#8

502 72 4
                                    

"Lo kenapa deh segala ambil susu stroberi? Lo kan ngga suka. Sini tukar sama punya gue aja." Junseok menukar susu stroberi Jaemin dengan susu cokelat miliknya.

Sebentar. Apa katanya tadi? Jaemin tak suka susu rasa stroberi? Benar juga sih, tapi maksudnya darimana Junseok tahu? Selama ini mereka tidak pernah dekat.

Jaemin terdiam, berusaha memutar lagi pernyataan Junseok yang sudah terekam didalam memorinya. Memang ragu, namun Jaemin yakin dia tidak salah dengar.

"Tau darimana kamu?"

Giliran Junseok yang dibuat terdiam oleh pertanyaan Jaemin. Tubuhnya menegang, Junseok berusaha menyembunyikan kepanikannya. Tapi gagal karena sudah terbaca oleh Jaemin lewat bola mata Junseok yang terus saja bergerak kesana-kemari.

"Jun?Aku tanya, kamu tau darimana?"

"Ya biasanya lo ngga pernah ambil susu stroberi kan? Eh ini apaan deh?"

Junseok agaknya tak ingin menjawab pertanyaan dari Jaemin dan malah seenaknya mengalihkan pembicaraan. Tapi sungguh diluar itu Junseok sendiri memang sangat penasaran dengan secarik kertas yang terlipat diatas meja. Tak mau rasa penasaran terus menguasai diri, Junseok segera mengambil kertas tersebut dan melihatnya.

Meski agak kurang sopan karena seenaknya mengambil sesuatu tanpa seizin yang punya.

Kemudian yang terjadi, anak itu kembali melipat dan meletakkan kertas tadi ditempat asal. Rasa penasarannya berhasil terobati. Ternyata itu adalah kertas ulangan matematika mingguan milik Jaemin. Anak itu mendapat nilai sempurna.

Junseok tidak iri. Sama sekali tidak meski kali ini dirinya tidak mendapatkan nilai sempurna seperti biasanya. Jaemin mengungguli Junseok dan menjadi orang yang paling baik nilainya diantara teman-teman sekelas.

"Untuk pertama kalinya nilai matematikaku lebih tinggi dari kamu," Jaemin tersenyum bangga. 

Jaemin terlalu bahagia. Maaf, tapi ini pantas untuk dibanggakan dan itu wajar. Untuk pertama kali didalam hidupnya, Jaemin berhasil mendapat nilai sempurna. Yang lebih membuatnya bangga adalah Jaemin berhasil mengalahkan dewanya matematika. Lee Junseok.

"Selamat."

"Dulu kamu bilang kalau kamu benci sesuatu kamu ngga bakal biarin dia menang dari kamu, tapi sekarang aku menang dari kamu. Padahal kamu pernah bilang kamu benci aku, ya kan? Tapi kenapa kamu biarin nilai matematikaku lebih tinggi? Apa artinya?"

Untuk sejenak suasana hening. Jaemin sambil berbinar menatap Junseok, namun yang ditatapnya malah masih fokus dengan apa yang dihadapan.

"Artinya lo banyak ngomong. Gue pusing. Mending lo diem, gue mau makan."

"...?!" Jaemin menunduk kecewa. Tanpa berkata-kata anak itu mulai menyendok makanan ke dalam mulut. Dengan asal.

"Sorry kalau gue udah bikin hubungan lo sama temen-temen lo renggang."

Bukannya menjawab pertanyaan Jaemin, Junseok malah mengganti topik pembicaraan lagi. Oke sangat valid jika kita bilang bahwa Junseok itu menyebalkan.

"Bukan salah kamu. Aku sendiri yang bikin mereka kecewa."

"Ngga mau coba buat jelasin ke mereka?" Tanya Junseok setelah kedua matanya menatap keberadaan Chenle, Jisung, Haechan dan Renjun.

"Udah, tapi mereka belum mau dengar. Nanti aku mau coba ngomong lagi.

Yang dimaksud 'mereka' oleh Jaemin adalah Chenle Haechan dan Jisung. Karena Renjun memang sama sekali tidak marah pada Jaemin.

"Sekarang aja. Lebih cepat lebih baik, kan?"

My Missing Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang