#6

582 83 3
                                        

"Bibi yakin dengan tarifnya?"

Kedua bola mata Junseok dibuat membulat sempurna setelah mendapati secarik kertas yang berisikan tarif kost yang naik. Bahkan naiknya pun tak segan-segan. Alhasil tak hanya Junseok, namun semua penghuni kost menggerutu, menyuarakan protes.

Jadilah seisi lorong sangat berisik dipenuhi suara keluhan. Bibi kost pun mulai pusing dan kewalahan karena suara yang ditimbulkan oleh anak-anak itu mirip suara lebah yang bersahutan.

"Habisnya mau gimana lagi? Tarif listrik, gas dan air naik," begitu singkatnya. Lalu bibi kost beranjak menjauh dari kebisingan yang bisa-bisa membuat kepalanya pecah.

Junseok juga beranjak meninggalkan lorong dan langsung masuk kamar. Wajahnya cemberut dan hatinya sangat kecewa. Ia baru saja 'kehilangan' uang yang seharusnya bisa dipergunakan untuk membeli kacamata baru.

Hidup menjadi Junseok itu sangat melelahkan. Masalah datang silih berganti menyerangnya dengan tanpa ampun. Masalah disekolah, dirumah. Semua, semuanya menyebalkan.

Jadi tak salahkan jika Junseok terkadang menganggap dunia ini tak adil padanya?

Belum lagi mereda rasa sebalnya, Junseok dihadapkan dengan masalah baru. Iya, perut Junseok terasa perih dan sejak tadi berbunyi. Junseok lapar, tapi bagaimana ia mau makan kalau uangnya pun sudah habis?

Bahkan simpanan uang receh didalam dompet kain warna hitam miliknya sudah kosong. Junseok tahu karena baru saja anak bertubuh tegap itu memeriksanya.

Tak punya pilihan lain, Junseok memutuskan untuk tidur saja. Mengabaikan rasa perih di perutnya karena minta diisi. Tapi itu tidaklah mudah.

Tok...tok...tok

Suara ketukan pintu menginterupsi. Terganggu? Tentu saja. Terlebih orang yang ada dibalik pintu tidak menjawab pertanyaan ketika Junseok bertanya 'siapa disana?'

Tapi, bagaimana jika seandainya siapapun yang ada dibalik pintu ternyata bukan manusia?

Tok...tok...tok

Tak mau berfikir aneh-aneh, Junseok lekas berjalan mendekati pintu lantas menarik knop. Dan tampaklah sosok anak laki-laki dengan senyuman manisnya dari balik pintu. Itu Jaemin, tapi dia tidak menganggur, maksudnya kedua tangannya masing-masing menenteng paper bag. Dan oh, jangan lupakan logo yang tercetak di salah satu paper bag.

Itu logo restoran cepat saji yang menyediakan burger, ayam goreng dan sejenisnya. Sekali lagi, restoran. Itu artinya bisa jadi Jaemin membawakan makanan untuk Junseok, kan? Baik, ada baiknya kalau kita doakan saja.

Dengan tubuh yang masih terpaku Junseok memandangi Jaemin dan paper bag yang sejak tadi menyita perhatiannya secara bergantian.

"Aku ngga disuruh masuk?"

Junseok akhirnya menepikan tubuh tegapnya memberikan akses masuk untuk Jaemin, sedangkan Jaemin terlihat antusias. Terbukti dengan kedua bola matanya yang berotasi ke setiap sudut kamar Junseok. Sempit sih, namun lumayan rapi.

Didalam kamar itu terdapat sebuah kasur, meja belajar dengan rak buku diatasnya. Lalu ada juga sebuah lemari kecil untuk tempat baju yang berdiri kokoh didekat kamar mandi.

Makin tertarik, Jaemin beralih ke jajaran buku yang ditempatkan diatas tempat tidur Junseok. Tapi dengan keadaan kedua tangan yang sudah tidak digelayuti oleh paper bag karena paper bag-nya sudah berbaris rapi diatas meja.

Ada sekumpulan novel, buku-buku pelajaran dan juga jangan lupakan keberadaan buku-buku berbau science disana. Ah benar, Junseok itu penggila science.

My Missing Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang