Yang malam mingguan dirumah aja, mana suaranya???
Ada yang udah nungguin cerita ini? Ya udah deh langsung aja, tapi jan lupa vote dan komennya sekalian^^
Selamat membaca!!
Coba tebak apa yang terjadi setelah insiden perkelahian di kolam renang kemarin berlangsung. Benar, insiden itu berbuntut panjang dan berakhirlah menjadi Junseok yang harus istirahat dirumah selama tiga hari lamanya.
Sebenarnya bukan istirahat sih, tapi di skors.
Dan bukan hanya Junseok saja yang harus menerima skorsing, Hansol juga. Sekolah bertindak sangat adil kali ini.
Junseok tiga hari tak masuk sekolah. Selama itu pula Jaemin rutin menyambanginya kerumah, biasanya selepas pulang sekolah. Seperti yang dilakukan Junseok padanya dulu, Jaemin akan mengulang pelajaran untuk Junseok. Meski Jaemin tak paham-paham amat, tapi tak apa, Junseok bisa mengerti. Anak laki-laki berkaca mata itu terkadang malah mengkoreksi Jaemin. Membuat anak manis itu terkadang bersungut kesal. Seharusnya Jaemin yang mengajari Junseok, bukan Junseok yang mengajari Jaemin.
Selain memastikan agar Junseok tak tertinggal, Jaemin juga akan membawakan makanan. Entah itu buatan buna atau buatan restoran mahal.
Ngomong-ngomong, buna dan ayah tidak tahu insiden yang menimpa Junseok dan Jaemin kemarin. Sengaja tak diberitahu karena akan berbuntut panjang. Salah-salah malah nanti Jaemin benar-benar dipindahkaan ke London.
"Syukurlah memarnya udah mulai pudar."
Jaemin sudah berada didalam kamar Junseok. Setengah berjongkok ditepi ranjang Junseok, mengamati setiap inci wajah yang kemarin babak belur dan kini sudah berangsur pulih. Sedangkan Junseok mengerjap sedikit menyadari kehadiraan Jaemin. Anak itu tidak terkejut sama sekali meski Jaemin tadi masuk tanpa permisi. Langsung nyelonong seperti masuk rumah sendiri karena sudah terbiasa seperti itu.
"Aku bawain masakan buna kamu makan dulu aja."
Jaemin berujar sembari membuka satu per satu kotak makanan dan menampakkan isinya. Ada sup iga, nasi dan kimchi. Lalu anak itu menyusun alat makan diatas meja belajar Junseok.
"Makasih," balas Junseok lalu melirik bungkusan lain yang masih tertutup rapat. Bisa dengan jelas terlihat ada logo restoran cepat saji disana. Junseok yang paham, "suka banget junk food. Mulai sekarang kurangi, kopi juga."
Ah benar juga kata Junseok. Dirinya harus mengurangi junk food dan minum kopi pahit itu. Bagaimanapun juga itu tak baik untuk kesehatannya. Jaemin mengangguk setuju.
"Jun kapan kamu main ke rumah? Buna nanyain kamu terus tuh."
Junseok mengambil kaca kecil yang ada diatas meja. Bercermin sambil memegangi wajahnya, Junseok lalu menghela. Cukup frustasi dengan memar yang masih samar terlihat diwajah.
"Nanti kalau ini udah ilang total."
"Ya makanya cepetan dong! Lamban bener sih," Jaemin yang entah mengapa tiba-tiba frustrasi.
"Ya sabar dong!" Junseok mengambil jeda sebelum akhirnya bertanya dengan agak ragu. "Gelang itu.... seberharga itu buat lo? Sampai kemarin lo berani taruhin nyawa demi itu?"
Jaemin menatap Junseok dengan tatapan yang sulit diartikan. Kedua manik itu saling mengunci tatapannya. Untuk waktu yang lumayan, tak ada yang bergerak maupun berkedip sampai akhirnya Jaemin duluan yang memutuskan untuk membuka suara dengan jawaban singkatnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Missing Puzzle Piece
Fanfic"Aku akan selalu ada disampingmu. Mengiringi langkahmu seperti bayangan yang tak mungkin meninggalkan tuannya, barang sedetik." Fanfic ini terinspirasi dari dreamies dan persahabatannya yang kompak, terutama Jeno dan Jaemin. Kalau kalian mau tahu c...