Tok... tok... tok
"JENO BANGUN!!!"
Mengetuk pintu berkali-kali, Jaemin tidak bisa lagi menutupi raut kesal yang mendesak keluar dari wajahnya. Masalahnya sudah tak terhitung lagi berapa kali mengetuk, tapi seseorang yang berada dibalik pintu tak kunjung menyahut. Padahal Jaemin sedari tadi sudah sangat berisik, mengetuk dan berteriak sampai suaranya serak. Ayolah ini masih pagi, jangan biarkan Jaemin yang bahkan masih berpiyama itu kehilangan suaranya.
Duagh... duaghh... duaghhh
"JENO!!! NONO BANGUN!!"
Kali ini Jaemin harus bar-bar. Menggedor-gedor pintu kamar Jeno sampai semua sudut pintu bergetar. Ini kalau orang tidak tahu, Jaemin sudah disangka mengamuk. Dan hey lihatlah Jaemin yang tangannya sudah berganti warna menjadi merah karena beradu keras dengan kayu berbentuk persegi panjang didepannya.
Cklek...
Nah akhirnya Jeno membuka pintu. Mengerjapkan kedua matanya, menyesuaikan sedikit demi sedikit cahaya yang menyerbu masuk kedalam netra legamnya. Detik selanjutnya sebuah kacamata dipasangkan agar penglihatannya bisa menajam. Tak lupa Jeno masih menguap, menandakan sisa kantuk yang masih tertinggal. Jika dianalisa, Jeno sepertinya tidur dengan nyenyak karena memang kasurnya sangat nyaman. Tidak seperti di kost dulu.
"Kenapa sih?"
Tak ada jawaban dari Jaemin, kedua tangannya terulur kearah mata Jeno dan menarik sebuah benda yang berkaca itu dengan paksa. Sampai-sampai Jeno protes karena Jaemin memang bar-bar. Lalu alis Jeno tak bisa ditahan lagi untuk bertaut mendapati Jaemin yang memamerkan sebuah kain hitam panjang yang sepertinya adalah penutup mata.
"Mau ngapain?" Jeno menatap Jaemin horor. Please ini masih pagi, piyama pun belum tertanggal. Kenapa Jaemin mau bermain petak umpet(?) dengannya sepagi ini?
"Nurut aja ngga usah cerewet atau aku ngga akan masak hari ini!" Berusaha mengeratkan tali dibelakang kepala Jeno, anak itu mengancam dengan nada serius. Hari ini Jaemin benar-benar akan membiarkan Jeno kelaparan kalau anak itu tidak menuruti perkataannya.
Maksudnya, kenapa yang memasak hari ini Jaemin? Kemanakah buna?
Buna sedang berada di Jepang. Lebih tepatnya buna menemani ayah mengurus bisnisnya di Jepang. Karena memang ayah agak lama di Jepang, jadinya harus membawa serta buna. Ayah memang tidak tahan berlama-lama terpisah dari buna, kalau bisa maunya setiap saat harus bertemu dengan buna karena Donghae adalah tipe suami yang mudah sekali merindukan istrinya.
"Kan ada bibi yang masak." Jeno masih beradu argumen sambil berusaha melepaskan ikatan meski berkali-kali Jaemin tepis.
"Bibi pulang kampung."
Baiklah, tak ada pilihan lain selain menurut daripada seharian tak makan. Dengan setengah hati kaki-kaki Jeno melangkah bergantian mengikuti arahan tubuh Jaemin. Kali ini Jeno tidak bisa melihat apapun, jadi hanya Jaemin satu-satunya yang bisa diandalkan. Dan semoga saja anak itu nanti tidak mengerjainya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Missing Puzzle Piece
Fiksi Penggemar"Aku akan selalu ada disampingmu. Mengiringi langkahmu seperti bayangan yang tak mungkin meninggalkan tuannya, barang sedetik." Fanfic ini terinspirasi dari dreamies dan persahabatannya yang kompak, terutama Jeno dan Jaemin. Kalau kalian mau tahu c...