduk anteng dikursi ketika keempat sahabatnya satu per satu mendekat. Mengajaknya untuk beranjak dari dalam kelas.

"Jaem ngga ke kantin?" Renjun yang buka suara.

Menggeleng, Jaemin tampak masih sibuk dengan buku yang ada dihadapannya. Tentunya dengan menatap wajah yang mengajaknya bicara.

"Kenapa?" Jisung dahinya berkerut. Biasanya Jaemin tak pernah absen ke kantin.

"Umm.... masih kenyang. Tadi buna ngasih makan banyak."

Jaemin menjawab. Tapi tak tahu kenapa sepertinya dia sedikit gugup, seperti menyembunyikan sesuatu. Dan entah disadari oleh keempat sahabatnya atau tidak, Jaemin sesekali melirik ke arah sudut belakang kelas.

Tempat dimana Junseok duduk.

"Ayolah cepetan," Haechan semakin merengek mirip bayi.

Puas dengan alasan Jaemin, akhirnya keempat sahabatnya tadi melenggang ke kantin sebelum Haechan lebih bertingkah.

Kini tinggallah Jaemin seorang diri didalam kelas.

Sebentar. Sendiri? Lalu Junseok kemana? Tadi ketika Jaemin melirik, Junseok masih bertengger di singgasananya.

Huh, Jaemin kecolongan. Segeralah Jaemin berlari kecil untuk segera menemukan jejak Junseok yang menghilang. Mata elang Jaemin sedang dalam mode hidup untuk menemukan keberadaan Junseok, tapi tetap saja sosok anak laki-laki itu tak nampak juga.

Langkah kaki Jaemin secara bertahap memelan dan akhirnya terhenti. Ia mengatur nafasnya yang terengah sambil merutuk pada diri sendiri karena tak bisa menemukan keberadaan Junseok.

Sebenarnya apa yang akan Jaemin lakukan?

Sesaat setelah mengambil jeda langkahnya, Jaemin ingat sesuatu. Junseok itu kan suka membaca, maka tempat yang paling nyaman untuk orang seperti Junseok adalah perpustakaan. Tepat sekali.

Tapi,

bukankah kacamata Junseok hancur karena ulah duo psycho Hansol Jaehyuk kemarin? Kalau begitu bagaimana Junseok bisa membaca? Entahlah, kita ikuti dulu saja inginnya Jaemin daripada dia ngambek. Siapa tahu firasat seorang Lee Jaemin benar.

Usai berjalan beberapa langkah, sampailah Jaemin di perpustakaan. Baru Jaemin sadari bahwa perpustakaan suasananya senyaman ini. Tenang, sejuk, bersih, wangi dan bau khas buku-buku itu sangat menarik. Dan satu lagi, Jaemin suka dengan rak-rak buku yang ditata dengan sangat rapi.

Antusiasme Jaemin perlahan luntur setelah ingat tujuan awalnya masuk perpustakaan yang belum juga terealisasi. Iya, Junseok belum ia temukan. Mata elangnya sudah dipakai untuk meneliti seisi perpustakaan namun nihil. Jaemin merasa kesal.

Sudahlah Jaemin putus asa. Dengan kasar ia mendudukkan tubuhnya dikursi. Lalu Jaemin meringis menahan malu dan ngeri karena seisi ruangan menghadiahinya dengan tatapan membunuh. Tentu saja, ini perpustakaan. Dilarang berisik.

Melipat tangan diatas meja, Jaemin lantas menyembunyikan wajahnya disana untuk sekejap sebelum akhirnya wajah Jaemin kembali ia angkat. Secara bersamaan pula manik matanya menangkap siluet seseorang sedang duduk dibangku dekat jendela.

My Missing Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang