#1

2.8K 148 9
                                    

Suara riuh yang sedari tadi menggema mengisi seluruh ruangan kelas seketika senyap setelah seorang wanita berkaca mata mulai melangkah masuk. Wanita itu adalah guru bahasa inggris bernama Bu Tiffany. Usianya memang sudah tidak muda lagi, tapi lihatlah kulitnya yang masih bening, wajahnya yang cantik ditambah lagi style-nya yang modis itu.

Astaga kita baru saja membahas salah satu makhluk ciptaan Tuhan yang paling indah.

Bisa dipastikan para siswi menjadi insecure meski usia Bu Tiffany jauh diatasnya. Sebaliknya jika para siswi merasa insecure, para siswa sangat bersyukur dengan kehadiran Bu Tiffany ditengah kegiatan belajar yang gila-gilaan. Hadirnya seperti oasis ditengah padang pasir. Pun seperti hujan di bulan juni yang sangat dirindukan.

Tapi perlu kalian ketahui, ini bukan cerita tentang Bu Tiffany dan segala pesona yang ia miliki. Melainkan tentang tokoh utama yang sebentar lagi akan kalian tahu.

"Good morning everyone?!" Sapa Bu Tiffany sembari mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kelas. Sekejap kemudian kedua bola matanya terhenti ketika mendapati seorang anak laki-laki yang duduk disudut kelas sedang tertidur dengan pulasnya.

"Good morning miss!" balas seluruh isi kelas sembari memandang Bu Tiffany yang ternyata berpindah posisi ke sudut kelas. Menghampiri Junseok yang tetap tak bangun meski suara riuh para siswa memekakkan telinga.

"Lee Junseok cepat basuh mukamu, pelajaran akan segera dimulai." Disini Bu Tiffany mengomando Junseok tanpa sedikitpun menunjukkan raut wajah yang marah.

Baiklah. Rupanya sangat masuk akal jika Bu Tiffany menjadi idola di sekolah ini.

Junseok terperanjat dengan kehadiran Bu Tiffany disampingnya. Tanpa berlama-lama, Junseok segera membungkuk meminta maaf pada Tiffany sembari meminta izin pergi ke toilet.

Ini bukan kali pertama Junseok kedapatan tidur di kelas. Hampir setiap hari tak peduli siang atau pagi hari Junseok selalu tertidur pulas dikelas. Entah apa yang dilakukan Junseok setiap malam sampai-sampai ia bisa seperti ini. Meski begitu Junseok masih bisa mempertahankan peringkatnya. Setidaknya ia selalu masuk lima besar murid terbaik disekolahnya. Entah bagaimana hal ini bisa terjadi.

"Huuuu niat apa ngga sih sekolah? Lo pikir ini sekolahan moyang lo apa?!"

"Haechan sudah!" Bu Tiffany berpindah ke depan kelas, "anak-anak minggu depan akan diadakan ujian praktek speaking berkelompok, mohon persiapkan dengan baik ya?"

Keluhan para siswa mulai menggema. Bagaimana mungkin waktunya hanya seminggu? Hei, bukankah ada ujian lain yang juga memusingkan kepala dan menyita banyak waktu?

"Jaemin gue sama lo ya?" Chenle

"Enak aja, Jaemin sama gue aja ya?" Sergah Haechan sesegera mungkin.

Yang diperebutkan hanya tersenyum saja, tak berkata sepatahpun meski yang memperebutkan kini saling bertatap sinis.

Wajar saja jika Jaemin diperebutkan karena Jaemin jago berbahasa inggris. Ia dulu pernah tinggal di London selama delapan tahun lamanya. Tak heran jika logat british-nya sangat kental.

"O ow... tidak semudah itu kalian bisa sekelompok sama Jaemin kawan." Peringat Jisung sembari melirik ke arah Bu Tiffany yang membawa gulungan kertas yang dipotong kecil-kecil dan dilapisi sedotan warna-warni bagai gulali imut lucu walau tak terlalu tinggi.

Apakah kalian membacanya dengan nada?  

Ya. Kali ini partner akan ditentukan dengan undian.

"Bu kita mau arisan apa belajar? Kalau arisan saya ngga ikutan, duit saya sudah banyak." Celetuk Chenle yang sukses membuat seluruh isi kelas terbahak-bahak.

My Missing Puzzle PieceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang